Chairil Anwar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Peninggalan: fmt ref
Julukannya adalah Si Rebo
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(38 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
|name = Chairil Anwar
|image = Chairil Anwar cigarette.jpg
|imagesize =
|caption =
|pseudonym =
|birthname =
|birth_date = {{birth date|df=yes|1922|07|26}}
|birth_place = {{flagicon|Belanda}} [[Kota Medan|Medan]], [[Karesidenan Sumatra Timur|Sumatra Timur]], [[Hindia Belanda]]
Baris 17:
|period = [[Angkatan ‘45]] (1942–1949)
|genre = [[Puisi]], terjemahan
|subject =
|movement = [[Avant-garde]]
|notableworks = ''[[Aku (puisi)|Aku]]'' {{br}} ''[[Krawang Bekasi (puisi)|Krawang Bekasi]]''
|spouse =
|partner =
|children =
|relatives =
|influences = [[Archibald MacLeish]], [[Edgar du Perron]], [[Hendrik Marsman]], [[Rainer Maria Rilke]], [[Jan Jacob Slauerhoff]], [[W.H. Auden]]
|influenced =
|awards =
|signature =
|website =
|portaldisp =
}}
'''Chairil Anwar''' ({{lahirmati|[[Kota Medan|Medan]]|26|7|1922|[[Jakarta]]|28|4|1949}}), dijuluki sebagai "'''Si Binatang JalangRebo'''" (dari karyanya yang berjudul ''[[Aku (puisi)|Aku]]''), adalah [[penyair]] terkemuka [[Indonesia]]. Dia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama [[Asrul Sani]] dan [[Rivai Apin]], ia dinobatkan oleh [[H.B. Jassin]] sebagai pelopor [[Angkatan '45]] sekaligus [[puisi modern]] Indonesia.
 
Chairil lahir dan dibesarkan di [[Medan]], sebelum pindah ke [[Batavia]] (sekarang [[Jakarta]]) dengan ibunya pada tahun [[1940]], di mana dia mulai menggeluti dunia [[sastra]]. Setelah mempublikasikan [[puisi]] pertamanya pada tahun [[1942]], Chairil terus menulis. Puisinya menyangkut berbagai tema; mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, eksistensialisme, cinta hingga tak jarang multi-interpretasi.
 
== Kehidupan ==
Chairil Anwar dilahirkan di [[Kota Medan|Medan]], [[SumatraSumatera Utara]] pada [[26 Juli]] [[1922]]. Dia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari [[Kabupaten Lima Puluh Kota]], [[SumatraSumatera Barat]]. Ayahnya merupakan [[Bupati Indragiri]], [[Riau]] yang tewas dalam [[Pembantaian Rengat]]. Dia masih memiliki pertalian keluarga dengan [[Soetan Sjahrir]], [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri pertama Indonesia]].<ref>{{cite web|url=http://sasteramaya.tripod.com/ChairilAnwar.htm|title=Artikel tentang Chairil Anwar}} Awalnya dimuat di [[Suara Merdeka]].</ref> Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya,<ref>{{cite book|last=Budiman|first=Arief|authorlink=Arief Budiman|year=2007|title=Chairil Anwar: Sebuah Pertemuan|series=|publisher=Wacana Bangsa|location=Tegal|isbn=978-979-23-9918-9|url=}}</ref> namuntetapi Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apapun; yang sedikit cerminanmirip daridengan kepribadian orang tuanya.
 
Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di ''[[Hollandsch-Inlandsche School]]'' ([[HIS]]), [[sekolah dasar]] untuk orang-orang [[pribumi]] pada masa [[penjajahan Belanda]]. Dia kemudian meneruskan pendidikannya di ''[[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs]]'' ([[MULO]]). Saat usianya mencapai 18 tahun, dia tidak lagi bersekolah.<ref name="Teeuw"/> Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, dia telah bertekad menjadi seorang seniman.<ref name="Balfas">{{cite book|last=Balfas|first=Muhammad|authorlink=Muhammad Balfas|editor1-last=Brakel|editor1-first=L. F.|year=1976|title=Handbuch der Orientalistik|chapter=Modern Indonesian Literature in Brief|edition=|series=|volume=1|publisher=E. J. Brill|location=Leiden, Netherlands|isbn=978-90-04-04331-2|url=http://books.google.com/?id=NbY3AAAAIAAJ|accessdate=}}</ref>
 
Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke [[Batavia]] (sekarang [[Jakarta]]) di mana dia berkenalan dengan dunia [[sastra]];. walauWalau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya.<ref name="Djamin"/> Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai [[bahasa asing]] seperti [[Bahasa Inggris|Inggris]], [[Bahasa Belanda|Belanda]], dan [[Bahasa Jerman|Jerman]].<ref name="Tinuk"/> Ia juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: [[Rainer Maria Rilke]], [[W.H. Auden]], [[Archibald MacLeish]], [[Hendrik Marsman]], [[J. Slaurhoff]], dan [[Edgar du Perron]]. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadapdan tatanan [[Sastra Indonesia|kesusasteraan Indonesia]] secara tidak langsung.
 
=== Penyair ===
[[Berkas:Chairil Anwar - Aku.jpg|jmpl|Puisi ''Aku'' yang dipajang di tembok di [[Leiden]]]]
Nama Chairil mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan puisinya yang berjudul ''Nisan'' pada tahun [[1942]], saat itu ia baru berusia 20 tahun.<ref name="Tinuk"/> Hampir semua puisi yang ia tulis merujuk pada kematian.<ref name="Tinuk">{{cite web |url=http://www.seasite.niu.edu/flin/literature/chairil-anwar_lat15.html |title=Chairil Anwar: Poet of a Generation |trans_title=Chairil Anwar: Penyair Sebuah Generasi |lang=en |last=Yampolsky |first=Tinuk |date=15 April 2002 |accessdate=30-09-2011 |website=SEAsite |publisher=Center for Southeast Asian Studies, Northern Illinois University |ref=harv |archive-date=2014-03-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140314041813/http://www.seasite.niu.edu/flin/literature/chairil-anwar_lat15.html |dead-url=yes }}</ref> Namun saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah ''Pandji Pustaka'' untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat [[Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya]]. Ketika menjadi penyiar radio Jepang di Jakarta, Chairil jatuh cinta pada [[Sri Ayati]], tetapi hingga akhir hayatnya Chairil tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa [[pendudukan Jepang di Indonesia]] dan tidak diterbitkan hingga tahun [[1945]].<ref name="Tinuk"/><ref name="MinInfo">Departemen Penerangan Republik Indonesia (1953) hal.183.</ref> Kemudian ia memutuskan untuk menikah dengan Hapsah Wiraredja pada [[6 Agustus]] [[1946]]. Mereka dikaruniai seorang putri bernama Evawani Alissa, tetapi bercerai pada akhir tahun 1948.
 
[[Berkas:Grave of Chairil Anwar, Karet Bivak.jpg|jmpl|200px|ka|Makam Chairil di TPU Karet Bivak]]
Vitalitas puitis Chairil tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya. Sebelum menginjak usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang [[Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo]]), [[Jakarta]] pada tanggal [[28 April]] [[1949]]. Penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut dugaan lebih karena penyakit [[Tuberkulosis|TBC]]. Ia dimakamkan sehari kemudian di [[Taman Pemakaman Umum Karet Bivak]], Jakarta.<ref name="Tinuk"/> Chairil dirawat di CBZ (RSCM) dari 22-28 April 1949. Menurut catatan rumah sakit, ia dirawat karena [[tifus]]. Meskipun demikian, ia sebenarnya sudah lama menderita penyakit paru-paru dan infeksi yang menyebabkan dirinya makin lemah, sehingga timbullah penyakit usus yang membawa kematian dirinya - yakni ususnya pecah. Akan tetapi, menjelang akhir hayatnya ia mengigau karena tinggi panas badannya, dan di saat dia insaf akan dirinya dia mengucap, "Tuhanku, Tuhanku...". Dia meninggal pada pukul setengah tiga sore 28 April 1949 dan dikuburkan keesokan harinya, diangkut dari [[kamar mayat]] [[RSCM]] ke Karet oleh banyak pemuda dan orang-orang [[Republikan]] termuka.<ref name="Jassin">{{cite book|author={{aut|[[H.B. Jassin|Jassin, H.B.]]}}|title=Chairil Anwar: Pelopor Angkatan '45|page=47|publisher=Narasi|location=[[Yogyakarta]]|year=2013|isbn=978-979-168-298-5}}</ref> Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa ke masa. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai ''Hari Chairil Anwar''. Kritikus [[sastra Indonesia]] asal [[Belanda]], [[A. Teeuw]] menyebutkan bahwa "Chairil telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyerah yang terdapat dalam puisi berjudul ''Jang Terampas dan Jang Putus''".<ref name="Teeuw">{{cite book|last=Teeuw|first=A.|authorlink=A. Teeuw|year=1980|title=Sastra Baru Indonesia|location=Ende|publisher=Nusa Indah|volume=1|oclc= 222168801|url=http://books.google.com/?id=YVSjHAAACAAJ|accessdate=}}</ref>
 
Selama hidupnya, Chairil telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir Chairil berjudul ''Cemara Menderai Sampai Jauh'', ditulis pada tahun [[1949]],<ref name="Balfas"/> sedangkan karyanya yang paling terkenal berjudul ''[[Aku (puisi)|Aku]]'' dan ''[[Krawang Bekasi (puisi)|Krawang Bekasi]]''.<ref name="Djamin">{{cite journal|last1=Djamin|first1=Nasjah|last2=LaJoubert|first2=Monique|year=1972|language=Prancis|title=Les Derniers Moments de Chairil Anwar|trans_title = Saat-saat Terakhir Chairil Anwar|journal=Achipel|volume=4|issue=4|pages=49–73|url=http://www.persee.fr/web/revues/home/prescript/article/arch_0044-8613_1972_num_4_1_1012|accessdate=30 September 2011|doi=10.3406/arch.1972.1012|issn=0044-8613 }}</ref> Semua tulisannya, baik yang asli, modifikasi, atau yang diduga dijiplak, dikompilasi dalam tiga [[buku]] yang diterbitkan oleh ''Pustaka Rakyat''. Kompilasi pertama berjudul ''[[Deru Campur Debu]]'' (1949), kemudian disusul oleh ''[[Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus]]'' (1949), dan ''[[Tiga Menguak Takdir]]'' (1950), kumpulan puisi dengan [[Asrul Sani]] dan [[Rivai Apin]].
 
== Peninggalan ==
Teeuw mencatat bahwa hingga tahun 1980 tulisan tentang Chairil jauh lebih banyak daripada penulis Indonesia lainnya. Kebanyakan diantaranyadi antaranya merupakan esai dari para penulis muda.{{sfn|Teeuw|1980|p=199}} Teeuw mendeskripsikan Chairil sebagai "penyair yang sempurna".{{sfn|Teeuw|1980|p=199}}
 
Karya-karya Chairil telah diterjemahkan ke berbagai bahasa.{{sfn|Teeuw|1980|p=201}} Tanggal kelahirannya (26 Juni) diperingati sebagai [[Hari Puisi Nasional]],<ref>[https://haripuisi.id/tentang/ Hari Puisi Indonesa dideklarasikan di Pekanbaru 22 November 2012]</ref><ref>[https://haripuisi.id/deklarasi-hari-puisi-indonesia/ Deklarasi Hari Puisi oleh Sutardji Calzoum Bachri]</ref><ref>[https://tirto.id/hari-puisi-nasional-28-april-2021-sejarah-dan-profil-chairil-anwar-gdXT Hari Puisi Nasional]</ref> tanggal kematiannya (28 April) diperingati sebagai Hari Sastra (pada era 1950-an).<ref name="Tinuk"/><ref>[http://sastra-indonesia.com/2010/07/menggali-tradisi-hari-sastra-nasional/ Menggali Tradisi Hari Sastra Nasional], ''Sastra-indonesia.com''</ref> Walaupun demikian penetapan ini tidak disambut oleh semua penyair Indonesia, dan sebagian kelompok menetapkan Hari Sastra sesuai tanggal lahir penyair lainnya, seperti [[Abdul Muis]], [[Pramoedya Ananta Toer]], maupun [[HB Jassin]].<ref>[https://sastra-indonesia.com/2021/06/mari-merayakan-puisi/ Mari Merayakan Puisi]</ref><ref>[https://normantis.com/2017/04/13/chairil-anwar-kita-oleh-sapardi-djoko-damono/3/ Penolakan tanggal kematian Chairil Anwar diperingati sebagai Hari Sastra]</ref>
 
== Citra Chairil Anwar di dalam seni ==
 
=== Seni rupa ===
Dalam seni [[fotografi potret]], potret Chairil Anwar tahun 1940-an (lih. di awal artikel ini) oleh [[fotografer]] tak kenal diaku sebagai citra terbaik dia terbaik''.''
 
=== GaleriSastra ===
Dalam roman [[Atheis (novel)|''Atheis'']] (1949) oleh [[Achdiat Karta Mihardja]], salah satu wataknya Anwar, seorang [[anarkisme|anarkis]], [[nihilisme|nihilis]], pemain wanita bersifat kasar, diperkirakan telah didasarkan pada Chairil Anwar,<ref>{{cite book |last1=Maier |first1=Hendrik M. J. |editor1-last=Littrup |editor1-first=Lisbeth |chapter="I Felt like a Car without a Driver": Achdiat K. Mihardja's Novel ''Atheis'' |trans_chapter="Saya Merasa Seperti Mobil Tanpa Sopir" : Roman ''Atheis'' Karya Achdiat K. Mihardja |language=en |title=Identity in Asian literature |trans_title=Identitas dalam Sastra Asia |series=Studies on Asian topics |pages=129–150 |year=1996
|url=http://books.google.com/books?id=W_reBWfiF0AC |publisher=Curzon Press |location=Richmond |isbn=978-0-7007-0368-5}} — hlm. 131.</ref> yang terkenal selaku anarkis individualis, kasar, dan suka main wanita.<ref name="Tinuk" />
 
=== Budaya populer ===
Dalam film ''[[Ada Apa dengan Cinta?|Ada Apa Dengan Cinta?]]'' (2002), salah satu tokoh utamanya, Rangga, terlihat membawa buku ''Aku'' karya Sjuman Djaya yang menceritakan kehidupan Chairil Anwar.<ref>{{Cite web|last=Kobani|first=Nizar|date=2022-07-31|title="AKU", CHAIRIL, DAN "AADC"|url=https://matapelajar.com/aku-chairil-dan-aadc/|website=Mata Pelajar|language=id|access-date=2024-04-09}}</ref>botol yakult
 
== Kontroversi ==
Puisi hasil karya Chairil sempat dituduh sebagai hasil plagiarisme<ref>{{Cite news|url=https://m.tempo.co/read/news/2014/02/18/078555420/8-kasus-plagiat-yang-menghebohkan-indonesia|title=8 Kasus Plagiat yang Menghebohkan Indonesia|last=Tempo.Co|work=[[Tempo.co]]|access-date=2016-12-18|editor-last=Chandra|editor-first=Bobby|language=id}}</ref> oleh [[Hans Bague Jassin|H.B Jassin]]. Dalam tulisannya pada ''Mimbar Indonesia'' yang berjudul ''Karya Asli, Saduran, dan Plagiat'' ia membahas tentang kemiripan puisi ''Karawang-Bekasi'' dengan ''The Dead Young Soldiers'' karya Archibald MacLeish. Namun, Jassin tidak menyalahkan Chairil. Menurut dia, meskipun mirip, tetap ada rasa Chairil di dalamnya. Sedangkan sajak MacLeish, menurut Jassin, hanyalah katalisator penciptaan.
 
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Chairil Anwar Pelopor Angkatan '45 p 48.jpg|Anwar, oleh Dolf Verspoor
Berkas:Chairil Anwar Pelopor Angkatan '45 p 106.jpg|Anwar, 1949
Berkas:Chairil Anwar cigarette.jpg|Chairil Anwar dengan rokoknya, diambil dari buku ''Tiga Menguak Takdir'' (1958)
Berkas:Chairil Anwar 2000 Indonesia stamp3.jpg|PrangkoPerangko tahun 2000 bergambar Chairil Anwar
</gallery>
 
== Karya tulis yang diterbitkan ==
[[Berkas:Buku Chairil Anwar Deru Tjampur Debu 01.jpg|ka|jmpl|200px|Sampul Buku ''Deru Campur Debu'']]
[[Berkas:Pulanglah Dia Si Anak Hilang (Chairil Anwar).jpg|jmpl|Diterjemahkan dari Andre Gide]]
* ''[[s:Deru Campur Debu|Deru Campur Debu]]'' ([[1949]])
Baris 95 ⟶ 117:
* Pamusuk Eneste, "Mengenal Chairil Anwar" (Jakarta: Obor, 1995)
* Zaenal Hakim, "Edisi kritis puisi Chairil Anwar" (Jakarta: Dian Rakyat, 1996)
* Drama ''Pengadilan Sastra Chairil Anwar'' karya [[Eko Tunas]], sutradara [[Joshua Igho]], di [[Dewan Kesenian Tegal|Gedung Kesenian Kota Tegal]] ([[2006]]).
 
== Kontroversi ==
Puisi hasil karya Chairil sempat dituduh sebagai hasil plagiarisme<ref>{{Cite news|url=https://m.tempo.co/read/news/2014/02/18/078555420/8-kasus-plagiat-yang-menghebohkan-indonesia|title=8 Kasus Plagiat yang Menghebohkan Indonesia|last=Tempo.Co|work=[[Tempo.co]]|access-date=2016-12-18|editor-last=Chandra|editor-first=Bobby|language=id}}</ref> oleh [[Hans Bague Jassin|H.B Jassin]]. Dalam tulisannya pada ''Mimbar Indonesia'' yang berjudul ''Karya Asli, Saduran, dan Plagiat'' ia membahas tentang kemiripan puisi ''Karawang-Bekasi'' dengan ''The Dead Young Soldiers'' karya Archibald MacLeish. Namun, Jassin tidak menyalahkan Chairil. Menurut dia, meskipun mirip, tetap ada rasa Chairil di dalamnya. Sedangkan sajak MacLeish, menurut Jassin, hanyalah katalisator penciptaan.
 
== Galeri ==
<gallery>
Berkas:Chairil Anwar Pelopor Angkatan '45 p 48.jpg|Anwar, oleh Dolf Verspoor
Berkas:Chairil Anwar Pelopor Angkatan '45 p 106.jpg|Anwar, 1949
Berkas:Chairil Anwar cigarette.jpg
Berkas:Chairil Anwar 2000 Indonesia stamp3.jpg|Prangko tahun 2000
</gallery>
 
== Lihat pula ==
Baris 127 ⟶ 138:
[[Kategori:Tokoh Angkatan 45]]
[[Kategori:Seniman Minangkabau]]
[[Kategori:TokohSastrawan Minangkabau]]
[[Kategori:Tokoh dari Medan]]
[[Kategori:Anwar]]