Patung Sura dan Baya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k clean up, replaced: atau pun → ataupun
Menghapus Patung_Sura_dan_Baya.jpg karena telah dihapus dari Commons oleh Krd; alasan: c:Commons:Deletion requests/File:Patung Sura dan Baya.jpg.
 
(26 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox Historic Sitepark
| name = Patung Sura dan Baya<br>{{nobold|{{small|ꦥꦠꦸꦁꦱꦸꦫꦭꦤ꧀ꦧꦪ}}}}
| image = Sura dan Baya statue.jpg =
| image_caption =
| location = [[Surabaya]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]
| coordinatesmap =
| builtmap_caption = 1988
| map_label =
| sculptor = Sigit Margono
| type = Patung ikonik
| architect = Sutomo Kusnadi
| location = [[Kota Surabaya]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]]
}}'''Patung Sura dan Baya''' ([[Bahasa Jawa|Jawa]]: ''Patung Suro lan Boyo'') adalah sebuah patung yang merupakan lambang [[kota Surabaya]]. Patung ini berada di depan [[Kebun Binatang Surabaya]]. Patung ini terdiri atas dua hewan ini yang menjadi inspirasi nama kota Surabaya: ikan ''sura'' dan ''baya'' (buaya).
| coordinates =
| area =
| owner =
| operator = Dinas Pariwisata Kota Surabaya
| visitation_num =
| status = Dibuka (setiap hari)
| opened = * 1988
| awards =
| designation =
| open =
| architectcreated = * Sutomo Kusnadi (arsitek)
* Sigit Margono (pemahat)
| facilities =
}}
Patung Sura dan Baya ([[Hanacaraka]]: ꦥꦠꦁꦬꦦꦫꦭꦤ꧀ꦬꦪ) adalah ikon paling terkenal dan juga pemandu Kota [[Surabaya]]. Patung tersebut terdiri dari dua jenis binatang, [[hiu]] dan [[buaya]]. Patung ini terdapat di tiga tempat di Kota Surabaya dan juga satu di Korea Selatan.<ref>{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/surabaya/read/4693574/ternyata-ini-kisah-di-balik-patung-sura-dan-baya-di-kota-surabaya|title=Ternyata Ini Kisah di Balik Patung Sura dan Baya di Kota Surabaya|last=|first=|date=|website=Liputan 6|access-date=10 Oktober 2023}}</ref>
 
== CeritaArti RakyatFilsafat ==
 
=== Menurut legenda ===
Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan Buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama ganas, dan sama-sama rakus. Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang ataupun yang kalah. Akhimya mereka mengadakan kesepakatan.
Patung Sura dan Buaya menyimpan cerita rakyat atau legenda tentang ikan sura dan buaya. Menurut legenda, dahulu kala terjadi perkelahian besar antara ikan sura dan buaya di suatu tempat. Pertarungan pertama karena ada ikan sura yang meninggalkan kawasan menuju [[sungai]]. Mengetahui hal itu, buaya yang merupakan penguasa daratan merasa tidak diterima dan meminta ikan sura kembali ke [[laut]]. Dari situlah terjadi pertarungan besar dengan berhasilnya pengembalian ikan sura ke laut. Oleh karena itu, tidak heran jika bentuk patung tersebut memperlihatkan dua binatang yang sedang berkelahi. Namun tempat terjadinya pertempuran itu diberi nama “Surabaya”.<ref>{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/surabaya/read/4693574/ternyata-ini-kisah-di-balik-patung-sura-dan-baya-di-kota-surabaya|title=Ternyata Ini Kisah di Balik Patung Sura dan Baya di Kota Surabaya|last=|first=|date=|website=Liputan 6|access-date=10 Oktober 2023}}</ref>
 
=== Menurut sejarah ===
“Aku bosan terus-menerus berkelahi, Buaya,” kata ikan Sura.
Patung Sura dan Baya melambangkan "mereka yang berani menghadapi bahaya". Secara bahasa, “sura” berarti keberanian, sedangkan “baya” berarti bahaya. Dahulu ketika [[Kerajaan Majapahit]] berdiri, terjadi penyerangan oleh orang Tar-Tar atau [[Mongolia|Mongol]] yang menyerbu tanah [[Jawa]]. Orangnya datang dari utara pulau ini, mereka mendarat di [[Jawa Timur]]. Pemimpin tentara Jawa yang mampu mengusir Tar-Tar atau Mongol pada masa itu bernama [[Radén Wijaya]] atau cikal bakal Kerajaan Majapahit. [[Raden Wijaya]] kemudian memanggilnya dengan sebutan “sanggramacura” atau “seorang pemberani yang takut karena keberaniannya dalam menghadapi bahaya” atau dengan kata lain ''Çirabhaya'' yang berarti “berani menghadapi bahaya”. Raden Wijaya dilambangkan sebagai pejuang pemberani, sedangkan tentara Mongol melambangkan bahaya yang datang ke Pulau Jawa.<ref>{{Cite journal|last=Sungkowati|first=Yulitin|date=2022|title=Alih Wahana Cerita Rakyat “Asal-Usul Surabaya” dalam Industri Kreatif|url=https://www.researchgate.net/publication/366473994_ALIH_WAHANA_CERITA_RAKYAT_ASAL-USUL_SURABAYA_DALAM_INDUSTRI_KREATIF|journal=Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan|volume=17|pages=95-109|issn=2714-8653}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://surabaya.go.id/id/page/0/4758/sejarah-kota-%09%09surabaya|title=Sejarah Kota Surabaya|first=|date=|website=Pemerintah Kota Surabaya|access-date=10 Oktober 2023}}</ref>
 
== Penempatan Patung ==
“Aku juga, Sura. Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?” tanya Buaya.
 
=== Di Surabaya ===
Ikan Hiu Sura yang sudah memiliki rencana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Buaya segera menerangkan.
[[Berkas:City_of_Surabaya_Logo.svg|thumb|150px|Lambang Kota Surabaya.]]
Patung ini terletak di tiga tempat di kota Surabaya. Pertama, di depan Kebun Binatang Surabaya. Patung di sini adalah patung terindah. Patung ini dibangun pada tahun 1988 oleh arsitek [[Sutomo Kusnadi]] dan pematung [[Sigit Margono]].<ref>{{Cite web|url=https://jatim.inews.id/berita/mengenal-asal-mula-patung-hiu-dan-buaya-surabaya/2|title=Mengenal Asal Mula Patung Hiu dan Buaya Surabaya|last=|first=|date=|website=Inews Jatim|access-date=10 Oktober 2023}}</ref>
 
Kedua di Taman Skate and BMX Surabaya ([[Genteng, Surabaya|Genteng]]). Patung ini dia tingginya 15 meter dan bisa menyemburkan air dari mulut ikan sura [[Kali Mas]] dari pinggiranya.<ref>{{Cite web|url=http://www.kabarsurabaya.org/2019/05/kota-surabaya-punya-mbahe-patung.html|title=Kota Surabaya Punya Mbah'e Patung Suroboyo|last=|first=|date=|website=Kabar Surabaya|access-date=10 Oktober 2023}}</ref><ref name=":0" />.
“Untuk mencegah perkelahian di antara kita, sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnya di dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air, sedangkan kamu berkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan. Sebagai batas antara daratan dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh air laut pada waktu pasang surut!”
 
Yang terakhir berada di Taman Surabaya ([[Kenjeran, Surabaya|Kenjeran]]). Patung terbesar memiliki tinggi 25,6 meter, sedangkan patung duduk berukuran 5 meter dan diameter 15 meter. Patung ini merupakan patung Sura dan Baya terbaru, per tahun 2019.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://www.jawapos.com/surabaya-raya/011741875/mengunjungi-3-patung-sura-dan-baya-yang-ikonik-ini-dia-lokasinya|title=Mengunjungi 3 Patung Sura dan Baya yang Ikonik, Ini Dia Lokasinya.|last=|first=|date=|website=Jawa Pos|access-date=10 Oktober 2023}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://www.detik.com/jatim/wisata/d-5973271/bagi-yang-belum-tahu-ini-3-lokasi-patung-sura-dan-baya-yang-ikonik|title=Bagi yang Belum Tahu, Ini 3 Lokasi Patung Sura dan Baya yang Ikonik|last=|first=|date=|website=Detik Jatim|access-date=10 Oktober 2023}}</ref>
“Baik aku setujui gagasanmu itu!” kata Buaya.
 
=== Di Luar Negeri ===
Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada perkelahian lagi antara Sura dan Buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati wilayah masing-masing.
Patung Sura dan Baya tidak hanya bisa ditemukan di Surabaya saja, namun juga di luar negeri yakni Korea Selatan. Patung ini diresmikan oleh mantan Wali Kota Surabaya, [[Tri Rismaharini]] yang kini menjabat Menteri Sosial pada tanggal 1 Juli 2014. Patung ini berdiri di sebuah taman kota yang terletak di Busan Indonesian Center. Patung di [[Busan]] seolah menjadi simbol komitmen Pemkot Surabaya dan Pemkot Busan. Patung tersebut dibuat oleh seorang seniman bernama [[Agung Tato]], terbuat dari bahan [[perunggu]] dengan tinggi 2,6 meter dan diameter 0,75 meter. Kolaborasi kedua pemerintah dimulai pada tahun 1994 dalam bidang budaya, pendidikan, ekonomi, dan mode.<ref>{{Cite web|url=https://nasional.tempo.co/read/589710/risma-resmikan-patung-suro-dan-boyo-di-busan|title=Risma Resmikan Patung Suro dan Boyo di Busan|last=|first=|date=|website=Tempo|access-date=10 Oktober 2023}}</ref>
 
== Lihat juga ==
Tetapi pada suatu hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini memang tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah melihat Ikan Hiu Sura melanggar janjinya.
 
*[[Kebun Binatang Surabaya]]
“Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?” tanya Buaya.
*[[Monumen Dr. Soetomo]]
*[[Monumen Kapal Selam]]
*[[Museum Sepuluh Nopember]]
*[[Museum Pendidikan|Museum Wiyata Surabaya]]
 
== Referensi ==
Ikan Hiu Sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja. “Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair? Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air? Nah, sungai ini ‘kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku,” kata Ikan Hiu Sura.
{{reflist}}
 
{{commons category|Patung Sura dan Baya}}
“Apa? Sungai itu ‘kan tempatnya di darat, sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah daerah kekuasaanku!” Buaya ngotot.
 
“Tidak bisa. Aku “kan tidak pernah bilang kalau di air hanya air laut, tetapi juga air sungai,” jawab Ikan Hiu Sura.
 
“Kau sengaja mencari gara-gara, Sura?”
 
“Tidak! Kukira alasanku cukup kuat dan aku memang di pihak yang benar!” kata Sura.
 
“Kau sengaja mengakaliku. Aku tidak sebodoh yang kau kira!” kata Buaya mulai marah.
 
“Aku tak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!” Sura tetap tak mau kalah.
 
“Kalau begitu kamu memang bermaksud membohongiku ? Dengan demikian perjanjian kita batal! Siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat, dialah yang akan menjadi penguasa tunggal!” kata Buaya.
 
“Berkelahi lagi, siapa takuuut!” tantang Sura dengan pongahnya.
 
Pertarungan sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi. Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air di sekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali.
 
Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa selalu membelok ke kiri. Sementara ikan Sura juga tergigit ekornya hingga hampir putus lalu ikan Sura kembali ke lautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
 
Pertarungan antara Ikan Hiu yang bernama Sura dengan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang Kota Madya Surabaya yaitu gambar ikan sura dan buaya.
 
Namun ada juga yang berpendapat Surabaya berasal dari Kata Sura dan Baya. Sura berarti Berani atau selamat Baya berarti Bahaya, jadi Surabaya berarti berani menghadapi bahaya. Bahaya yang dimaksud adalah serangah tentara Tar-tar yang hendak menghukum Raja Jawa. Seharusnya yang dihukum adalah Kertanegara, karena Kertanegara sudah tewas terbunuh, maka Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-tar. Setelah mengalahkan Jayakatwang orang-orang Tar-Tar merampas harta benda dan puluhan gadis-gadis cantik untuk dibawa ke Tiongkok. Raden Wijaya tidak terima diperlakukan seperti ini. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya menyerang tentara Tar-Tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka menyingkir kembali ke Tiongkok.
 
Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.
 
Surabaya sepertinya sudah ditakdirkan untuk terus bergolak. Tanggal [[10 November]] [[1945]] adalah bukti jati diri warga Surabaya yaitu berani menghadapi bahaya serangan Inggris dan Belanda.
 
[[Kategori:Patung di Indonesia]]