Batavia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perubahan terakhir
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
double infobox
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(15 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{More citations needed|date=Juni 2021}}
{{kegunaanlain|Batavia (disambiguasi)}}
{{Infobox settlement
{{Infobox former country <!--kota Batavia BUKAN "country" AKA negara-->
| HDI name = Batavia
| Demonym motto = "''Dispereert Niet''" ([[Bahasa Belanda|Belanda]]: "Jangan berputus asa")
| area_km2 native_name = 182
| native_name_lang = <!-- ISO 639-1 code e.g. "fr" for French. If more than one, use {{lang}} instead -->
| area_rank =
| settlement_type = Bekas ibu kota (1619–1949)
| GDP_PPP =
| GDP_PPP_year translit_lang1 = Other
| translit_lang1_type1 = [[Chinese language|Chinese]]
| HDI =
| translit_lang1_info1 = {{lang|zh-hant|勿礁維}} {{font|size=70%|([[Aksara Han tradisional|Tradisional]])}}<br>{{lang|zh-hans|勿礁维}} {{font|size=70%|([[Aksara Han Sederhana|Sederhana]])}}
| HDI_year =
| today image_skyline = {{flag|Indonesia}}multiple image
| conventional_long_name perrow = Batavia1/2/2
| s1 border = Jakartainfobox
| common_name = Batavia
| total_width = 300
| flag_p1 = Flag of the Sultanate of Banten.svg
| image1 = Collectie NMvWereldculturen, TM-60036462, Foto, 'De Kali Besar Zuid in de Chinese wijk van Batavia', fotograaf onbekend, 1925-1938.jpg
| p1 = Jayakarta
| caption1 = [[Kali Besar]] pada 1938
| s1 = Jakarta
| image2 = COLLECTIE TROPENMUSEUM Stadhuis in de benedenstad van Batavia TMnr 60004846.jpg
| flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
| caption2 = [[Museum Sejarah Jakarta|Stadhuis]] di [[Kota Tua Jakarta]]
| date_start = 28 Mei
| image3 = COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Het standbeeld van J.P. Coen voor het Paleis van Daendels het 'Grote Huis' aan het Waterlooplein in Weltevreden te Batavia' TMnr 10015443.jpg
| event_start = Invasi [[VOC]]
| caption3 = Patung [[Jan Pieterszoon Coen]] di depan Gedung A.A. Maramis
| event_end = [[Konferensi Meja Bundar]]
| image4 = COLLECTIE TROPENMUSEUM Luchtfoto van het spoorwegstation te Batavia-Kota TMnr 10014030.jpg
| event1 = [[Jeda kekuasaan Prancis dan Britania di Hindia Belanda|Jeda kekuasaan Prancis dan Inggris]]
| caption4 = Pemandangan udara Stasiun kereta api Jakarta Kota Batavia
| date_event1 = 1806–1816
| image5 = COLLECTIE TROPENMUSEUM De haven van Tandjoengpriok op de achtergrond het station Batavia Java TMnr 10008011.jpg
| event2 = [[Masa Pendudukan Jepang]]
| caption5 = [[Pelabuhan Tanjung Priok]]
| date_event2 = 1942–1945
| status = [[Imperium Belanda|Koloni Belanda]]<br>Ibu kota
| empire = Belanda
| image_map = Map of Batavia (Baedeker, 1914).jpg
| capital_type = Pemukiman utama
| capital = [[Sawah Besar, Jakarta Pusat|Weltevreden]]
| currency = [[Gulden Hindia Belanda]]
| image_map_caption = Peta Batavia {{circa|1914}}
| coa_size = 116px
| year_end = 1949
| year_start = 1619
| area_footnote = {{efn|Pada tahun 1926 sebagai Stadsgemeente Batavia}}
| flag_size = 125px
| image_coat = Coat of Arms of Batavia (1930).svg
| date_end = 27 Desember
}}
| image_flag = Maritime flag of Batavia.svg
[[Berkas:Wapen-Batavia.jpg|jmpl|kanan|150px|Detil perisai pada lambang kota Batavia]]
| p1 flag_size = Jayakarta106px
| image_coat image_seal = Coat of Arms of Batavia (1930).svg
| empire seal_size = Belanda113px
| coa_size seal_link = 116px
| seal_type = Lambang
| year_end etymology = 1949
| HDI_year nickname =
| coordinates = <!-- {{Coord}} -->
| subdivision_type = [[Kekaisaran Belanda|Wilayah]]
| currency subdivision_name = [[Gulden Hindia Belanda]]
| subdivision_type1 = Kegubernuran
| subdivision_name1 = Jawa Barat
| subdivision_type2 = Residensi
| subdivision_name2 = Batavia
| image_map = Map of Batavia (Baedeker, 1914)1920.jpgpng
| area_rank mapsize =
| GDP_PPP map_alt =
| image_map_caption map_caption = Peta Batavia, {{circa|19141920}}
| established_title = [[Sejarah Jakarta|Pendirian]]
| established_date = 30 Mei 1619
| established_title1 = [[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda|Pendudukan Jepang]]
| established_date1 = 1942–1945 ([[Jakarta]])
| established_title2 = [[Revolusi Nasional Indonesia|Pendudukan kembali Belanda]]
| established_date2 = 1946–1949
| established_title3 = [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Kemerdekaan]]
| established_date3 = 17 Agustus 1945
| government_type = Gemeenteraad Batavia
| leader_title1 = Walikota
| leader_name1 = G. J. Bisschop (pertama)<br>[[Sastromoeljono]] (terakhir)
| area_total_km2 =
| population_as_of = 1920
| population_total = 253,800
| official_name = Kotamadya Batavia<br>{{Nobold|{{lang|nl|Stadsgemeente Batavia}}}}
| motto = {{Native phrase|nl|Dispereert Niet}}<br>"Do Not Surrender"
| footnotes = {{center|1619–1949}} {{Succession links|left={{flagicon image|Flag of the Sultanate of Banten.svg}} [[Jayakarta]]|right={{flagicon image|Flag of Jakarta (vectorised).svg}} [[Jakarta]]}}
}}
 
[[Berkas:Wapen-Coat of Arms of Batavia (1930 - shield).jpgsvg|jmpl|kanan|150px|DetilDetail perisai pada lambang kota Batavia]]
'''Batavia''' atau '''Batauia'''<ref>{{nl}} {{cite book|pages=289|url=http://books.google.co.id/books?id=lu4PAAAAYAAJ&dq=Stadt%20Batauia%20In%20't%20Coninckeijck%20Van%20Jaccatra&pg=PA289#v=onepage&q=Stadt%20Batauia%20In%20't%20Coninckeijck%20Van%20Jaccatra&f=false|title=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde van Nederlandsch-Indië|volume=3|author=Institut voor taal-, land- en volkenkunde von Nederlandsch Indië, The Hague|publisher=M. Nijhoff, 1855}}</ref> adalah [[ibu kota]] [[Hindia Belanda]], yang wilayahnya kini kurang lebih menjadi [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], ibu kota [[Indonesia]]. Batavia didirikan di pelabuhan bernama Jayakarta yang direbut dari kekuasaan [[Kesultanan Banten]]. Sebelum dikuasai Banten, bandar ini dikenal sebagai Kalapa atau Sunda Kelapa, dan merupakan salah satu titik perdagangan [[Kerajaan Sunda]]. Dari kota pelabuhan inilah [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]] mengendalikan [[perdagangan]] dan kekuasaan [[militer]] dan [[politik]]nya di wilayah [[Nusantara]].
 
Nama Batavia dipakaimulai sejakdigunakan sekitar tahun [[1621]] sampai tahun [[1942]], ketika Hindia Belanda [[Masa pendudukan Jepang|jatuh]] ke tangan [[Kekaisaran Jepang|Jepang]]. Sebagai bagian dari ''de-Nederlandisasi'', nama kota diganti menjadi Djakarta.
 
== Asal nama ==
Baris 49 ⟶ 72:
 
== Sejarah ==
[[Berkas:Andries Beeckman - The Castle of Batavia.jpg|jmpl|400x400px300x300px|''Kastil Batavia, dilihat dari Kali Besar Barat'' oleh [[Andries Beeckman]], sekitar tahun 1656-16581656–1658]]
=== Sunda Kelapa ===
Bukti tertua mengenai eksistensi permukiman penduduk yang sekarang bernama Jakarta adalah Prasasti Tugu yang tertanam di desa Batu Tumbuh, Jakarta Utara. Prasasti tersebut berkaitan dengan 4 prasasti lain yang berasal dari zaman kerajaan Hindu, [[Tarumanegara]] ketika diperintah oleh [[Raja Purnawarman]]. Berdasarkan [[Prasasti Kebon Kopi]], nama [[Sunda Kalapa]] (Sunda Kelapa) sendiri diperkirakan baru muncul abad sepuluh.
Baris 56 ⟶ 79:
 
=== Jayakarta ===
Pelabuhan Sunda Kalapa diserang oleh tentara [[Kesultanan Demak]] pada [[1526]], yang dipimpin oleh [[Fatahillah]], Panglima Perang asal [[Gujarat]], [[India]], dan jatuh pada [[22 Juni]] [[1527]], dan setelah berhasil direbut, namanyapunnamanya pun diganti menjadi '''Jayakarta'''. Setelah Fatahillah berhasil mengalahkan dan mengislamkan Banten, Jayakarta berada di bawah kekuasaan Banten, yang kini menjadi kesultanan. Orang Sunda yang membelanya dikalahkan dan mundur ke arah [[Bogor]]. Sejak itu, dan untuk beberapa dasawarsa abad ke-16, [[Jayakarta]] dihuni orang [[Banten]] yang terdiri dari orang yang berasal dari Demak dan [[Cirebon]].
 
Sampai [[Jan Pieterszoon Coen]] menghancurkan [[Jayakarta]] ([[1619]]), orang Banten bersama saudagar Arab dan [[Tionghoa]] tinggal di muara [[Ciliwung]]. Selain orang Tionghoa, semua penduduk ini mengundurkan diri ke daerah kesultanan Banten waktu Batavia menggantikan Jayakarta ([[1619]]).
Baris 66 ⟶ 89:
Pada tahun [[1611]] VOC mendapat izin untuk membangun satu rumah kayu dengan fondasi batu di Jayakarta, sebagai kantor dagang. Kemudian mereka menyewa lahan sekitar 1,5 hektare di dekat muara di tepi bagian timur [[Sungai Ciliwung]], yang menjadi kompleks perkantoran, gudang dan tempat tinggal orang Belanda, dan bangunan utamanya dinamakan ''Nassau Huis''.
 
Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jenderal ([[1618]] [[1623]]), ia mendirikan lagi bangunan serupa Nassau Huis yang dinamakan ''Mauritius Huis'', dan membangun tembok batu yang tinggi, di mana ditempatkan beberapa meriam. Tak lama kemudian, ia membangun lagi tembok setinggi 7 meter yang mengelilingi areal yang mereka sewa, sehingga kini benar-benar merupakan satu benteng yang kokoh, dan mulai mempersiapkan untuk menguasai Jayakarta.
 
Dari basis benteng ini pada [[30 Mei]] [[1619]] Belanda menyerang Jayakarta, yang memberi mereka izin untuk berdagang, dan membumihanguskan keraton serta hampir seluruh pemukimanpermukiman penduduk. Berawal hanya dari bangunan separuh kayu, akhirnya Belanda menguasai seluruh kota. Semula Coen ingin menamakan kota ini sebagai ''Nieuwe Hollandia'', namun ''De Heeren Zeventien'' di Belanda memutuskan untuk menamakan kota ini menjadi '''Batavia''', untuk mengenang orang Batavia.
 
Jan Pieterszoon Coen menggunakan semboyan hidupnya “Dispereert niet, ontziet uw vijanden niet, want God is met ons” menjadi semboyan atau motto kota Batavia, singkatnya “Dispereert niet” yang berarti “Jangan putus asa”.
 
Pada [[4 Maret]] [[1621]], pemerintah ''Stad Batavia'' (kota Batavia) dibentuk.{{ref|sejarahpemerintah}}. Jayakarta dibumiratakan dan dibangun [[benteng]] yang bagian depannya digali parit. Di bagian belakang dibangun gudang juga dikitari parit, pagar besi dan tiang-tiang yang kuat. Selama 8 tahun kota Batavia sudah meluas 3 kali lipat. Pembangunannya selesai pada tahun [[1650]]. Kota Batavia sebenarnya terletak di selatan Kastilkastil yang juga dikelilingi oleh tembok-tembok dan dipotong-potong oleh banyak parit.
 
Pada awal abad ke-17 perbatasan antara wilayah kekuasaan [[Banten]] dan Batavia mula-mula dibentuk oleh [[Kali Angke]] dan kemudian [[Kali Cisadane]]. Kawasan sekitar Batavia menjadi kosong. Daerah di luar benteng dan tembok kota tidak aman, antara lain karena gerilya Banten dan sisa prajurit [[Mataram]] ([[1628]]-[[1629]]) yang tidak mau pulang.
 
Beberapa persetujuan bersama dengan Banten ([[1659]] dan [[1684]]) dan Mataram ([[1652]]) menetapkan daerah antara Cisadane dan [[Citarum]] sebagai wilayah kompeni. Baru pada akhir abad ke-17 daerah Jakarta sekarang mulai dihuni orang lagi, yang digolongkan menjadi kelompok budak belian dan orang [[pribumi]] yang bebas.
 
Pada [[5 Januari]] [[1699]] Batavia dilanda [[Gempa bumi Batavia 1699|gempa bumi berkekuatan 7,4 hingga 8,0 M<sub>w</sub>]] berpusat di wilayah Selat Sunda, hingga menyebabkan kerusakan meluas dan menewaskan 128 orang.
Pada [[1 April]] [[1905]] nama ''Stad Batavia'' diubah menjadi ''Gemeente Batavia''. Pada [[8 Januari]] [[1935]] nama kota ini diubah lagi menjadi ''Stad Gemeente Batavia''{{ref|sejarahpemerintah}}.
 
Pada [[1 April]] [[1905]] nama ''Stad Batavia'' diubah menjadi ''Gemeente Batavia''. Pada [[8 Januari]] [[1935]] nama kota ini diubah lagi menjadi ''Stad Gemeente Batavia''. Setelah pendudukan [[Jepang]] pada tahun [[1942]], nama Batavia diganti menjadi "Jakarta" oleh Jepang untuk menarik hati penduduk pada [[Perang Dunia II]].{{ref|sejarahpemerintah}}
 
== Penduduk ==
Baris 87 ⟶ 110:
Sementara itu, orang yang datang dari [[Tiongkok]], semula hanya orang laki-laki, karena itu mereka pun melakukan perkawinan dengan penduduk setempat, terutama wanita Bali dan [[Nias]]. Sebagian dari mereka berpegang pada adat Tionghoa (misalnya penduduk dalam kota dan ''[[Cina Benteng]]'' di [[Tangerang]]), sebagian membaur dengan pribumi (terutama dengan [[suku Jawa|orang Jawa]] dan membentuk kelompok Betawi Ora, misalnya: di sekitar [[Parung]]). Tempat tinggal utama orang Tionghoa adalah [[Glodok]], [[Pinangsia, Tamansari, Jakarta Barat|Pinangsia]] dan [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]].
 
Keturunan orang [[India]] -(orang Koja dan orang [[Bombay]]-) tidak begitu besar jumlahnya. Demikian juga dengan orang Arab, sampai orang Hadhramaut datang dalam jumlah besar, kurang lebih tahun 1840. Banyak di antara mereka yang bercampur dengan wanita pribumi, namuntetapi tetap berpegang pada kearaban mereka.
 
Di dalam kota, orang bukan Belanda yang selamanya merupakan mayoritas besar, terdiri dari orang Tionghoa, orang [[Mardijker]] dari [[India]] dan [[Sri Lanka]] dan ribuan budak dari segala macam suku. Jumlah budak itu kurang lebih setengah dari penghuni Kota Batavia.
Baris 99 ⟶ 122:
== Wali kota ==
{{utama|Daftar Wali Kota Batavia}}
{{:Daftar Wali Kota Batavia}}
 
== Lihat pula ==
Baris 123 ⟶ 145:
[[Kategori:Hindia Belanda]]
[[Kategori:Sejarah Jakarta]]
[[Kategori:Batavia]]