Sampuraga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Cerita |
|||
(20 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Bukit Sampuraga.jpg|
'''Sampuraga''' adalah sebuah cerita rakyat dengan beberapa versi, versi pertama berasal dari kisah nama tokoh cerita dari suku Dayak Tomun yang berasal daerah Kabupaten [[Lamandau]] Provinsi [[Kalimantan Tengah]], [[Indonesia]], di
Cerita rakyat yang mirip dengan kisah [[Malin Kundang]] dari [[Padang]] tersebut mempunyai versi kedua yang jauh lebih terkenal di Indonesia, yaitu legenda [[Kolam Sampuraga]] dari daerah [[Mandailing Natal]], [[Sumatera Utara]]. Begitu juga dengan [[Legenda]] [[Batu Bangkai]] dari [[Kalimantan Selatan]].
Baris 6:
== Legenda Kolam Sampuraga versi Mandailing Natal ==
[[Berkas:Sampuraga.jpg|
===
Salah satu cerita yang diwariskan secara turun temurun di [[Mandailing]] adalah cerita ataupun “Legenda Sampuraga”. Dahulu, Sampuraga dan ibunya tinggal di tempat daerah [[
=== Sampuraga Pergi Merantau ===
Sampuraga terus melanjutkan petualangannya dengan kelelahan yang terus menerus. Setelah beberapa lama sampailah ia ke Pidelhi (''sekarang pidoli''), dan berdiam di sana untuk beberapa waktu. Kemudian dilanjutkannya perjalanannya ke Desa [[Sirambas]]. Pada waktu itu, [[Sirambas]] dipimpin oleh seorang raja yang bernama [[Silanjang]] ([[Kerajaan Silancang]]). Di tempat ini, Sampuraga bekerja keras, yang merupakan kebiasaannya sejak masa kanak-kanak. Raja pun tertarik, dan ingin menjodohkannya pada putrinya. Tentu saja Sampuraga sangat senang setelah mengetahui hal ini. Raja bermaksud membuat pesta besar, semua raja di sekitar [[Mandailing]] diundang. Sementara ibunya sangat rindu pada putranya. Sampuraga telah tumbuh menjadi dewasa dengan begitu banyak perubahan. Dia tidak lagi seorang yang miskin seperti dahulu. Dia adalah lelaki yang kaya raya dan menjadi seorang raja.
=== Kedurhakaan Sampuraga ===
Ketika upacara perkawinan tiba, ibunya datang ke pesta itu berharap dapat berjumpa dengan putranya secepatnya. Tetapi yang terjadi kemudiian adalah Sampuraga tidak mengakui kalau itu adalah ibunya. Dia malu kepada istrinya karena ibunya kelihatan sangat tua renta dan miskin. Dia menyuruh ibunya untuk pergi dari tempat itu. Sampuraga berkata, “Hei orang tua, kamu bukan ibu kandungku! Ibuku telah lama meninggal dunia. Pergi!!!” Sampuraga tidak peduli dengan kesedihan dan penderitaan ibunya. Ibunya pun pergi sambil memohon dan berdo’a kepada Allah SWT. Sampuraga dikutuk oleh ibunya, dan kedurhakaannya tidak lain adalah disebabkan oleh kekayaannya. Ibunya memeras air susunya, Sampuraga lupa bahwa ia pernah disusui oleh ibunya. Atas kehendak Allah SWT, datanglah badai secara tiba-tiba. Di sekitar tempat istana, terjadi banjir, dan istana tersebut dihempas oleh air. Sampuraga tenggelam, dan tempat itu menjadi Sumur Air Panas. Itulah yang dikenal dengan Air Panas Sampuraga di Desa Sirambas.
''Sumber
* www.madina.go.id'' <ref name="madina">{{cite web | title = Sampuraga | publisher = www.madina.go.id | url = http://www.madina.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=27&Itemid=27 | accessdate = 2012-10-28 | archive-date = 2012-08-05 | archive-url = https://web.archive.org/web/20120805112958/http://madina.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=27&Itemid=27 | dead-url = yes }}</ref>
* www.depdagri.go.id <ref name="madinakab">{{cite web
== Legenda Bukit Sampuraga versi Dayak
{{Untuk|tokoh dalam cerita rakyat Dayak Tomun (nama lainnya)|Cenaka Burai}}
=== Patih Sebatang menikahi Mayang Ilung ===
Baris 35:
Cenaka Burai dibesarkan ayahnya sebagai seorang pemuda yang berharkat dan bermartabat tinggi. Dan entah bagaimana asal-usulnya, Cenaka Burai juga kelak dipanggil sebagai Sampuraga. Kemudian ketika sudah dewasa, Sampuraga diceritakan ayahnya bahwa ibunya ada di sebuah kerajaan nun jauh di hulu Sungai Belantikan. Sampuraga berkeras ingin menjumpai ibu kandungnya tersebut, dan meminta apa ciri-ciri ibunya. Sang ayah pun menceritakan kecantikan ibu kandung Sampuraga, dan menunjukkan sebuah cincin pernikahan mereka.
Dibekali dengan cincin pernikahan ayahnya, Sampuraga pergi berlayar sampai ke kerajaan Petarikan. Sesampainya di sana, masyarakat membawanya menemui sang ibu yang sudah tua. Mayang Ilung ternyata telah bertahun-tahun menantikan kembalinya anak kandungnya. Bukan main senangnya Dayang Ilung mengetahui buah hatinya menjumpainya langsung. Hampir saja ia memeluk Sampuraga,
Sampuraga masih ingin membuktikan lagi. Dikenakannya cincin pernikahan ayahnya kepada wanita tua itu. Karena usia telah membuat tubuh Mayang Ilung lebih kurus, cincin tersebut menjadi terlalu besar untuk melingkari jari-jarinya. Sampuraga semakin yakin bahwa wanita itu bukan ibunya. Sampuraga memutuskan untuk pulang.
Baris 51:
== Dayak Tomun dan Pengaruh budaya Minangkabau ==
Dayak Tomun sebagai pewaris cerita Sampuraga merupakan nama suku besar
Mengherankan bahwa asal usul Dayak Tomun berkaitan erat dengan suku [[Minangkabau]] di
== Lihat pula ==
Baris 69:
* {{id}} [http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/13-Legenda-Gunung-Batu-Bangkai Legenda Gunung Batu Bangkai - ceritarakyatnusantara.com]
[[Kategori:Cerita rakyat
[[Kategori:Cerita rakyat dari Mandailing Natal]]
|