Bencana: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambahkan pranala dalam |
Fitur saranan suntingan: 1 pranala ditambahkan. Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala |
||
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |||
Baris 25:
Musibah ada dua macam, yakni musibah dalam urusan dunia dan musibah dalam urusan agama. Musibah dunia meliputi harta, kemelaratan, penyakit, kematian keluarga dekat, gagal panen, kebangkrutan usaha, dan lain-lain. Sementara itu, musibah dalam urusan agama, yakni orang yang tidak mempunyai amal saleh dalam hidupnya. Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang terkena musibah bukanlah musibah seperti yang kalian ketahui, melainkan orang yang tidak memperoleh kebajikan (pahala dan ganjaran) dalam hidupnya. " Orang yang terkena musibah dalam urusan dunia, jika dia menghadapi dengan penuh kesabaran, pasrah, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebenarnya dia tidak terkena musibah, tetapi malah mendapat ganjaran dan pahala. Rasulullah saw. seia\u berdoa kepada Allah SWT agar beliau saw. tidak diuji dengan musibah agama. Rasulullah saw. bersabda, "Ya Allah, jangan/ah Engkau menjadikan musibah yang menimpa kami da/am urusan agama kami. Janganlah Engkau menjadikan i/mu keduniaan sebagai tujuan hidup kami. Jadikanlah kehidupan kami sebagai pelengkap bagi segala kebajikan."<ref>{{Cite book|last=Mutawalli asy-Sya'rawi|first=M.|date=2020|title=Anda Bertanya, Islam Menjawab|location=Depok|publisher=Gema Insani|isbn=978-602-250-866-3|url-status=live}}</ref>
Dalam al-Quran dan Hadis kata bencana dapat ditemukan dalam istilah yang bervariasi, salah satunya ''musibah'' ([[Indonesia]]: musibah). Kata musibah dalam al-Quran secara umum mengacu pada sesuatu yang netral, tidak negatif atau positif, sekalipun terdapat beberapa ayat yang mengaitkan dengan sesuatu yang negatif. Tetapi dalam bahasa Indonesia kata musibah selalu diartikan sebagai sesuatu yang negatif.
Dalam istilah al-Quran, apa saja yang menimpa manusia disebut dengan “musibah”, baik yang berwujud kebaikan atau keburukan bagi manusia (QS. Al-Hadid: 22-23). Istilah musibah yang dapat mencakup kebaikan dan keburukan juga disebutkan dalam hadis berikut ini: Dari Shuhaib, ia berkata. Rasulullah Saw. bersabda: Sungguh menakjubkan perkara kaum mukmin. Sesungguhnya semua perkaranya adalah kebaikan, dan itu tidak akan terjadi kecuali bagi orang yang beriman. Jika ia dianugerahi nikmat, ia bersyukur dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa musibah, ia bersabar maka itu juga baik baginya [HR. Muslim].
Baris 42:
Namun ketika kata ''‘ażāb'' dikaitkan dengan berbagai peristiwa yang menimpa manusia maka kata ''‘ażāb'' berarti siksaan. Berbagai peristiwa yang menimpa manusia karena perbuatan yang melanggar ketetapan Allah disebut dengan ''‘ażāb'' baik yang berdampak besar maupun kecil (QS. Ad Dukhan: 15-16).
Dengan memperhatikan makna kata''’ażāb'' di atas, maka peristiwa-peristiwa yang merupakan ''‘ażāb'' berasal dari luar diri manusia atau dalam diri manusia yang berfungsi sebagai ancaman dan hukuman bagi perbuatan manusia yang melanggar ketetapan Allah. Peristiwa yang masuk dalam kategori ''‘ażāb'' dapat berupa peristiwa alam yang dahsyat seperti tsunami, [[tanah longsor]], banjir, gunung meletus, dan gempa bumi, ataupun berupa peristiwa sosial yang besar seperti peperangan dan ancaman sosial lainnya yang berfungsi sebagai peringatan agar manusia kembali pada ketetapan Allah (QS. Al Sajdah: 21-22).
Dengan memperhatikan penjelasan di atas, kata ''‘ażāb'' mengacu pada peristiwa akibat kesalahan manusia dalam menjalani kehidupan dan berinteraksi dengan manusia lain dan alam. Peristiwa-peristiwa itu bukan merupakan bencana, karena berbagai peristiwa pasti akan terjadi, namun ketika manusia tidak memperhitungkan risiko yang akan ditimbulkan oleh peristiwa tersebut, maka manusia akan mengalami bencana.
|