Keraton Kanoman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Bersih-bersih (via JWB)
Sedjati88 (bicara | kontrib)
 
(4 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{More citations needed|date=Mei 2021}}{{Infobox building
 
{{coord|display=title|-6.722425|108.567547}}
{{Infobox building
| name = Keraton Kanoman Cirebon
| native_name = Karaton Kanoman<br/>[[Berkas:KARATON_KANOMAN_DJOHARUDIN.svg|x20px]]<br/>
Baris 10 ⟶ 7:
| image_alt = Pintu gerbang masuk Keraton Kanoman
| image_caption = Gapura barat pada komplek ''Lemah duwur'' di keraton Kanoman (tahun 1920-1933)
| map_type = Indonesia Kotamadya Cirebon#Indonesia Jawa Barat#Indonesia Jawa#Indonesia
| coordinates = {{coord|-6.726290847074585|108.57091691627097|display = title,inline}}
| map_alt = Lokasi di Jawa Barat
| map_captionmap_size = Lokasi di Jawa= Barat300px
| map_size = 250px
| address = Jalan Kanoman 40, [[Lemahwungkuk, Lemahwungkuk, Cirebon]]
| location_city = [[Kota Cirebon]]
| location_country = {{flag|Indonesia}}
|building_type = Istana/keraton
| inauguration_date =1678 M{{start date and age|1678|p=yes}}}}
}}
'''Keraton Kanoman''' adalah salah satu dari dua bangunan [[kesultanan Cirebon]], setelah berdiri keraton Kanoman pada tahun 1678 M [[kesultanan Cirebon]] terdiri dari [[keraton Kasepuhan]] dan keraton Kanoman. Kebesaran [[Islam]] di Jawa bagian barat tidak lepas dari Cirebon. [[Sunan Gunung Jati]] adalah orang yang bertanggung jawab menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, sehingga berbicara tentang Cirebon tidak akan lepas dari sosok Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
 
Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran Mohamad Badridin atau Pangeran Kertawijaya, yang bergelar Sultan Anom I pada sekitar tahun 1678 M. Keraton Kanoman masih taat memegang adat-istiadat dan pepakem, di antaranya melaksanakan tradisi Grebeg Syawal,seminggu setelah [[Idul Fitri]] dan berziarah ke makam leluhur, Sunan Gunung Jati di Desa Astana, [[Cirebon Utara]]. Peninggalan-peninggalan bersejarah di Keraton Kanoman erat kaitannya dengan syiar agama Islam yang giat dilakukan Sunan Gunung Jati, yang juga dikenal dengan [[Syarif Hidayatullah]].
 
Kompleks Keraton Kanoman yang mempunyai luas sekitar 6 hektare ini berlokasi di belakang pasar Kanoman. Di Kraton ini tinggal sultan ke dua belas yang bernama Sultan Anom Raja MuhammadMochammad EmiruddinSaladin berserta keluarga. Kraton Kanoman merupakan komplek yang luas, yang terdiri dari bangunan kuno. salah satunya saung yang bernama bangsal witana yang merupakan cikal bakal Kraton yang luasnya hampir lima kali lapangan [[sepak bola]].
 
Di keraton ini masih terdapat barang barang, seperti dua kereta bernama [[Kereta kencana Paksi Naga Liman|Paksi Naga Liman]] dan Jempana yang masih terawat baik dan tersimpan di museum. Bentuknya burak, yakni [[hewan]] yang dikendarai [[Nabi Muhammad]] ketika ia [[Isra Mi'raj]]. Tidak jauh dari [[kereta]], terdapat bangsal Jinem, atau Pendopo untuk Menerima tamu, penobatan sultan dan pemberian restu sebuah acara seperti Maulid Nabi. Dan di bagian tengah Kraton terdapat kompleks bangunan bangunan bernama Siti Hinggil.
Baris 38 ⟶ 33:
Area alun alun Kanoman merupakan area terluar dari kompleks keraton Kanoman, pada masa lalu sebelum tahun 1924, alun-alun Kanoman dapat terlihat dari jalan besar di utaranya, di sebelah timurnya adalah tempat aktivitas jual beli masyarakat, di sebelah baratnya ada masjid agung Keraton Kanoman dan di sebelah selatannya adalah area ''Lemah Duwur'' yang salah satunya berisi bangunan ''Mande Manguntur'' (tempat sultan), namun Belanda yang berniat menjauhkan keraton Kanoman dari rakyat Cirebon akhirnya dengan sengaja memperluas area jual beli masyarakat yang ada disebelah timur alun alun dengan mendirikan pasar diatas sebagian tanah alun alun di sebelah utara sehingga secara sistematis keraton Kanoman tidak bisa langsung terlihat dari jalan besar di utaranya karena sudah tertutup oleh bangunan pasar yang diseleseikan Belanda pada 1924<ref name=made/>
 
Pada area alun alun Kanoman sebelah selatan menuju ke area ''Lemah Duwur'' terdapat dua buah bangunan yang mengapit jalan masuk menuju ''Mande Manguntur'', bangunan tersebut adalah ''Pancaratna'' dan ''Pancaniti'', selain itu juga terdapat dua buah ''Cungkup'' tempat menyimpan ''alu'' dan ''lesung'' yang berada di sebelah timur ''Pancaniti''<ref name=disbudpar>[{{Cite web |url=http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=217&lang |title=Tim Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2011. Keraton Kanoman. Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat] |access-date=2018-05-06 |archive-date=2018-05-07 |archive-url=https://web.archive.org/web/20180507085139/http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=217&lang |dead-url=yes }}</ref>
 
[[Berkas:"+arya+" ꦏꦿꦠꦺꦴꦤ꧀ꦏꦤꦺꦴꦩꦤ꧀ ꦥꦤ꧀ꦕꦫꦠ꧀ꦤ pancaratna kanoman.jpg|jmpl|ka|300px|''Pancaratna'' pada area alun-alun di komplek keraton Kanoman]]
Baris 106 ⟶ 101:
[[Berkas:Pulantara-1-696x522.jpg|jmpl|ka|300px|''Pulantara'' yang telah direvitalisasi kembali. Pada masa lalu ''Pulantara'' sempat dipergunakan sebagai tempat tinggal anak-anak Sultan]]
 
* '''''Pulantara''''' adalah bangunan yang dikelilingi pepohonan yang berada di ujung timur halaman keraton Kanoman, berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 24,8 meter, lebar 13 meter, dan tinggi 9,5 meter dan menghadap ke arah selatan. ''Pulantara'' dibangun tidak lama setelah keraton Kanoman berdiri, didirikan oleh Elang (Pangeran) Purbaya, putra dari Sultan Mohammad Badriddin (Sultan Anom I) sekitar 1600-an sebagai tempat tinggal untuk anak-anak Sultan, namun setelah Sultan Anom III Alimuddin mendirikan ''Kaputren'' maka ''Pulantara'' difungsikan sebagai tempat tinggal para prajurit [[kesultanan Kanoman]]. Pada masa Pangeran Raja (PR) Dzulkarnaen berkuasa menjadi Sultan Anom VIII setelah perundingan dengan kakaknya yaitu Pangeran Raja (PR) Anta yang keturunan Belanda-Prancis, Dzulkarnaen kemudian menjadikan ''Pulantara'' sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka yang akan dipergunakan untuk acara maulid nabi Muhammad saw.<ref>[https://sportourism.id/jelajah/pulantara-bangunan-megah-keraton-kanoman-yang-terancam-lenyap Rahmadsyah, Agung. 2017. Pulantara, Bangunan Megah Keraton Kanoman yang Terancam Lenyap. Jakarta: Sportourism]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
== Keraton Kanoman sebagai Objek Vital ==
Baris 124 ⟶ 119:
{{reflist}}
{{cirebon}}
{{Istana di Indonesia}}
 
[[Kategori:Kesultanan Kanoman]]