Sasirangan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Laxpl (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Bot: Mengganti kategori yang dialihkan Penemuan Indonesia menjadi Reka cipta Indonesia
 
(25 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
| image_file = [[File:Kain Sasirangan.jpg|300px]]
| caption = Ragam wastra Sasirangan khas Banjar di [[Kalimantan Selatan]]
| type = busana, kain penyembuhan
| material = Benang kapas/Serat kulit kayu, sutera, satin, santung, balacu, kaci, polyster, hingga rayon.<ref>https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/kain-sasirangan/#:~:text=Pada%20mulanya%20kain%20sasirangan%20menggunakan,kaci%2C%20polyster%2C%20hingga%20rayon.</ref>
| material =
| location = [[Banjarnegara]]Kalimantan di [[JawaSelatan]], kemudian diperkenalkan ke [[Daerah Banjar|tenggara Kalimantan]] ([[Indonesia]])
| manufacturer = [[Suku Banjar|Banjar]]
| url = [https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?cari=Sasirangan ''{{lang|bjn|Sasirangan}}'' – Warisan Budaya Takbenda Indonesia] }}
'''{{lang|bjn|Sasirangan}}''' adalah kain tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah satu dari 33 kain tradisional warisan budaya tak benda di Indonesia. Sasirangan berasal dari kata ''sirang'' atau ''manyirang'' yang dalam bahasa banjar berarti menjelujur atau teknik menjahit menggunakan tangan. Motifnya dibuat dengan jahitan dengan teknik jelujur.
'''{{lang|bjn|Sasirangan}}''' ({{Script/Java|ꦱꦱꦶꦫꦔꦤ꧀}}) atau juga dikenali sebagai '''''{{lang|jv|Sisirangan}}''''' ({{Script/Java|ꦱꦶꦱꦶꦫꦔꦤ꧀}}) adalah suatu keterampilan tradisional menghias kain khas [[suku Banjar|Banjar]] dan [[suku Jawa|Jawa]]. Motifnya dibuat dengan jahitan dengan teknik jelujur. Awalnya, kain sasirangan diyakini dapat mengobati penyakit dan mengusir [[Setan|roh jahat]] sehingga pembuatannya dibatasi. Namun sekarang, produksi kain sasirangan sudah diperluas dalam berbagai kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan penampilan. Secara umum, pembuatannya masih menggunakan cara tradisional.<ref>{{Cite journal|last=Pratomo et al.|first=|date=2018|title=Optimasi E-Commerce dengan Penerapan Teknik SEO (Search Enginee Optimization) untuk Meningkatkan Penjualan pada UKM Nida Sasirangan|url=https://ejurnal.poliban.ac.id/index.php/impact/article/view/615/604|journal=Impact: Jurnal Implementation and action|volume=1|issue=1|pages=36|doi=}}</ref>
 
Awalnya, kain sasirangan diyakini dapat mengobati penyakit dan mengusir [[Setan|roh jahat]] sehingga pembuatannya dibatasi. Namun sekarang, produksi kain sasirangan sudah diperluas dalam berbagai kebutuhan, salah satunya adalah kebutuhan penampilan. Secara umum, pembuatannya masih menggunakan cara tradisional.<ref>{{Cite journal|last=Pratomo et al.|first=|date=2018|title=Optimasi E-Commerce dengan Penerapan Teknik SEO (Search Enginee Optimization) untuk Meningkatkan Penjualan pada UKM Nida Sasirangan|url=https://ejurnal.poliban.ac.id/index.php/impact/article/view/615/604|journal=Impact: Jurnal Implementation and action|volume=1|issue=1|pages=36|doi=}}</ref>
Sejak tahun 2010, tradisi ''Sasirangan'' secara resmi diakui sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda khas Indonesia dalam bidang Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional yang berasal dari [[Kalimantan Selatan]].<ref>{{citation|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?cari=Sasirangan|title=Sasirangan|language=id|work=Intangible Cultural Heritage of Indonesia – Directorate of Cultural Heritage and Diplomacy |publisher=Ministry of Education and Culture of the Republic Indonesia|year=2010}}</ref>
 
Sejak tahun 2010, tradisi ''Sasirangan'' secara resmi diakui sebagai salah satu Warisan Budaya Tak benda khas Indonesia dalam bidang Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional yang berasal dari [[Kalimantan Selatan]].<ref>{{citation|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?cari=Sasirangan|title=Sasirangan|language=id|work=Intangible Cultural Heritage of Indonesia – Directorate of Cultural Heritage and Diplomacy |publisher=Ministry of Education and Culture of the Republic Indonesia|year=2010}}</ref>
 
== Sejarah ==
Sasirangan mulai dibuat sejak abad ke-12 hingga ke-14 [[Masehi]] di Kalimantan Selatan. Pembuatannya dikenal dalam cerita rakyat yang membahas tentang masa [[Kerajaan Negara Dipa]]. Cerita ini membahas tentang [[Patih Lambung Mangkurat]] yang merupakan raja [[Kerajaan Negara Dipa]]. Ia bertemu dengan seorang wanita yang bernama [[Putri Junjung Buih]]. Keduanya mengadakan perjanjian untuk menikah dengan dua syarat. Syarat pertama adalah membuat sebuah istana yang hanya boleh dikerjakan oleh 40 bujangan dalam waktu sehari. Syarat kedua adalah membuat sehelai kain sasirangan berwarna kuning dalam waktu sehari yang hanya boleh dikerjakan oleh 40 perawan. Patih Lambung Mangkurat berhasil memenuhi kedua permintaan ini dan Putri Junjung Buih kemudian mengenakan kain sasirangan tersebut untuk melangsungkan pernikahan di istana yang telah didirikan. Ia meninggalkan [[Sungai Tabalong]] yang menjadi tempat persemayamannya dan menikah dengan Patih Lambung serta menjadi permaisuri dari Kerajaan Negara Dipa.{{Sfn|Andriana|2018|p=79}}
 
== Cara pembuatan ==
Sesuai dengan istilah namanya, motif kain sasirangan dibuat dengan menjahit terlebih dahulu kain dengan teknik jelujur. Benang jahitan kemudian ditarik hingga kain mengerut dan setelah itu diberi warna pada jahitan jelujurnya sehingga menghasilkan motif yang cantik. Pada mulanya kain sasirangan hanya dibuat untuk mengobati orang sakit dan mengusir roh jahat, sehingga hanya orang tertentu yang dapat membuat kain ini, tetapi sekarang kain sasirangan dapat dibuat oleh siapa saja asalkan mempunyai keterampilan untuk membuatnya. Saat ini di Kalimantan Selatan banyak sekali pengrajin yang mampu membuat kain sasirangan dengan berbagai motif yang menarik. Pembuatan kain sasirangan umumnya masih dilakukan secara tradisional, mulai dari tahap mendesain motif, merajut, mencelup, membuka rajutan, mencuci dan menyetrika.
 
== Motif ==
[[Berkas:Stamp of Indonesia - 2011 - Colnect 691616 - Sasirangan Basir Kalimantan Selatan.jpeg|jmpl|]]
[[Berkas:Stamps of Indonesia, 054-10.jpg|jmpl|Penggunaan motif kain sasirangan dalam [[perangko]].]]
Motif kain sasirangan menggunakan bentuk jelujur atau garis-garis vertikal dari atas ke bawah yang memanjang. Benda-benda alam di Kalimantan Selatan menjadi landasan gambar motif. Kain sasirangan terbagi menjadi tiga jenis motif utama, yaitu motif lajur, motif ceplok, dan motif variasi. Motif lajur menggunakan garis tegak lurus dan garis lengkung yang memanjang. Motif ceplok adalah motif tunggal yang berbentuk garis tegak lurus. Sedangkan motif variasi adalah motif tambahan untuk menghiasi motif ceplok atau motif lajur.{{Sfn|Almas|2018|p=214}} Tiap motif dapat dipakai oleh seluruh masyarakat tanpa ada pembedaan dan pelanggaran terhadap adat istiadat [[Suku Banjar]].{{Sfn|Andriana|2018|p=81–82}}
 
Adapun motif tradisional sasirangan antara lain motif Kulat Karikit, Gigi haruan, Hiris Pudak, Naga Belimbur, Ular Lidi, bayam Raja, Bintang Bahambur, Tampuk Manggis, Kambang Sakaki, Daun Jeruju, Kambang Kacang, Kangkung Kaombakan, Hiris gagatas, Turun Dayang dan Ombak Sinampur karang.<ref>{{Cite journal|last=Rosyad|first=M|date=2017|title=Pengenalan Motif Dasar Pada Kain Sasirangan Menggunakan Metode Template Matching|url=https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/JIT/article/view/1107|journal=Technologia: Jurnal Ilmiah|volume=8|issue=2|pages=53-61}}</ref>
== Pemanfaatan ==
Masyarakat Kalimantan Selatan awalnya mempercayai bahwa kain sasirangan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kain sasirangan yang berwarna kuning dengan pingiran hijau dan bermotif ketupat merah menjadi penyembuh yang utama. Warna kuning merupakan persimbolan untuk dewa [[Wisnu]], [[Kresna]] dan [[Ganesa]] dalam [[agama Hindu]]. Selain itu, warna kuning juga menjadi simbol kekeramatan dan penangkal dari roh jahat.{{Sfn|Andriana|2018|p=79}} Sebelum digunakan, kain sasirangan diasapi dengan dupa dan dibacakan salawat tiap malam Senin dan Jumat. Kain sasirangan kemudian dipakaikan ke orang yang sakit sebagai sarung, ikat pinggang atau ikat kepala. Sebagai sarung, kain sasirangan dipercaya mengobati penyakit [[demam]] atau [[Urtikaria|gatal-gatal]]. Sebagai ikat pinggang, kain sasirangan dapat menyembuhkan berbagai [[Mulas|penyakit perut]]. Sedangkan penggunaan sasirangan sebagai ikat kepala diyakini dapat menyembuhkan [[sakit kepala]].{{Sfn|Andriana|2018|p=79–80}}
 
=== Pemaknaan ===
Pada awalnya, penggunaan kain sasirangan sebagai alat [[terapi]] sangat terbatas, karena pembuatnya juga terbatas. Keterampilan membuat sasirangan hanya diajarkan secara turun temurun dan memerlukan [[Ritus|ritual khusus]] yang rumit. Para pengrajin harus menyiapkan [[sesajen]] berupa kue khas Banjar, segelas kopi manis dan kopi pahit. Sesajian ini harus diletakkan dekat dengan perapian bertabur [[dupa]] yang harum. Setelahnya diadakan pembacaan doa dan sesajen dimakan bersama oleh para pengrajin. Pembuatan sasirangan dilakukan setelah ritual selesai.{{Sfn|Andriana|2018|p=80}}
Tiap motif sasirangan memiliki makna berikut:{{Sfn|Almas|2018|p=217–218}}
 
{| class="wikitable sortable mw-collapsible"
Warna dari kain sasirangan yang dibuat menentukan jenis khasiat pengobatannya. Warna yang umum ditemukan yaitu warna kuning, merah, hijau, hitam, ungu, dan cokelat. Kain sasirangan yang berwarna kuning digunakan untuk mengobati penyakit kuning. Kain sasirangan yang berwarna merah untuk mengobati penyakit sakit kepala dan sulit tidur. Kain sasirangan yang berwarna hijau untuk mengobati [[kelumpuhan]]. Kain sasirangan yang berwarna hitam untuk mengobati penyakit demam dan kulit gatal-gatal. Kain sasirangan yang berwarna ungu untuk mengobati sakit perut. Sedangkan kain sasirangan yang berwarna cokelat untuk mengobati penyakit [[stres]].{{Sfn|Andriana|2018|p=80–81}}
 
Saat ini, kain sasirangan memiliki tiga fungsi yaitu sebagai kain ritual, kain tradisional, dan kain [[Modernisme|modern]]. Pemanfaatannya disesuaikan dengan motif berikut:{{Sfn|Almas|2018|p=214}}
{| class="wikitable"
|+Motif sasiringan dan penggunaannya
!Nomor
!Nama motif
!Flora dan fauna yang
dijadikan motif<ref>{{Cite journal|last=Wahyuningtyas|first=Reno|date=2018|title=FLORA DAN FAUNA DALAM MOTIF BATIK KALIMANTAN|url=https://foreibanjarbaru.or.id/archives/4252|journal=Majalah Bekantan|volume=6|issue=2|pages=31}}</ref>
!Pemaknaan
!Penggunaan
|-
|1
|Sari Gading
|
|Kekuasaan, Martabat
|Ritual
|-
|2
|Kangkung KaokambanKaombakan
|[[Kangkung]] (''Ipomoea aquatica'')
|Pantang menyerah dan putus asa
|Tradisional
|-
|3
|Gigi Haruan
|[[Ikan gabus|Ikan Gabus]]
|Berpemikiran tajam
|Tradisional
|-
|4
|Daun JerujuJaruju
|[[Jeruju]] (''Acanthus sp.'')
|Menghindari bencana dan malapetaka
|Tradisional
|-
|5
|KembangKambang Kacang
|[[Kacang tanah|Kacang]] (''Arachis hypogaea'')
|Kekerabatan dan keakraban
|Tradisional
|-
|6
|Tampuk Manggis
|[[Manggis]] (''Garcinia mangostana'')
|Kejujuran
|Tradisional
|-
|7
|Hiris [[Pandan|Pudak]]
|[[Suji hijau]]
|Tanaman khas masyarakat Banjar, harum dan banyak manfaatnya
|Tradisional
|-
|8
|Kembang Sakaki
|[[Cleyera japonica|Sakaki]] (''Cleyera japonica'')
|Keindahan
|Tradisional
|-
|9
|Bayam Raja
|Bayam raja (''Amaranthus hybridus'')
|Bermartabat dan dihormati
|Tradisional
|-
|10
|Ombak Sinapur Karang
|
|Ujian dalam kehidupan manusia
|Tradisional
|-
|11
|Naga Balimbur
|Ular [[naga]]
|Kegembiraan dan kesenangan
|Tradisional
|-
|12
|Bintang Bahambur
|
|Keagamaan
|Modern
|-
|13
|Jajumputan
|
|Persilangan budaya dengan budaya jawa
|Modern
|-
|14
|Daun Katu
|Katu atau katuk (''Sauropus androgynus'')
|Keindahan dan simbol tanaman yang banyak manfaatnya untuk masyarakat
|Modern
|-
|15
|Gradasi
|
|Keindahan
|Modern
|-
|16
|[[Duku|Langsat]]
|
|Buah khas [[Tanjung, Tabalong|Tanjung]]
|Modern
|-
|17
|Naga
|
|Keindahan
|Modern
|-
|18
|Laba-laba
|
|Keindahan
|Modern
|-
|19
|Dara MenginangManginang
|[[Pinang]] (''Areca catechu'')
|Keindahan dan tradisi nenek moyang yaitu manginang atau makan sirih
|Modern
|-
|20
|[[Bekantan|Bakantan]]
|
|Hewan khas Kalimantan Selatan
|Modern
|-
|21
|[[Pasar terapung|Pasar Terapung]]
|
|Budaya masyarakat Kalimantan Selatan
|Modern
|-
|22
|Ketupat
|
|Makanan khas [[Kandangan, Hulu Sungai Selatan|Kandangan]]
|Modern
|}
 
== Pemaknaan ==
Tiap motif sasirangan memiliki makna berikut:{{Sfn|Almas|2018|p=217–218}}
{| class="wikitable"
!Nomor
!Nama motif
!Pemaknaan
|-
|123
|Ramak Sahang
|Sari Gading
|[[Lada|Merica]] (''Piper nigrum'')
|Kekuasaan, Martabat
|artinya merica hancur/remuk, makna tersirat belum diketahui
|
|-
|224
|Turun Dayang
|Kangkung Kaokamban
|''[[Huperzia phlegmaria|Huperzia sp]].'', tumbuhan paku yang menempel pada batang pohon
|Pantang menyerah dan putus asa
|makna tersirat belum diketahui
|
|-
|325
|Hular Lidi
|Gigi Haruan
|ular kecil
|Berpemikiran tajam
|simbol hewan kecil & cerdik
|
|-
|426
|Sisik Tanggiling
|Daun Jeruju
|[[Tenggiling|Trenggiling]] (''Manis sp''.)
|Menghindari bencana dan malapetaka
|makna tersirat belum diketahui
|
|-
|527
|Mayang Maurai
|Kembang Kacang
|Mayang atau bunga [[kelapa]] (''Cocos nucifera'') yang
|Kekerabatan dan keakraban
terurai
|-
|motif sakral untuk upacara adat bamandi-
|6
mandi
|Tampuk Manggis
|
|Kejujuran
|-
|7
|Hiris [[Pandan|Pudak]]
|Tanaman khas masyarakat Banjar
|-
|8
|Kembang Sakaki
|Keindahan
|-
|9
|Bayam Raja
|Bermartabat dan dihormati
|-
|10
|Ombak Sinapur Karang
|Ujian dalam kehidupan manusia
|-
|11
|Naga Balimbur
|Kegembiraan dan kesenangan
|-
|12
|Bintang
|Keagamaan
|-
|13
|Jajumputan
|Persilangan budaya dengan budaya jawa
|-
|14
|Daun Katu
|Keindahan
|-
|15
|Gradasi
|Keindahan
|-
|16
|[[Duku|Langsat]]
|Buah khas [[Tanjung, Tabalong|Tanjung]]
|-
|17
|Naga
|Keindahan
|-
|18
|Laba-laba
|Keindahan
|-
|19
|Dara Menginang
|Keindahan
|-
|20
|[[Bekantan|Bakantan]]
|Hewan khas Kalimantan Selatan
|-
|21
|[[Pasar terapung|Pasar Terapung]]
|Budaya masyarakat Kalimantan Selatan
|-
|22
|Ketupat
|Makanan khas [[Kandangan, Hulu Sungai Selatan|Kandangan]]
|}
 
== Pemanfaatan ==
Masyarakat Kalimantan Selatan awalnya mempercayai bahwa kain sasirangan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Kain sasirangan yang berwarna kuning dengan pingiran hijau dan bermotif ketupat merah menjadi penyembuh yang utama. Warna kuning merupakan persimbolan untuk dewa [[Wisnu]], [[Kresna]] dan [[Ganesa]] dalam [[agama Hindu]]. Selain itu, warna kuning juga menjadi simbol kekeramatan dan penangkal dari roh jahat.{{Sfn|Andriana|2018|p=79}} Sebelum digunakan, kain sasirangan diasapi dengan dupa dan dibacakan salawat tiap malam Senin dan Jumat. Kain sasirangan kemudian dipakaikan ke orang yang sakit sebagai sarung, ikat pinggang atau ikat kepala. Sebagai sarung, kain sasirangan dipercaya mengobati penyakit [[demam]] atau [[Urtikaria|gatal-gatal]]. Sebagai ikat pinggang, kain sasirangan dapat menyembuhkan berbagai [[Mulas|penyakit perut]]. Sedangkan penggunaan sasirangan sebagai ikat kepala diyakini dapat menyembuhkan [[sakit kepala]].{{Sfn|Andriana|2018|p=79–80}}
 
Pada awalnya, penggunaan kain sasirangan sebagai alat [[terapi]] sangat terbatas, karena pembuatnya juga terbatas. Keterampilan membuat sasirangan hanya diajarkan secara turun temurun dan memerlukan [[Ritus|ritual khusus]] yang rumit. Para pengrajin harus menyiapkan [[sesajen]] berupa kue khas Banjar, segelas kopi manis dan kopi pahit. Sesajian ini harus diletakkan dekat dengan perapian bertabur [[dupa]] yang harum. Setelahnya diadakan pembacaan doa dan sesajen dimakan bersama oleh para pengrajin. Pembuatan sasirangan dilakukan setelah ritual selesai.{{Sfn|Andriana|2018|p=80}}
 
Warna dari kain sasirangan yang dibuat menentukan jenis khasiat pengobatannya. Warna yang umum ditemukan yaitu warna kuning, merah, hijau, hitam, ungu, dan cokelat. Kain sasirangan yang berwarna kuning digunakan untuk mengobati penyakit kuning. Kain sasirangan yang berwarna merah untuk mengobati penyakit sakit kepala dan sulit tidur. Kain sasirangan yang berwarna hijau untuk mengobati [[kelumpuhan]]. Kain sasirangan yang berwarna hitam untuk mengobati penyakit demam dan kulit gatal-gatal. Kain sasirangan yang berwarna ungu untuk mengobati sakit perut. Sedangkan kain sasirangan yang berwarna cokelat untuk mengobati penyakit [[stres]].{{Sfn|Andriana|2018|p=80–81}}
 
== Referensi ==
Baris 234 ⟶ 226:
 
[[Kategori:Tekstil]]
[[Kategori:PenemuanReka cipta Indonesia]]
[[Kategori:Budaya Indonesia]]
[[Kategori:Kalimantan Selatan]]
Baris 240 ⟶ 232:
[[Kategori:Pakaian Indonesia]]
[[Kategori:Wastra Banjar]]
[[Kategori:Wastra Jawa]]