As'ad Samsul Arifin: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(29 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Ulama Muslim
|
▲|caption = K.H.R. As'ad Syamsul Arifin
|jalur_ayah =
|jalur_ibu =
Baris 16 ⟶ 13:
|thn_lahir_m = 1897
|tempat_lahir = Makkah
|negara_dilahirkan = [[Makkah
|nama_ayah =
|nama_ibu = Ny.Hj. Siti Maimunah
|nama_lahir =
|hari_lahir =
<!-- ----------- -->
|glr_islam_dpn =[[Kiai]] [[Haji]] [[Raden]]
|gelar_aka_dpn =
|glr_tengah =
|gelar_aka_akhir =
|gelar_bangsawan =
|gelar_adat =
|gelar_lainnya1 =
Baris 33 ⟶ 30:
<!-- ---------------- -->
|kunya =
|name =
|nama_arabic =اَسْعَدْ شَمْسُ الْعَارِفِيْنْ
|nisbah =
|nama_lainnya =
<!-- ---------------- -->
|etnis = [[Suku Madura|Madura]] dan [[Suku Jawa|Jawa]]
|nationality = [[Indonesia]]
|marga =
Baris 45 ⟶ 42:
|negara3 =
<!-- ---------------- -->
|pondok1 = Pesantren Banyuanyar Pamekasan (1910-1913)
|pondok2 = Pesantren Kademangan Bangkalan
|pondok3 = Pesantren Sidogiri Pasuruan
|pondok4 = Pesantren Panji Sidoarjo
|madrasah1 = [[Madrasah Al-Shaulatiyah]]
<!-- ---------------- -->
|guru1 =
|guru2 =
|guru3 =
|guru4 =
|guru5 = Syekh
|guru6 =
|guru7 = Syekh
|guru8 = Syekh Baqir ( |
<!-- ---dakwah ketokohan- -->
|judul1 = Pengasuh
|sub1 = [[Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah]],
|mulai1 =
|selesai1 =
|pendahulu1 =
|pengganti1 =
|judul2 = Musytasar
|sub2 = [[
|mulai2 =
|selesai2 =
Baris 115 ⟶ 116:
|tahun_award4 =
<!-- ---kewafatan------ -->
|status_hidup_wafat =WAFAT
|sebab_wafat =
|tempat_wafat = Situbondo
Baris 128 ⟶ 129:
|tempat_makam =
|negara_makam =
|honorific_prefix=[[Kiai]] [[Haji]] [[Raden]]|title=|known_for=Mendirikan [[Nahdlatul Ulama]] dan [[Pahlawan Nasional Indonesia|Pahlawan Nasional]]}}
==
Kiai As'ad adalah anak pertama dari pasangan Raden Ibrahim dan Siti Maimunah, keduanya berasal dari [[Kabupaten Pamekasan|Pamekasan]], [[Madura]].<ref name="Ensiklopedi">{{cite book|author=H.M. Bibit Suprapto|year=2009|title=Ensiklopedi Ulama Nusantara|publisher=Gelegar Media Indonesia|id=ISBN 979-980661114-5}} Halaman 258-263.</ref> Ia mempunyai adik bernama Abdurrahman.<ref name="kharisma">{{cite book|author=Syamsul A. Hasan|year=2003|title=Kharisma Kiai As'ad di Mata Umat|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|id=ISBN 978-979-3381-30-5}} Halaman 3-6.</ref> Ia dilahirkan di perkampungan Syi'ib Ali, dekat [[Masjidil Haram]], Mekah, ketika kedua orang tuanya menunaikan [[haji|ibadah haji]] dan bermukim di sana untuk memperdalam ilmu-ilmu keislaman.<ref name="Ensiklopedi"/> Kiai As'ad masih memiliki darah [[bangsawan]] dari kedua orang tuanya.<ref name="kharisma"/> Ayahnya, Raden Ibrahim (yang kemudian lebih dikenal dengan nama K.H. Syamsul Arifin) adalah keturunan [[Sunan
=== Kehidupan awal ===▼
▲Kiai As'ad adalah anak pertama dari pasangan Raden Ibrahim dan Siti Maimunah, keduanya berasal dari [[Kabupaten Pamekasan|Pamekasan]], [[Madura]].<ref name="Ensiklopedi"/> Ia mempunyai adik bernama Abdurrahman.<ref name="kharisma"/> Ia dilahirkan di perkampungan Syi'ib Ali, dekat [[Masjidil Haram]], Mekah, ketika kedua orang tuanya menunaikan [[haji|ibadah haji]] dan bermukim di sana untuk memperdalam ilmu-ilmu keislaman.<ref name="Ensiklopedi"/> Kiai As'ad masih memiliki darah [[bangsawan]] dari kedua orang tuanya.<ref name="kharisma"/> Ayahnya, Raden Ibrahim (yang kemudian lebih dikenal dengan nama K.H. Syamsul Arifin) adalah keturunan [[Sunan kudus l]] dari jalur sang ayah.<ref name="kharisma"/> Sedangkan dari pihak ibu masih memiliki garis keturunan dari [[Sunan sunan Ampel]].<ref name="kharisma"/><ref name="karomah">{{cite book|author=Samsul Munir Amin|title=Karomah Para Kiai|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2008|id=ISBN 978-979-8452-49-9}} Halaman 210-212.</ref>
Pada usia enam tahun, Kiai As'ad dibawa orang tuanya pulang ke Pamekasan dan tinggal di Pondok Pesantren Kembang Kuning, Pamekasan, Madura.<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="kharisma"/><ref name="karomah"/> Sedangkan adiknya, Abdurrahman, yang masih berusia empat tahun dititipkan kepada Nyai Salhah, saudara sepupu ibunya yang masih bermukim di Mekah.<ref name="Ensiklopedi"/><ref name="kharisma"/> Setelah lima tahun tinggal di Pamekasan, Kiai As'ad diajak ayahnya untuk pindah ke Asembagus, Situbondo
=== Pendidikan ===
Sebagai anak seorang ulama, sejak kecil Kiai As'ad sudah mendapat pendidikan agama yang diajarkan langsung oleh ayahnya.<ref name="Ensiklopedi"/> Setelah beranjak remaja, ia dikirim ayahnya untuk belajar di Pondok Pesantren Banyuanyar, Pamekasan, sebuah pesantren tua yang didirikan oleh K.H.
Setelah tiga tahun belajar di Pesantren Banyuanyar (1910-1913), ia kemudian dikirimkan ayahnya ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan melanjutkan belajarnya di sana.<ref name="Ensiklopedi"/> Di Mekah, ia masuk ke [[Madrasah Al-Shaulatiyah]], sebuah madrasah yang sebagian besar murid dan guru-gurunya berasal dari al-Jawi (Melayu).<ref name="Ensiklopedi"/> Ia belajar ilmu-ilmu keislaman kepada ulama-ulama terkenal, baik yang berasal dari al-Jawi ([[Semenanjung Malaya|Melayu]]) maupun dari [[Timur Tengah]].<ref name="Ensiklopedi"/>
Baris 153 ⟶ 151:
* Syeikh Syarif as-Sinqithi
Setelah beberapa tahun belajar di Mekah, Kiai As'ad kemudian pulang ke [[Indonesia]].<ref name="Ensiklopedi"/> Setelah sampai di kampungnya, ia tidak langsung mengajar di pesantren ayahnya, Kiai As'ad memutuskan untuk memperdalam ilmunya dan melanjutkan belajarnya.<ref name="Ensiklopedi"/> Ia pergi ke berbagai pesantren dan singgah dari pesantren satu ke pesantren lain, baik untuk belajar maupun hanya untuk ''
==
=== Peran saat berdirinya NU ===
Pada tahun 1924, [[Kholil al-Bangkalani|Syaikhona Kholil]] mengutus Kiai As'ad yang saat itu berumur 27 tahun untuk mengantarkan sebuah tongkat ke [[Muhammad Hasyim Asy'ari|Kiai Hasyim Asy'ari]], Tebuireng, Jombang dan menghafalkan [[Surah Ta Ha|Surat Thaha]] ayat 17-23 untuk dibacakan di hadapan Kiai Hasyim. Berangkatlah Kiai As'ad dengan mengayuh sepeda, Kiai As'ad telah dibekali uang oleh Syaikhona Kholil untuk di perjalanan, namun ia justru berpuasa selama di perjalanan. Kemudian setibanya di Tebuireng, Kiai As’ad menghadap Kiai Hasyim Asy'ari dan menyerahkan tongkat itu. Kiai Hasyim bertanya “Apakah ada pesan dari Syaikhona?” Lalu Kiai As’ad membaca Surat Thaha ayat 17-23 yang arti terjemahannya :
''“Apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa ? Dia (Musa) berkata, “Ini adalah tongkatku, aku bertumpu padanya, dan aku merontokkan (daun-daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku masih ada lagi manfaat yang lain.” Allah berfirman, “Lemparkanlah ia, wahai Musa!” Lalu ia melemparkan tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. Dia (Allah) berfirman, “Peganglah ia dan jangan takut, Kami (Allah) akan mengembalikannya kepada keadaannya semula, Dan kepitkanlah tanganmu ke ketiakmu, niscaya ia keluar menjadi putih (bercahaya) tanpa cacat, sebagai mukjizat yang lain, untuk Kami perlihatkan kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar”.''<ref>{{Cite web|title=Surat Thaha 17-23|url=https://quran.kemenag.go.id/sura/20/17|website=Kementerian Agama RI|access-date=14-01-2022|archive-date=2022-05-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20220521161954/https://quran.kemenag.go.id/sura/20/17|dead-url=yes}}</ref>
Berselang beberapa hari, Syaikhona Kholil kembali mengutus Kiai As'ad untuk mengantarkan sebuah tasbih kepada Kiai Hasyim. Ketika Syaikhona Kholil menyerahkan tasbihnya, Kiai As'ad enggan untuk menerima dengan tangannya, ia memohon kepada Syaikhona untuk mengalungkan tasbih itu ke lehernya. Syaikhona Kholil berpesan agar Kiai As'ad membaca "''Yaa Jabbar Yaa Qahhar''" hingga sampai Tebuireng dan membacanya di hadapan Kiai Hasyim. Selama di perjalanan, Kiai As'ad sama sekali tidak berani menyentuh tasbih itu, hingga sesampainya di Tebuireng, Kiai As'ad segera menghadap Kiai Hasyim dan memohon Kiai Hasyim untuk mengambil tasbih itu dari lehernya searaya ia membaca "''Yaa Jabbar Ya Qahhar''".
KH. Hasyim Asy'ari telah menangkap dua isyarat kuat tersebut yang mengartikan bahwasannya Syakhona Kholil telah memantapkan hati beliau dan merestui didirikannya Jam'iyah Nahdlatul Ulama. Setahun kemudian, pada tanggal 31 Desember 1926 M / 16 Rajab 1344 H di Surabaya berkumpul para ulama se-Jawa-Madura. Mereka bermusyawarah dan sepakat mendirikan organisasi Islam Nahdlatul Ulama'''.'''<ref>{{Cite journal|date=2022-01-12|title=Nahdlatul Ulama|url=https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Nahdlatul_Ulama&oldid=19721037|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref>
=== Membesarkan partai NU ===
Saat Nahdlatul Ulama memutuskan menjadi sebuah partai politik dan meninggalkan [[Partai Masyumi]] pada tahun 1952, Kiai As'ad dan para ulama senior kala itu melakukan pengembangan, pengabdian, dan peluasan guna menuju politik kebangsaan. Pada tahun 1957, ia menjadi juru kampanye Partai NU dan dipercayai sebagai penasehat pribadi [[Idham Chalid|KH. Idham Chalid]] yang kala itu menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri RI.
=== Mengasuh pesantren ===
Pada tahun 1908, setelah pindah ke Situbondo, Kiai As'ad dan ayahnya beserta para santri yang ikut datang dari Madura membabat alas (menebang hutan) di Dusun Sukorejo untuk didirikan pesantren dan perkampungan.<ref name="kharisma"/><ref name="sukorejo"/> Pemilihan tempat tersebut atas saran dua ulama terkemuka asal [[Kota Semarang|Semarang]], Habib Hasan Musawa dan Kiai Asadullah.<ref name="kharisma"/>
Baris 167 ⟶ 177:
Setelah K.H. Samsul Arifin meninggal pada tahun 1951, pondok pesantren tersebut ganti diasuh oleh Kiai As'ad.<ref name="Ensiklopedi"/> Di bawah kepemimpinan Kiai As'ad, Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah berkembang semakin pesat, dengan bertambahnya santri hingga mencapai ribuan.<ref name="Ensiklopedi"/> Kemudian, lembaga pendidikan dari pesantren tersebut akhirnya semakin diperluas, tanpa meninggalkan sistem lama yang menunjukkan ciri khas pesantren.<ref name="Ensiklopedi"/> Pesantren tersebut mendirikan [[Madrasah ibtidaiyah|Madrasah Ibtidaiyah]], [[Madrasah tsanawiyah|Madrasah Tsanawiyah]], dan [[Madrasah aliyah|Madrasah Aliyah]], kemudian didirikan pula sekolah umum seperti SMP, SMA, dan SMEA.<ref name="Ensiklopedi"/>
== Wasiat
Meskipun Kiai As'ad telah meninggal, namun ''dawuh'' (nasihat) maupun perkataannya masih melekat dan diikuti oleh para [[santri]] dan pecintanya.<ref name="taufiq">[http://www.taufiq.net/2011/04/kiai-asad-neka-guruna.html www.taufiq.net: Kiai As'ad: Neka Guruna]. Diakses 24 April 2014</ref> Di antara wasiat (pesan) Kiai As'ad yang pernah ia sampaikan kepada para santrinya ialah:<ref name="muslim">[http://www.muslimedianews.com/2013/12/inilah-5-wasiat-khr-asad-syamsul-arifin.html www.muslimedianews.com: Inilah 5 Wasiat KHR. As'ad Syamsul Arifin untuk Santrinya] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140424192118/http://www.muslimedianews.com/2013/12/inilah-5-wasiat-khr-asad-syamsul-arifin.html |date=2014-04-24 }}. Diakses 24 April 2014</ref>
# Santri Sukorejo yang keluar dari NU (Nahdlatul Ulama), jangan berharap berkumpul dengan saya di akhirat.
Baris 175 ⟶ 185:
# Istiqamah (terus menerus) membaca ''Ratibul Haddad''.
# Santri saya sebenarnya umum, anak siapa saja, dalam keadaan bagaimana saja, pasti selamat dan jaya asal jujur, giat dan ikhlas.
== Karya ==
* Ekonomi Dalam Islam
* Syair Madura
* Risalah Shalat Jumat
* Isra' wal Mi'raj
* Tsalats ar-Risail
* Tarikh Perjuangan Islam Indonesia
* Risalah at-Tauhid
== Referensi ==
{{reflist|30em}}
{{Pahlawan Indonesia}}
[[Kategori:Kelahiran 1897|As'ad Samsul Arifin]]
[[Kategori:Tanggal kematian 4 Agustus|As'ad Samsul Arifin]]▼
[[Kategori:Kematian 1990|As'ad Samsul Arifin]]
[[Kategori:
[[Kategori:Tokoh Jawa|As'ad Samsul Arifin]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur
[[Kategori:Tokoh dari Situbondo|As'ad Samsul Arifin]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Nahdlatul Ulama|As'ad Samsul Arifin]]
[[Kategori:
[[Kategori:Pimpinan pesantren Indonesia|As'ad Samsul Arifin]]
[[Kategori:Ulama Indonesia|As'ad Samsul Arifin]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Nadhlatul Ulama]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]
|