Kiai Muhyiddin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fatihmuhammad17 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ustad abu naum (bicara | kontrib)
 
(11 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Orphan|date=Desember 2022}}
 
{{Yatim|Oktober 2022}}
{{Infobox Ulama Muslim
|honorific_prefix =
Baris 83 ⟶ 86:
|sebab_wafat =
|tempat_wafat = [[Banyuwangi]]
|hari_wafat = 1994
|tgl_wafat_h =
|tgl_wafat_m =
Baris 94 ⟶ 97:
|negara_makam =
}}
'''Kiai Muhyiddin''' - Nama pengganti dari '''Muhyiddin''' adalah sosok pendiri Pondok Pesantren Darusalam Blokagung, [[Karangdoro, Tegalsari, Banyuwangi|Desa Karangdoro]], [[Tegalsari, Banyuwangi|Kecamatan Tegalsari]], [[Kabupaten Banyuwangi]], [[Jawa Timur|Banyuwangi]] bersama '''KH Mukhtar SyafaatSyafa'at Abdul Gofur'''. Namun tak banyak yang mengetahui, jika '''KiaiPondok Syafa'atPesantren Blokagung''' merintisdirintis pesantrenoleh tersebut,dua taksekawan seorangyakni diri.Kiai IaMukhtar jugaSyafa'at''' dibantu oleh partner sepertidengan '''Kiai Muhyiddin'''. <ref name="Times Indonesia">{{cite web |title=Kiai Muhyi, Partner Kiai Syafaat Rintis Pesantren Blokagung Banyuwangi |url=https://m.timesindonesia.co.id/read/166914/20180223/111503/kiai-muhyi-partner-kiai-syafaat-rintis-pesantren-blokagung-banyuwangi/_MURL_ |publisher=Times Indonesia |date=13 Februari 2018 |accessdate=1 Februari 2018 |archive-date=2019-02-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20190218021849/https://m.timesindonesia.co.id/read/166914/20180223/111503/kiai-muhyi-partner-kiai-syafaat-rintis-pesantren-blokagung-banyuwangi/_MURL_ |dead-url=yes }}</ref>
 
== Biografi ==
KiaiMbah Muhyi atau Kiai Muhyiddin, sapaan akrab warga dan santri Blokagung, bukanlah warga asli [[Banyuwangi]]. Ia lahir di [[Ngebel, Ponorogo|Ngebel]], [[Ponorogo]] tahun [[1916]]. Muhlis adalah nama kecilnya. Tak banyak yang bisa diungkapkan dari latar belakang keluarganya. Namun dapat dipastikan ia berasal dari keluarga santri. Konon, ia masih memiliki hubungan darah dengan Kiai Hasan Besari, pendiri Pesantren Gerbang Tinatar di Ponorogo. Sebuah pesantren tua yang sangat legendaris. Ia juga masih sanak kerabat dari KH. Khozin, Pengasuh Pesantren Mahir al-Riyald, Ringinagung, Kediri
 
== Keluarga ==
Sebagai keluarga santri, Kiai'''Mbah Muhyi''' pun tak terlepas dari tradisi pesantren. Ia belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Hingga akhirnya ia nyantri di Banyuwangi. Tepatnya di Pesantren Tsamaratut Thullab di Desa Jalen, Kecamatan Genteng. Kala itu, pesantren tersebut diasuh oleh sang pendiri langsung, KH Ibrahim Arsyad.
 
Latar belakang keluarga Zainab juga berasal dari kalangan pesantren. Ia adalah putri pasangan Kiai Karto Diwikiryo Abdul Hadi dan Nyai Aminah. Bapaknya, merupakan seorang ulama terkemuka di Yogyakarta pada masa Hamengku Buwono VII berkuasa. Keturunan dari Kiai Muhammad Asror Sadiyo. Sedang ibunya, berasal dari Margokaton, Sayegan, Sleman.
 
Dari pasangan Kiai Karto Diwiryo dan Nyai Aminah tersebut, terlahir enam putra-putri. Zainab sendiri merupakan anak kelima. Secara berurutan, saudara-saudaranya sebagai berikut: Mukijah, Rukiah, Rusydi, Khodijah, dan Maryam. Keluarga ini, lantas pindah ke Banyuwangi pada tahun 1921.
 
== Pendidikan ==
 
Di pesantren yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, Kiai'''Mbah Muhyi''' bertemu dengan Kiai Syafaat. Sebagai sesama santri kelana, keduanya berteman karib. Pertemanan yang kelak berlanjut hingga mendirikan pesantren bersama-sama.
 
Di Pesantren Tsamaratut Thalabah, Kiai Muhyi keluar terlebih dahulu ketimbang Kiai Syafaat. Namun Kiai Muhyi tak pulang ke kampung halamannya. Ia menikah dengan orang Banyuwangi, bernama Zainab. Nama terakhir ini sendiri, pada dasarnya juga seorang perantauan.
 
== Peran Dalam Pondok Pesantren BanyuwangiDarussalam Blokagung ==
 
Kiai'''Mbah Muhyi''' sendiri di Pesantren Darussalam yang dikembangkannya bersama Kiai Syafaat dan Kiai Muallim Syarqawi, lebih dikenal sebagai seorang yang faqih (ahli dalam ilmu fiqih). Jika '''Kiai SyafaatSyafa'at''' dikenal dengan kegemarannya mengaji kitab tasawuf Ihya Ulumuddin anggitan Imam Ghazali, maka Kiai Muhyi lebih dikenal dengan kitab fiqih Fathul Wahab bi Syarhi Minhajit Thullab yang ditulis oleh Imam Abu Yahya Zakariya al-Anshori. Dengan dua kecenderungan yang berbeda tersebut, membuat corak Pesantren Darussalam menjadi lengkap.
 
Kegemaran Kiai'''Mbah Muhyi''' terhadap kitab Fathul Wahab, tergambar dalam kesehariannya. Ia tak pernah berhenti mengajar kitab itu kepada para santri. Setelah khatam, ia kembali mengulangnya lagi. Demikian terus menerus. Dari haliah yang demikian, konon Kiai Muhyi sampai hafal kitab yang cukup tebal tersebut. Bahkan, dalam tidurnya, tak jarang ia mengigau dan dari bibirnya terucap kalimat-kalimat dari kitab yang dikenal memiliki kerumitan tata Bahasa tingkat tinggi itu.
 
== Sekilas Kehidupan ==
 
Dalam kesehariannya sendiri, Kiai'''Mbah Muhyi''' dikenal sebagai sosok yang rendah hati. Ia tak segan menuakan '''Kiai SyafaatSyafa'at''', meski secara usia dan status keluarga lebih muda. Akhlaknya berbanding lurus dengan kealimannya. Selain itu, ia dikenal pula sebagai sosok yang gigih baik dalam berdakwah maupun dalam bekerja.
 
Tak hanya sebagai seorang yang faqih, Kiai'''Mbah Muhyi''' juga dikenal sebagai sosok yang ampuh. Seringkali ada orang yang menyaksikan ia berjalan di atas air. Biasanya ketika sungai Blokagung meluap, sangat sulit untuk menyebrang. Jembatan yang ada hanyalah jembatan bambu yang tentu sangat berbahaya untuk disebrangi. Dalam kondisi terdesak demikian, mau tak mau Kiai'''Mbah Muhyi''' menggunakan kelebihannya.
 
Dalam kehidupan rumah tangga, Kiai'''Mbah Muhyi''' dikarunia seorang anak dari pernikahannya dengan Nyai Zainab. Namanya Khudori. Namun pernikahan tersebut tak berlangsung lama, keduanya melakukan perceraian. Nyai'''Mbah ZainabMuhyi''' lantaskemudian menikah lagi dengan KiaiNyai MuallimShofiah Syarqawi,yang sedangkanberasal Kiaidari MuallimSumberurip sendiriBarurejo kembalibaratnya menikah'''Pondok Pesantren Blokagung''' dengan Nyaidikaruniai Shofiah9 dari Sumberurip.keturunan, (*)yakni:
1. Sa'wanah
2. Mutmainah
3. Ahmad Satibi
4. Siti Nur Insiyah
5. Siti Khomsah
6. Rohmatul Ummah
7. Imam Haris
8. Abdullah Kholid
9. Khiyarotul Bintiyah. (*)
 
== Referensi ==
=== Catatan Kaki ===
{{reflist|230em}}
 
== Pranala luar ==
 
* {{id}} [https://m.timesindonesia.co.id/read/166914/20180223/111503/kiai-muhyi-partner-kiai-syafaat-rintis-pesantren-blokagung-banyuwangi/_MURL_ Kiai Muhyi, Partner Kiai Syafaat Rintis Pesantren Blokagung Banyuwangi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20190218021849/https://m.timesindonesia.co.id/read/166914/20180223/111503/kiai-muhyi-partner-kiai-syafaat-rintis-pesantren-blokagung-banyuwangi/_MURL_ |date=2019-02-18 }}
 
{{DEFAULTSORT:Muhyiddin, Kiai}}
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Tegalsari|Muhyiddin]]
{{Ulama-Nusantara-bio-stub}}
[[Kategori:Tokoh dari BanyuwangiKecamatan Ngebel|Muhyiddin]]
[[Kategori:Tokoh Ponorogo|Muhyiddin]]
[[Kategori:Tokoh Banyuwangi|Muhyiddin]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur|Muhyiddin]]
[[Kategori:Tokoh Jawa|Muhyiddin]]
[[Kategori:Ulama Banyuwangi|Muhyiddin]]
[[Kategori:Ulama Jawa Timur|Muhyiddin]]
[[Kategori:Ulama Indonesia|Muhyiddin]]