Arsyad Thawil al-Bantani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(26 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim
|notability =
|honorific_prefix =
|above_end_special =
<!-- --------- -->
| image = Syekh Arsyad Thawil.jpg
|
|image_size =
|alt =
<!-- --------- -->
|tgl_lahir_h =
|tgl_lahir_m =
|bln_lahir_h =
|bln_lahir_m =
|thn_lahir_h =
|thn_lahir_m = 1851
|tempat_lahir = Tanara
|negara_dilahirkan = [[Tanara, Serang|Tanara]], [[Kabupaten Serang]], [[Banten]]
|nama_ayah = [[Imam]] As'ad bin Mustafa bin As'ad
|nama_ibu = Ayu Nazham
|nama_lahir = Mas Mohammad Arsyad
|hari_lahir =
<!-- --------- -->
|glr_islam_dpn = [[Syekh]]
|gelar_aka_dpn =
|glr_tengah = [[Kiai]] [[Haji (gelar)|Haji]]
|gelar_aka_akhir =
|gelar_bangsawan = Mas (Permas)
|gelar_adat =
|judul_gelarlain1 =
|gelar_lainnya1 =
|judul_gelarlain2 =
|gelar_lainnya2 =
|judul_gelarlain3 =
|gelar_lainnya3 =
<!-- --------- -->
|kunya =
|name = Mas Mohammad Arsyad Thawil
|nama_arabic =
|nisbah = [[Banten|al-Bantani]] [[Nusantara|al-Jawi]]
|nama_lainnya = [[Haji (gelar)|Haji]] Arsyad Thawil
<!-- --------- -->
|etnis = [[Suku Banten|Banten]]
|nationality = [[Indonesia]]
|marga =
|negara1 =
|negara2 =
|negara3 =
<!-- --------- -->
|jalur_ayah =
|jalur_ibu =
<!-- --------- -->
| spouse = Tarhimah Magdalena Runtu
| occupation = Ulama
| region = [[Banten]] & [[Minahasa]]<br>([[Hindia Belanda]])
| mazhab_fiqih_sunni_1 = [[Syafi'i]]
| mazhab_aqidah_sunni_1 = [[Asy'ariyah]]
| disciple_of = Lihat [[Arsyad Thawil al-Bantani#Pendidikan|di bawah]]
| main_interests = [[Ilmu nahwu|Nahwu]]-[[Saraf (linguistik)|sharaf]], [[tauhid]], [[fikih]], [[hadis]]
| Sufi_order = [[Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah]]
| influences = [[Nawawi al-Bantani]]<br>[[Ahmad bin Zaini Dahlan]] | influenced = [[Muhammad Yasin Al-Fadani]]<br>[[Salim bin Djindan]]
<!-- --------- -->
|status_hidup_wafat = WAFAT
|sebab_wafat =
|tempat_wafat = Manado
|hari_wafat = Senin
|tgl_wafat_h = 14
|tgl_wafat_m = 19
|bln_wafat_h = Zulhijah
|bln_wafat_m = Maret
|thn_wafat_h = 1353
|thn_wafat_m = 1935
|tempat_makam = Lawangirung
|hari_dimakamkan =
|negara_makam = Lawangirung, Wenang, [[Manado]], [[Sulawesi Selatan]] {{IDN}}
<!-- --------- -->
}}
'''Syekh Mas Mohammad Arsyad Thawil al-Bantani al-Jawi'''{{sfn|Effendi, 1983|p=i}} (1851 - 19 Maret 1934) atau yang lebih dikenal sebagai '''Syekh Arsyad Thawil''' adalah ulama sekaligus pahlawan Indonesia yang berjuang dalam [[Geger Cilegon 1888|Perang Cilegon]] dari 9 sampai 30 Juli 1888 bersama [[Ki Wasyid]], [[Tubagus Ismail]], dan pejuang lainnya dari [[Banten]].{{sfn|Kartodirdjo, 1996|p=128}} Arsyad adalah murid dari Syekh [[Nawawi al-Bantani]], seorang ulama dari [[Banten]] yang menjadi Imam [[Masjidil Haram]], [[Mekkah]].<ref name=:'Pratiwi'>{{citeweb |last=Pratiwi |first=Fuji |url=http://m.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/14/08/31/nb65t0-tokoh-lokal-yang-mendunia |title=Tokoh Lokal yang Mendunia |date=2014-08-31 |website=[[Republika]] |archive-url=https://web.archive.org/web/20171221170404/http://m.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/14/08/31/nb65t0-tokoh-lokal-yang-mendunia |archive-date=2017-12-21 |access-date=2018-01-14 |dead-url=no }}</ref><ref name=:'Banten Pos'>{{cite news |last=Agustian |first=Helldy |url=https://issuu.com/batenpos/docs/banten-pos-edisi-25-november-2013/15 |date=2013-11-25 |publisher=Banten Pos |title=Napak Tilas Salah Satu Pahlawan Geger Cilegon 1888 di Manado, Sulawesi Utara: Syekh Arsyad Thawil al-Bantani |location=Serang |access-date=2018-01-14}}</ref>
Pada bulan Desember 1945, [[Soekarno]], selaku [[presiden Indonesia]] menyampaikan pidato di hadapan [[Suku Banten|masyarakat Banten]] di alun-alun [[Kota Serang]]. Pada awal sambutannya, Soekarno menyebutkan bahwa Arsyad Thawil adalah pahlawan besar dari Banten.{{sfn|Effendi, 1987|p=10}}<ref name=:'Cilegon'>{{citeweb |last=Redaksi |first= |url=http://beritacilegon.com/lingkungan-kita/3903-helldy-agustian-mencari-pejuang-geger-cilegon-yang-terlupakan,-kh-arsyad-thawil.html |title=Helldy Agustian Mencari Pejuang Geger Cilegon yang Terlupakan |date=2013-11-13 |website=Berita Cilegon Online |archive-url=https://web.archive.org/web/20131118082429/http://beritacilegon.com/lingkungan-kita/3903-helldy-agustian-mencari-pejuang-geger-cilegon-yang-terlupakan,-kh-arsyad-thawil.html |archive-date=2013-11-18 |access-date=2018-01-14 |dead-url=no }}</ref>
== Biografi ==
=== Kehidupan awal ===
Arsyad lahir di desa [[Lempuyang, Tanara, Serang|Lempuyang]], [[Tanara, Serang|Tanara]], [[Kabupaten Serang]]. Ayahnya adalah [[Suku Banten|orang Banten]] yang bernama [[Imam]] As'ad bin Mustafa bin As'ad, sementara ibunya adalah Ayu Nazhah.<ref name=:'Utusan'>{{citeweb |last=Abdullah |first=Wan Mohd. Saghir |url=http://ww1.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2005&dt=0516&pub=Utusan_Malaysia&sec=Bicara_Agama&pg=ba_01.htm |date=2005-05-16 |title=Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani: Ulama Jihad di Banten |trans-title=Sekh Arsyad Thawil al-Bantani: Ulama Jihad dari Banten |website=[[Utusan Malaysia]] |language=ms |archive-url=https://web.archive.org/web/20171221181110/http://ww1.utusan.com.my/utusan/info.asp?y=2005&dt=0516&pub=Utusan_Malaysia&sec=Bicara_Agama&pg=ba_01.htm |archive-date=2017-12-21 |access-date=2018-01-14 |dead-url=no }}</ref> Tidak ada yang tahu persis tanggal dan tahun kelahirannya,<ref name=:'Cilegon' /> namun di batu nisannya tertulis bahwa ia lahir pada tahun 1851 M.<ref name=:'Hamid'>{{citeweb |last=Hamid |first=Abdul |url=https://abdul-hamid.com/gallery/abah-di-makam-aryad-thawil/ |title=Abah di Makam Arsyad Thawil |date=2010 |website=Abdul Hamid official website |archive-url=https://web.archive.org/web/20171221164443/https://abdul-hamid.com/gallery/abah-di-makam-aryad-thawil/ |archive-date=2017-12-21 |access-date=2017-12-21 |dead-url=no }}</ref>
Arsyad lahir dengan nama Mas Mohammad Arsyad. Julukan "Mas" adalah singkatan dari '''Permas''', sebuah gelar kebangsawanan [[Banten]] yang merupakan keturunan [[Kesultanan Banten|kesultanan]].<ref>{{cite book |last=Official |title=Kepulauan Seribu Menyongsong Masa Depan |date=2002 |url=https://books.google.co.id/books?id=He2K7cBjYicC&q=gelar+permas&dq=gelar+permas&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjei9-r0ZvYAhUR52MKHYEnDqAQ6AEICjAA |publisher=Pemerintah Kabupaten Kepulauan Seribu |location=Pulau Pramuka |p=51 }}</ref> Sementara nama Thawil ({{lang-ar-at|ﻃﻮﻳﻞ|ṭawīl}}) yang berarti '''panjang''', ia peroleh karena ada seorang teman bernama Syekh Arsyad Qashir al-Bantani, Qashir ({{lang-ar-at|ﻗﺼﻴﺮ|qaṣīr}}) berarti '''pendek'''. Karena itu, untuk membedakannya dari Arsyad Qashir, teman-temannya kemudian menyematkan nama Thawil di balik namanya.<ref name=:'Utusan' />
===
Arsyad menerima pendidikan agama [[Islam]] dasar seperti menulis [[aksara Arab]] dan membaca [[al-Quran]] dari ayahnya secara langsung, Imam As'ad yang juga seorang ulama dan memiliki [[pesantren]] di Tanara. Selain itu, ia juga mempelajari ilmu lain seperti ''[[Ilmu nahwu|nahwu]]'' ([[tata bahasa arab]]), ''[[Saraf (linguistik)|sharaf]]'', [[fikih]], dan [[tauhid]] dari ayahnya.<ref name=:'Utusan' />
Ketika usianya menginjak 16 tahun, pada tahun 1867 Arsyad melakukan perjalanan menuju [[Kota Bima|Bima]] di [[Pulau Sumbawa]] untuk belajar kepada Syekh Abdul Ghani. Namun baru sampai di [[Surabaya]], dia bertemu dengan Syekh Abdul Ghani yang akan melaksanakan [[haji]] ke [[Mekkah]]. Selanjutnya dia menyatakan keinginannya untuk belajar kepadanya, Syekh Abdul Ghani kemudian menerima Arsyad sebagai murid sekaligus mengajaknya untuk pergi ke Mekkah bersama.{{sfn|Effendi, 1983}}<ref name=:'Cilegon' />
Di [[Masjidil Haram]], Arsyad mengikuti pelajaran yang diberikan oleh Mufti Mekkah [[Sayyid]] [[Ahmad bin Zaini Dahlan]], terutama mengenai [[Ilmu nahwu]], [[fikih]], dan [[sirah]]. Selain belajar kepada Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Arsyad juga belajar kepada beberapa ulama di Mekkah, di antaranya Syekh Nawawi al-Bantani dan Sayyid Abu Bakri Syatha (di bawah bimbingan kedua putranya, Sayyid Umar Syatha dan Sayyid Utsman Syatha).<ref name=:'Utusan' />
Arsyad memperdalam ilmu hadis kepada Habib Muhammad bin Husein al-Habsyi al-Makki di bawah bimbingan anaknya, Mufti al-Muhaddits al-Habib Husain bin Muhammad al-Habsyi al-Makki. Selain itu, Arsyad juga memperoleh ilmu hadis dari ulama [[Madinah]], Syekh Abdul Ghani bin Abi Sa'id al-Mujaddidi di bawah bimbingan beberapa muridnya, Sayyid Ali bin Zhahir al-Watri, Syekh Shalih bin Muhammad az-Zhahiri, dan Syekh Abdul Jalil Barradah. Sedangkan untuk ilmu fikih, Arsyad juga memperdalamnya kepada Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki.<ref name=:'Utusan' />
=== Kehidupan pribadi ===
Arsyad menikah di tempat pengasingannya di [[Manado]] dengan seorang gadis [[suku Minahasa|Minahasa]] yang merupakan anak dari seorang [[pendeta]] setempat bernama Magdalena Runtu (l. 1880; m. 1937),<ref name=:'Agustian'>{{citeweb |last=Zyraith |first=Bungzhu |url=http://www.helldy.com/2013/11/helldy-kh-arsyad-thawil-diidolakan-bung.html?m=1 |title=Helldy: KH. Arsyad Thawil Diidolakan Bung Karno, Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional |date=2013 |website=Helldy Agustian official website |archive-url=https://web.archive.org/web/20171221202131/http://www.helldy.com/2013/11/helldy-kh-arsyad-thawil-diidolakan-bung.html?m=1 |archive-date=2017-12-21 |access-date=2017-12-21 |dead-url=no }}</ref> yang setelah memeluk agama [[Islam]] mengubah namanya menjadi Tarhimah Magdalena Runtu.{{sfn|Effendi, 1983}}
== Hubungan dekat dengan Syekh Nawawi ==
Selama lima tahun (dari 1868 - 1873), Arsyad adalah murid dari ulama Mekkah yang juga berasal dari [[Banten]], Syekh [[Nawawi al-Bantani]].<ref name=:'Pratiwi' /> Suatu hari, Syekh Nawawi mengirimkan karyanya berupa naskah buku ([[kitab]]) kepada ulama [[Mesir]], tetapi karya tersebut ditolak dan dikembalikan dalam bentuk kode. Setelah kode tersebut diterima, Syekh Nawawi kemudian menjawabnya kembali dalam bentuk kode yang sama. Menerima kiriman kode dari Syekh Nawawi, ulama Mesir pun sangat terkejut karena hanya ulama-ulama berpengetahuan tinggi yang dapat memahami kode tersebut. Untuk mengobati rasa penasaran, para ulama Mesir sepakat mengundang Syekh Nawawi untuk ditanyai. Syekh Nawawi pun memenuhi undangan ulama Mesir dan mengajak serta Arsyad sebagai muridnya untuk bersandiwara dan bertukar tempat (Syekh Nawawi menjadi Arsyad, begitupun sebaliknya).<ref name=:'Banten pos' />
Kedatangan ulama [[Banten]] tersebut disambut baik oleh ulama [[Mesir]] meskipun tanpa upacara. Di hadapan ulama Mesir, Arsyad yang bersandiwara menjadi Syekh Nawawi pun duduk di atas kursi, sedangkan Syekh Nawawi duduk di bawah sebagai pengawalnya. Banyak pertanyaan diajukan oleh ulama Mesir yang tidak mudah untuk dijawab oleh sembarang ulama. Sebagai Syekh Nawawi, Arsyad pun mempersilakan pengawalnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Semua masalah dan pertanyaan dijawab dengan memuaskan oleh Syekh Nawawi yang bertindak sebagai pengawal Arsyad. Para ulama Mesir pun kagum mendengar jawaban memuaskan tersebut, hingga mereka berpikir bahwa pengawalnya saja sudah sedemikian hebat, apalagi yang dikawal, pastinya akan lebih hebat lagi.<ref name=:'Banten pos' />{{sfn|Effendi, 1983|p=212}}
Usai undangan itu, ulama dari [[Nusantara]] semakin dihormati. Karya Syekh Nawawi yang sempat ditolak penerbit Mesir pun mulai diterbitkan. Hal ini juga berimbas kepada penghormatan yang baik oleh ulama-ulama Mesir terhadap ulama Nusantara kala itu.<ref name=:'Pratiwi' />
== Peran dan perjuangan ==
=== Perang Cilegon ===
{{main|Geger Cilegon 1888}}
Pada tahun 1893, Arsyad kembali ke tanah airnya, [[Banten]]. Saat itu Banten menghadapi bencana besar: Setelah [[letusan Krakatau 1883]] yang menelan korban setidaknya 36.417 orang,{{sfn|Kartodirdjo, 1996|p=72}} kemudian disusul dengan terjadinya wabah penyakit hewan pada tahun 1885, sampai masyarakat percaya akan tahayul dan perdukunan.{{sfn|Kartodirdjo, 1996|p=72}}
Tidak hanya itu, penjajah [[Belanda]] kemudian membuat masyarakat Banten semakin tertekan dengan hukuman yang diberikan kepada masyarakat secara tidak adil.<ref name=:'Utusan' /> Kemudian para [[ulama]] dan petani sepakat untuk melakukan perang total dengan pihak kolonial Belanda yang kemudian disetujui oleh Syeikh [[Nawawi al-Bantani]] di [[Mekkah]], Syekh [[Abdul Karim al-Bantani]], dan beberapa ulama lainnya. Bersamaan dengan itu, umat Islam mengangkat senjata untuk ber[[jihad]], termasuk Arsyad Thawil.{{sfn|Kartodirdjo, 1996}}
Arsyad adalah tokoh utama dalam Pertempuran Geger Cilegon 1888 (Perang Cilegon) dan dengan demikian menjadi ulama paling dicari oleh penjajah.<ref name=:'Agustian' /> Sebagai hasil pemberontakan, Belanda kemudian menangkap ulama-ulama Banten dan mengasingkan mereka (semua pemimpin yang diasingkan berjumlah 94 orang).<ref name=:'Historia'>{{citeweb |last=Isnaeni |first=Hendri F. |url=http://historia.id/modern/jalannya-pemberontakan-petani-banten-1888 |date=2016-07-12 |title=Jalannya Pemberontakan Petani Banten 1888 |website=Historia.id |archive-url=https://web.archive.org/web/20171222091544/http://historia.id/modern/jalannya-pemberontakan-petani-banten-1888 |archive-date=2017-12-22 |access-date=2017-12-21 |dead-url=no }}</ref> Beberapa diantara yang diasingkan antara lain: Haji Abdurrahman dan Haji Akib diasingkan ke [[Kepulauan Banda]], Haji Haris ke [[Bukittinggi]], Haji Arsyad Qashir ke [[Buton]], Haji Ismail ke [[Flores]],{{sfn|Kartodirdjo, 1996|p=}} Sementara Arsyad Thawil kemudian dibuang ke [[Manado]], [[Sulawesi Utara]].<ref name=:'Liputan6'>{{citeweb |last=Deslatama |first=Yandhi |url=http://liputan6.com/news/read/2131403/memperingati-pahlawan-banten-di-geger-cilegon |title=Memperingati Pahlawan Banten di Geger Cilegon |date=2014-11-09 |website=[[Liputan 6]] |archive-url=https://web.archive.org/web/20171222093528/http://m.liputan6.com/news/read/2131403/memperingati-pahlawan-banten-di-geger-cilegon |archive-date=2017-12-22 |access-date=2017-12-21 |dead-url=no }}</ref> Selainnya kemudian dibuang ke [[Tondano]],
[[Ternate]], [[Ambon]], [[Kupang]], dan kota lainnya.<ref name=:'Historia' />
== Aktivitas ==
=== Di Mekkah ===
Pada tanggal 27 Februari 1879, Arsyad diangkat menjadi seorang "[[Syekh]]" (mengurus orang berhaji yang datang dari [[Indonesia]]), dan karena ada dua Arsyad dari Indonesia, dia dijuluki Arsyad "Thawil" ([[Bahasa Arab]]: jangkung) dan satunya lagi Arsyad "Qasir" ([[Bahasa Arab]]: pendek). Ketika mengurus haji itulah dia sering berkunjung ke kantor Konsulat Belanda di [[Jeddah]] dan berkenalan dengan [[Christiaan Snouck Hurgronje]] yang akhirnya menjadi temannya dalam berdiskusi tentang ajaran [[Islam]].<ref name=:'Banten'>{{citeweb |last=Administrator |first= |url=https://dpk.bantenprov.go.id/read/informasi-perpustakaan/345/Khazanah-Literasi-Riwayat-Hidup-Kiyai-H-Mas-Muchammad-Arsyad-Thawil.html |title=Khazanah Literasi : Riwayat Hidup Kiyai H. Mas Muchammad Arsyad Thawil |date=2016-10-03 |website=Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten |archive-url=https://web.archive.org/web/20171222110958/https://dpk.bantenprov.go.id/read/informasi-perpustakaan/345/Khazanah-Literasi-Riwayat-Hidup-Kiyai-H-Mas-Muchammad-Arsyad-Thawil.html |archive-date=2017-12-22 |access-date=2018-01-15 |dead-url=no }}</ref>
=== Di tempat pengasingan ===
Setelah kalah dalam [[Geger Cilegon 1888|Perang Cilegon]] tahun 1888, Arsyad ditangkap bersama 100 pejuang lain yang terlibat dalam pertempuran tersebut. Dia dipenjara di [[Serang]], lalu dipindahkan ke [[Batavia]]. Saat dipenjara di Batavia inilah Snouck Hurgronje menemuinya, tetapi persahabatan antara mereka tidak mengubah statusnya sebagai tahanan. Tak lama setelah dipenjara di Batavia, ia kemudian diasingkan ke [[Manado]], [[Sulawesi Utara]].<ref name=:'Banten' />
Arsyad aktif mengajar masyarakat di tempat pengasingannya, Manado. Ia mengajar di bidang ilmu pengetahuan Islam, di antaranya adalah [[fikih]], [[Ilmu nahwu|nahwu]]-[[Saraf (linguistik)|sharaf]], [[tasawuf]], [[hadis]] dan lain-lain. Tidak kurang ratusan ulama dari Manado, [[Gorontalo]], [[Ambon]], [[Ternate]], [[Kabupaten Poso]], [[Kabupaten Tolitoli]], [[Kabupaten Donggala]], dan daerah lainnya belajar kepada Arsyad. Dia juga dikenal sebagai salah satu penyebar agama Islam ke wilayah [[Kekristenan di Indonesia|mayoritas Kristen di Indonesia]]. Bahkan, dia menikahi anak seorang pendeta yang telah masuk Islam, bernama Magdalena Runtu.<ref name=:'Cilegon' />
Arsyad meninggal di Manado, Sulawesi Utara, pada hari Senin, 14 Zulhijah 1353 [[Hijriyah]] atau bertepatan dengan 19 Maret 1935 [[Masehi]]. Imam [[salat Jenazah]]nya adalah al-Habib Hasan bin Abdur Rahman Maula Khailah al-'Alawi.<ref name=:'Banten Pos' />
== Penghargaan ==
Nama Arsyad Thawil kemudian diabadikan menjadi nama sebuah masjid di [[Komo Luar, Wenang, Manado]] dengan nama Masjid Kiai Haji Arsyad Thawil. Haul atau peringatan hari kematiannya selalu diadakan setiap tahun di masjid ini.<ref name=:'Agustian' />
Pada haul yang ke-79, Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Utara akan mengajukan Arsyad Thawil menjadi [[Pahlawan Nasional Indonesia]].<ref name=:'Agustian' />
== Referensi ==
=== Catatan Kaki ===
{{reflist|30em}}
=== Bibliografi ===
{{Refbegin|colwidth=30em}}
* {{cite book |last=Effendi |first=Yoesoef |date=1983 |title=Bung Karno, "Wahai Putra Putra Banten -- Siapa Dia?" |url=https://books.google.co.id/books?id=p5UeAAAAMAAJ&q=arsyad+thawil&dq=arsyad+thawil&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwik39fTrpvYAhUQ5WMKHRurB5MQ6AEIDTAB |location=Serang |publisher=Yayasan Pendidikan Al-Chasanah |page= |isbn= |ref={{sfnRef|Effendi, 1983}} |author-link= }}
* {{cite book |last=Kartodirdjo |first=Sartono |date=1996 |title=The Peasants' Revolt of Banten in 1888 |url=http://booksandjournals.brillonline.com/content/books/9789004286788 |location=New York |publisher=Springer Publishing |page= |isbn=9789401763516 |ref={{sfnRef|Kartodirdjo, 1996}} |author-link=Sartono Kartodirdjo }}
{{Refend}}
[[Kategori:Tokoh Banten]]
[[Kategori:Ulama Banten|Arsyad Thawil al-Bantani]]
[[Kategori:Ulama Manado|Arsyad Thawil al-Bantani]]
|