Bubuksah dan Gagangaking: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
k Cerita
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 6:
Karena diwariskan secara lisan turun-temurun, berbagai versi cerita ini muncul. Namun demikian, ada plot yang tetap dipertahankan. Berikut disampaikan versi umum yang cukup dikenal.<ref name=SM-2017/>
 
Ada dua orang bersaudara bernama Gagangaking (sang kakak) dan Bubuksah (adiknya), yang karena sesuatu hal (banyak versi mengenai hal ini), kemudian belajar untuk menjadi pertapa dan mendapat perkenan dewa. Mereka belajar dari seorang guru, namuntetapi dalam pelaksanaan ''lakú'' bertapanya menempuh dua jalan yang berbeda.
 
Gagangaking membatasi makan dan minum serta kenikmatan duniawi sebagai laku prihatin untuk mencapai tingkat spiritual tertinggi. Akibatnya tubuhnya menjadi kurus-kering; itulah mengapa ia dijuluki Gagangaking (artinya "tangkai kering"). Sebaliknya, sang adik - Bubuksah, yang artinya "usus serakah" - menempuh ''laku'' dengan menikmati segala hal yang duniawi, termasuk makan dan kesenangan, sebagai bentuk "tantangan" kepada tubuhnya sendiri sebagai bentuk pencapaian spiritual. Gagangaking, sebagai kakak mencoba mengingatkan Bubuksah agar meninggalkan cara ''laku'' tersebut, yang dianggapnya membuat sang pelaku mudah tergelincir dalam kenikmatan duniawi. Bubuksah menolak peringatan tersebut. Akhirnya, kedua bersaudara tersebut terlibat dalam perdebatan.
Baris 66:
<ref name=Suleiman>{{Cite book|title=Seri Penerbitan Bergambar 3: Batur Pendopo Panataran|last=Suleiman|first=Satyawati|date=1981|publisher=Pusat Penelitian Arkeologi Nasional|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>
 
<ref name=belabelu>{{Cite news|url=https://www.harianmerapi.com/kearifan/2018/07/20/25645/menelisik-kisah-syeh-bela-belu-dan-damiaking-1-mengembara-menyusur-pantai-selatan|title=MENELISIK KISAH SYEH BELA BELU DAN DAMIAKING (1) – Mengembara–Mengembara Menyusur Pantai Selatan|last=adminmerapi|first=|date=20 Juli 2018|work=Harian Merapi daring|access-date=14 Maret 2020|archive-date=2021-04-17|archive-url=https://web.archive.org/web/20210417062917/https://www.harianmerapi.com/kearifan/2018/07/20/25645/menelisik-kisah-syeh-bela-belu-dan-damiaking-1-mengembara-menyusur-pantai-selatan|dead-url=yes}}</ref>
}}
 
== Bacaan ==
* Nawa Tunggal. [https://m.tribunnews.com/iptek/2015/12/02/sudah-7-abad-misteri-relief-panji-di-candi-penataran-belum-terkuak Sudah 7 Abad, Misteri Relief Panji di Candi Penataran Belum Terkuak]. TribunNews.com Edisi Rabu, 2 Desember 2015.
* Achmad Junaidi. [https://jatim.deliknews.com/2018/09/08/mengenal-lebih-jauh-blitar-kota-makam-raja-raja-episode-3-candi-penataran-palah-perwujudan-dewa-siwa/ Mengenal Lebih Jauh Blitar, Kota Makam Raja – RajaRaja–Raja Episode 3 ( Candi Penataran/ Palah, Perwujudan Dewa Siwa)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200605071102/https://jatim.deliknews.com/2018/09/08/mengenal-lebih-jauh-blitar-kota-makam-raja-raja-episode-3-candi-penataran-palah-perwujudan-dewa-siwa/ |date=2020-06-05 }}. Deliknews.com. September 8, 2018.
 
{{Dongeng}}
Baris 77:
{{Rintisan}}
 
[[Kategori:Cerita rakyat dari Jawa Timur]]
[[Kategori:Majapahit]]
[[Kategori:Hindu]]