Lepat: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 11:
Menjelang [[ramadan]] tiba, masyarakat [[Suku Gayo|Gayo]] kerap membuat penganan ini di hari ''[[meugang]]'' (sehari sebelum masuk bulan ramadan). Bahkan, masyarakat Gayo membuatnya dalam jumlah banyak untuk menu berbuka puasa dan juga sebagai teman kopi disaat sahur selama bulan puasa. <ref name=":0">{{Cite web|last=Rahayu|first=Sri|date=2024-01-27|title=Lepat Kudapan Khas Gayo di Momen Penting|url=https://rri.co.id/index.php/kuliner/434401/lepat-kudapan-khas-gayo-di-momen-penting|website=RRI.co.id|access-date=2024-08-18}}</ref> Selain ''meugang'' puasa, lepat juga disajikan saat ''meugang'' lebaran, acara pernikahan atau momen-momen lainnya
 
Hal ini menjadi sebuah kerinduan yang besar mendekati bulan Ramadhanramadan para ibu-ibu masyarakat Gayo untuk berbondong-bondong berbelanja membeli bahan bahan olahan lepat, seperti kelapa, gula merah, tepung ketan, dan daun pisang muda. Dengan bahan baku yang mudah ditemukan itu, sehingga lepat selalu hadir setiap menjelang bulan puasa.
 
Dahulu, kebiasaan anak-anak orang Gayo akan ikut membantu Ine (Gayo Read) atau Mamak pada saat membungkus lepat, dan mereka diperbolehkan memakan adonan lepat yang belum dikukus bercampur dengan inti kelapa yang diletakkan dalam sebilah daun pisang. Namun, hal ini tidak masalah untuk pencernaan meski tanpa dikukus adonan lepat tetap aman untuk dimakan.