Qurotul Ain: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
(23 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox religious biography|honorific-prefix=As-Syekh|name=Sayyid Hasanuddin<br> ( Syekh Qurotul'ain )|image=Makam Quro dan Bentong - Tan Go Wat.jpg|alt=|caption=Petunjuk Makam Syekh Quro dan Syekh Bentong|religion=[[Islam]]|denomination=[[Sunni]]|known_for=|birth_name=Sayyid Hasanuddin|birth_date=|birth_place=|death_date=|death_place=|father=[[Sayyid Yusuf Ash-Shiddiq]]|mother=|children=*[[Sayyid Ahmad]]|resting_place=|spouse=Ratna Sondari|office1=|term_start1=|term_end1=|predecessor1=|successor1=|office2=|term_start2=|term_end2=|predecessor2=|successor2=|predecessor=|successor=}}
'''Syekh Quro''' adalah Syekh Qurotul Ain atau Syekh Hasanuddin atau Syekh Mursahadatillah. Menurut Naskah Purwaka Caruban Nagari, Syekh Quro adalah seorang Ulama. Beliau adalah putra Syekh Yusuf Ash-Shiddiq bin Jamaluddin Akbar Al Husaini.
Berikut adalah daftar muridnya yang dikenal, antara lain :
* Syekh Abdurrahman
* Syekh Maulana Madzkur
* Nyai Subang Larang
* Syekh Ahmad
* [[Tan Go Wat|Syekh Bentong]]
* [[Pangeran Walangsungsang]]
* [[Rara Santang]]
* [[Prabu Kiansantang|Raden Kian Santang]]
Syekh Qurotul'ain dan [[Datuk Kahfi|Syekh Nurjati]] merupakan Penyebar agama Islam periode Awal di Jawa Barat.
== Kedatangan Laksamana Cheng Ho ==
[[Berkas:Zheng_he.jpg|jmpl|[[Laksamana Cheng Ho]]]]
Ekspedisi Tiongkok datang ke Cirebon atas titah Kaisar Ming, Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming yang sangat terkenal pada tahun 1432 masehi. Dipimpin oleh '''Laksamana Cheng Ho dan Laksamana Sampo Bo.'''
Kaisar Ming menugaskan untuk mengunjungi berbagai bangsa-bangsa untuk menjalin hubungan Persaudaraan antara Tiongkok dengan bangsa-bangsa tersebut. Kaisar Ming membekali ekspedisi dengan 25.000 hingga 27.000 orang pasukan dan 50 buah kapal besar.
Baris 44 ⟶ 45:
Meski sempat lama singgah di Cirebon, tidak banyak petilasan Cheng Ho di daerah itu. Yang masih bisa dijumpai adalah bekas mercusuar di kawasan Muara Jati. Mercusuarnya sendiri roboh pada zaman Belanda. Kini satu-satunya landmark justru bangunan modern berupa replika kapal yang dibangun pengusaha Cirebon keturunan Tionghoa. Yakni restoran berupa replika kapal Cheng Ho.
== Kedatangan Laksamana Sampo Bo ==
Ekspedisi berikutnya, saat mendarat di negeri Campa (Kamboja), Laksamana sampo Bo bertemu dengan Laksamana Sampo Lo Khoei Kian. '''Sampo Lo Khoei Kian''' adalah salah seorang laksamana laut yang sangat tangguh dan kepercayaan juga orang andalan dari Panglima Cheng Ho.
Kemudian Laksamana Sampo Bo dan beserta segenap ekspedisinya meninggalkan negeri Campa- Kamboja untuk melanjutkan perjalanan ke negeri-negeri berikutnya. Dalam perjalanan ini, seorang pemuda '''
Ketika mendarat di Cirebon, ekspedisi Sampo Bo menjalin hubungan dengan Keraton Cirebon dan sebagai tanda persahabatan tersebut didirikan Menara mercusuar di Pelabuhan Cirebon. Sementara Laksamana Sampo Lo Khoei Kian beserta prajuritnya dikenalkan oleh Cirebon kepada Raja Sunda-Pajajaran di Pakuan – Pajajaran.
Baris 57 ⟶ 60:
Tujuan utama perjalanan Cheng Ho dalam rangka menjalin persahabatan dengan raja-raja tetangga Tiongkok di seberang lautan. Maka ketika Syekh Quro beserta pengiringnya turun Muara Jati dan kemudian ke Pelabuhan Pura Dalam Karawang, maka armada Tiongkokpun berlabuh di Pelabuhan Muara Jati - Cirebon dan mengisi perbekalan.
== Dakwah Di Cirebon ==
Syekh Quro datang di Pelabuhan Muara Jati, [[Cirebon]] pada tahun 1416 Masehi. Sementara Syekh Nurjati mendarat di Cirebon pada tahun 1420 Masehi atau 4 tahun setelah pendaratan Syekh Hasanuddin atau Syekh Quro di Cirebon. Kedatangan Syekh Hasanuddin atau Syekh Quro di Cirebon, disambut baik oleh Syahbandar atau penguasa Pelabuhan Muara Jati Cirebon yang bernama Ki Gedeng Tapa.
Maksud dan tujuan kedatangan Syekh Hasanuddin ke Cirebon adalah untuk menyebarkan ajaran Agama [[Islam]] kepada Rakyat Cirebon. Syekh Hasanuddin ketika di Cirebon, namanya disebut dengan sebutan Syekh Mursahadatillah oleh Ki Gedeng Tapa dan para santrinya atau rakyat Cirebon.
Setelah sekian lama di Cirebon, akhirnya misi Syekh Hasanuddin untuk menyebarkan ajaran Agama Islam di Pelabuhan Cirebon rupanya diketahui oleh Raja Pajajaran yang bernama Prabu Angga Larang. Kemudian Prabu Angga Larang mengutus utusannya untuk mengetahui misi penyebaran Agama Islam yang dibawakan oleh Syekh Hasanudin.
Ketika utusan Prabu Angga Larang sampai di Pelabuhan Cirebon, maka utusan tersebut diterima dengan ramah oleh Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah atau Syekh Quro. Syekh Hasanuddin atau Syekh Mursahadatillah seraya berkata kepada utusan Raja Pajajaran Prabu Angga Larang : “Kelak dari keturunan raja Pajajaran akan ada yang menjadi Waliyullah meneruskan perjuangan penyebaran ajaran Agama Islam ”. Peristiwa ini disambut gembira oleh Ki Gedeng Tapa dan para santri atau rakyat Cirebon, karena Ki Gedeng Tapa sangat ingin terus berguru kepada Syech Hasanudin atau Syech Mursahadatillah atau Syekh Quro untuk memperdalam ajaran Agama Islam.
Suatu waktu Syekh Hasanudin atau Syekh Mursahadatillah pernah pamit kepada Ki Gedeng Tapa - Muara Jati Cirebon karena harus berdakwah ke Malaka dan Sumatera, maka Ki Gedeng Tapa Muara Jati Cirebon menitipkan anak kandung Putri kesayangannya yang bernama Nyi Subang Larang, untuk ikut berlayar bersama Syekh Hasanuddin atau Syekh Mursahadatillah ke Malaka.
== Menetap Di Karawang ==
Di [[Kabupaten Karawang]] pada tahun 1418 M didirikan pesantren dan sekaligus masjid di Pelabuhan Bunut Kertayasa[[Tanjungpura, Karawang Barat, Karawang|, Karawang Kulon Karawang Barat]] sekarang, diberi nama Pondok Quro yang artinya tempat untuk belajar Al Quran.
Di Karawang, Syekh Hasanudin dikenal dengan nama Syekh Quro karena dia adalah seorang yang hafal [[Al-Quran]] (hafidz) sekaligus qori yang bersuara merdu.
Syekh Quro adalah penganut Mahzhab Hanafi, yang datang bersama para santrinya antara lain: Syekh Abdurrahman, Syekh Maulana Madzkur, dan Nyai Subang Larang.
Syekh Quro kemudian menikah dengan Ratna Sondari putrinya dari Ki Gedeng Karawang dan lahir seorang putra yang bernama Syekh Ahmad Azmatkhan yang menjadi penghulu pertama di Karawang. Syekh Quro juga memiliki salah satu santri yang sangat berjasa dalam menyebarkan ajaran Agama Islam di Karawang yaitu bernama Syech Abdulah Dargom alias Syech Darugem bin Jabir Modafah alias Syech Maghribi keturunan dari Sayyidina Usman bin Affan r. a. Yang kelak disebut dengan nama ''[[Syekh Bentong]]'' alias Tan Go. Syekh Bentong memiliki seorang istri yang bernama ''Siu Te Yo'' dan dia mempunyai seorang putri yang diberi nama [[Siu Ban Ci]].
== Menjadi Penghulu Pernikahan Muridnya ==
[[Berkas:Prabu Siliwangi Portrait.jpg|jmpl|Reden Pamanah Rasa Raja Pajajaran [[Sri Baduga Maharaja]]]]
Setelah beberapa waktu berada di pelabuhan Karawang, Syekh Hasanuddin menyampaikan dakwahnya di musholla yang dibangunnya dengan penuh keramahan. Uraiannya tentang agama Islam mudah dipahami, dan mudah pula untuk diamalkan, karena ia bersama santrinya langsung memberi contoh. Pengajian [[Al-Qur’an]] memberikan daya tarik tersendiri, karena ulama besar ini memang seorang Qori yang merdu suaranya. Oleh karena itu setiap hari banyak penduduk setempat yang secara sukarela menyatakan masuk Islam.
Baris 93 ⟶ 102:
Setelah cukup mendapatkan bimbingan dari Syekh Nurjati Cirebon, maka ketiga anak–anak dari Nyi Subang Larang dengan Raden Pamanah Rasa, adik bungsu dari Nyi Mas Rara Santang dan Raden Walasungsang yang bernama Raden Sangara atau Raden Kian Santang bertugas menyebarkan dan mengajarkan ajaran Agama Islam di Barat Cirebon yakni ke wilayah Limbangan - Kabupaten Garut. Sedangkan Nyi Mas Rara Santang bersama kakaknya Raden Walasungsang ditugaskan untuk berhaji dan sebelum berhaji disarankan terlebih dahulu menemui Syekh Ibrahim di Campa untuk mendapatkan bimbingan.
== Penugasan Dakwah ==
Ketika usia anak Syekh Quro dan Ratna Sondari sudah beranjak dewasa, akhirnya Syekh Quro berwasiat kepada santri–santri yang sudah cukup ilmu pengetahuan tentang ajaran Agama Islam seperti: Syekh Abdurrahman dan Syekh Maulana Madzkur di tugaskan untuk menyebarkan ajaran Agama [[Islam]] ke bagian selatan Karawang, tepatnya ke kecamatan Telukjambe, Ciampel, Pangkalan, dan Tegalwaru sekarang. Sedangkan anaknya Syekh Quro dengan Ratna Sondari yang bernama Syekh Ahmad, ditugaskan oleh sang ayah meneruskan perjuangan menyebarkan ajaran Agama Islam di Pesantren Quro Karawang atau [[Masjid Agung Karawang]] sekarang.
Sedangkan sisa santrinya yang lain yakni Syech Bentong ikut bersama Syech Quro dan Ratna Sondari istrinya pergi ke bagian Utara Karawang tepatnya ke Pulo Bata Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang sekarang untuk menyebarkan ajaran Agama Islam dan bermunajat kepada Allah swt. Di Pulo Bata Syech Quro dan Syech Bentong membuat sumur yang bernama sumur Awisan, kini sumur tersebut masih dipergunakan sampai sekarang.
Waktu terus bergulir usia Syech Quro sudah sangat uzur, akhirnya Syech Quro Karawang meninggal dunia dan dimakamkan di Pulo Bata Desa Pulo Kalapa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang. Maka penerus perjuangan penyebaran ajaran Agama Islam di Pulo Bata, diteruskan oleh Syekh Bentong sampai akhir hayatnya Syekh Bentong.
== Hubungan Syekh Quro dengan Syekh Nurjati ==
Di tandai dengan hubungan berikut :
1. Syekh Quro Karawang mengirimkan orang kepercayaannya yang bergelar Penghulu Karawang ke Dukuh Pasambangan untuk menjalin persahabatan.
Baris 143 ⟶ 116:
2. Ratna Sondari ( Puteri Ki Gedeng Karawang ) atau istrinya Syekh Quro Karawang memberikan sumbangan hartanya untuk mendirikan sebuah masjid di Gunung Sembung ( Nur Giri Cipta Rengga ) yang bernama Masjid Dog Jumeneng atau Masjid Sang Saka Ratu.
3. Syekh
4. Cucunya Syekh Ahmad dari Nyi Mas Kedaton yang bernama
5. Pengangkatan juru kunci di situs maqom Syekh Quro dikuatkan oleh pihak Keraton Kanoman Cirebon.
== Makam ==
Makam Syekh Quro Karawang dan Makam Syekh Bentong ditemukan oleh Raden Somaredja alias Ayah Djiin alias Pangeran Sambri dan Syech Tolha pada tahun 1859 Masehi atau pada abad ke – 19. Raden Somaredja alias Ayah Djiin alias Pangeran Sambri dan Syech Tolha, di tugaskan oleh Kesultanan Cirebon, untuk mencari makam Maha guru leluhur Cirebon yang bernama Syech Quro.
Bukti adanya makam Syekh Quro Karawang di Pulo Bata Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang, di perkuat lagi oleh Sunan Kanoman Cirebon yaitu Pangeran Haji Raja Adipati Jalaluddin saat berkunjung ke tempat itu dan surat, penjelasan sekaligus pernyataan dari Putra Mahkota Pangeran Jayakarta Adiningrat XII Nomor: P-062/KB/PMPJA/XII/11/1992 pada tanggal 05 Nopember 1992 yang di tunjukan kepada Kepala Desa Pulokalapa Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang.
== Referensi ==
# [http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=165&lang=id#sthash.nKCRrg8i.dpuf Syehk Quro Karawang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150216111141/http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=165&lang=id#sthash.nKCRrg8i.dpuf |date=2015-02-16 }} Disparbud Prov. Jabar
# [http://web.iaincirebon.ac.id/tutorial/biografi-syekh-nurjati/ Biografi Syekh Nurjati] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150120102509/http://web.iaincirebon.ac.id/tutorial/biografi-syekh-nurjati/ |date=2015-01-20 }} IAIN Cirebon
Baris 159 ⟶ 133:
# [http://dalmaspunya.blogspot.com/2013/02/perkembangan-islam-di-cirebon.html Biografi Syekh Nurjati] H. R. Bambang Irianto, BA dan Dra. Siti Fatimah, M.hum. 2009. Syekh Nurjati (Syekh Datul Kahfi) perintis Dakwah dan Pendidikan. Cirebon: Zulfana Cierbon
{{Portal bar|Indonesia|Sejarah|Biografi|Islam}}
{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Qurotul Ain }}
[[Kategori:Tokoh penyebar Islam di Indonesia|Datuk Kahfi]]
[[Kategori:Sayyid]]
|