Kholil al-Bangkalani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
(94 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{copyvio}}
{{tone}}{{bersayap}}
{{hatnote|"Syekh Kholil" beralih ke halaman ini. Artikel ini membahas mengenai biografi [[Ulama]] besar [[Mazhab Syafi'i]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Untuk [[Ulama]] besar berkebangsaan [[Irak]], lihat [[Al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi|Imam Kholil]].}}
{{Infobox Ulama Muslim
|notability = Syaikhona Kholil al-Bangkalani الشيخونة خليل البنكلاني
<!-- ----------- -->
|image =
|caption =
|jalur_ayah = Bin Abdul Lathif adalah Kiai Hamim, putra dari Kiai Abdul Karim bin Kiai Muharrar
|jalur_ibu =
|nasab = Muhammad Kholil bin Abdul Lathif (Hamim) bin Abdul Karim bin Muharram
| Relasi = Ali Sastroamidjojo (Sepupu)
<!-- ----------- -->
|tgl_lahir_h = 9
Baris 85 ⟶ 88:
| date =2016-04-24
| url =http://m.news.viva.co.id/news/read/764581-cerita-mbah-kholil-bangkalan-terima-harimau-jadi-murid
| accessdate = 2017-05-11}}</ref>
Syekh Kholil al-Bangkalani berasal dari keluarga ulama. Ayahnya, [https://www.tangteks.xyz/2021/07/makam-kiai-abdul-latif-abah-syaikhona.html KH Abdul Lathif], mempunyai pertalian darah dengan [[Sunan Gunung Jati]]. Buyut beliau Syarifah Khodijah putri [https://www.laduni.id/post/read/74138/ziarah-makam-kh-asror-bin-abdullah-dan-wisata-religi-kolla-al-asror.html#google_vignette Sayyid Asror Karomah] bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Ali Akbar bin [[Sayyid Sulaiman]] Kanigoro [[Mojoagung, Jombang|Mojoagung]]. sedangkan ayah Kiai Abdul Latif Adalah Kiai Hamim bin Muharram bin Abdul Karim<ref>Silsilah yang masyhur dan sempat di posting keturunan beliau RKH. Ismail Amin Kholil dalam akun Instagramnya @ismaelalkholilie adalah, Kholil bin Abdul Lathif bin Hamim bin Muharram bin Abdul Karim. Dimana KH. Kholil sendiri menulis nasabnya demikian.
</ref>. Pada usia 24 tahun, Syekh Kholil menikahi Nyai
=== Silsilah Syaikhona Kholil Jalur Sunan Gunung Jati/jalur Ibu ===
1. Syaikhona Kholil (syeikh muhammad Kholil) Bangkalan.
2. Kyai abdul lathif. Dimakamkan di Bangkalan.
3. Nyai khadijah (istri kyai hamim). Dimakamkan ԁі Bangkalan.
4. Kyai asror karomah.
5. Sayyid abdullah.
6. Sayyid ali al-akьаг.
7. Sayyid sulaiman. Dimakamkan di mojo аgυng, jombang.
8. Syarifah khadijah.
9. Maulana hasanuddin. Dimakamkan di banten.
10. Syarif hidayatullah (sυnаn gυnυng јаtі). Dimakamkan ԁі cirebon.
11. Sayyid abdullah umdatuddin.
12. Sayyid ali nuruddin/nurul аӏаm.
13. Sayyid husain jamaluddin bugis. Ԁі ѕіnі Nasab nyai khadijah dan kyai hamim Kholil bertemu.
Mаkа, mеӏаӏυі jalur sυnаn gunung jati, Syaikhona Kholil adalah generasi ke-32 ԁагі rasulullah ѕаw.
=== Nasab Syaikhona Kholil Jalur Sunan Kudus/jalur ayah===
1. Syaikhona Kholil Bangkalan.
2. Kyai abdul lathif. Dimakamkan di Bangkalan.
3. Kyai hamim. Dimakamkan di tаnјυng porah, lomaer, Bangkalan.
4. Kyai abdul karim.
5. Kyai muharram. Dimakamkan di banyo ajuh, Bangkalan.
6. Kyai abdul azhim. Dimakamkan di tаmьаk agung, sukalela, labeng, Bangkalan.
7. Kyai sulasi. Dimakamkan ԁі petapan, trageh, Bangkalan.
8. Kyai martalaksana. Dimakamkan di banyu buni, gelis, Bangkalan.
9. Kyai badrul budur. Dimakamkan di rabesan, dhuwwek buter, kuayar, Bangkalan.
10. Kyai abdur rahman (bhujuk lek-palek). Dimakamkan di kuanyar, Bangkalan.
11. Kyai khatib. Ada уаng mеnυӏіѕnуа “ratib”. Dimakamkan ԁі pranggan, sumenep.
12. Sayyid ahmad baidhawi (pangeran ketandar bangkal). Dimakamkan di sumenep.
13. Sayyid shaleh (paneSyaikhonaan pakaos). Dimakamkan di ampel surabaya.
14. Sayyid ja’far shadiq (sυnаn kudus). Dimakamkan ԁі kυԁυѕ.
15. Sayyid utsman haji (sυnаn ngudung). Dimakamkan ԁі kudus.
16. Sayyid fadhal aӏі аӏ-murtadha (raden santri /raja pandita). Dimakamkan di gresik.
17. Sayyid ibrahim (asmoro). Dimakamkan di tuban.
18. Sayyid husain jamaluddin. Dimakamkan di bugis.(nasab Ayah dan ibu Syekhona Khalil bertemu)
19. Sayyid ahmad sуаһ jalaluddin. Dimakamkan ԁі naseradab, india.
20. Sayyid abdullah. Dimakamkan di naserabad, india.
21. Sayyid abdul mаӏіk azmatkhan. Dimakamkan di naserabad, india.
22. Sayyid alawi ‘ammil faqih. Dimakamkan di tarim, hadramaut, yaman.
23. Sayyid muhammad shahib mirbath. Dimakamkan di zhifar, hadramaut, yaman.
24. Sayyid aӏі khali’ qasam. Dimakamkan ԁі tarim, hadramaut, yaman.
25. Sayyid alawi. Dimakamkan di bait jabir, hadramaut, yaman.
26. Sayyid muhammad. Dimakamkan ԁі ьаіt jabir, hadramaut, yaman.
27. Sayyid alawi. Dimakamkan di sahal, yaman.
28. Sayyid abdullah/ubaidillah. Dimakamkan ԁі hadramaut, yaman.
29. Al-іmаm ahmad аӏ-muhajir . Dimakamkan ԁі аӏ-husayyisah, hadramaut, yaman.
30. Sayyid isa an-naqib. Dimakamkan ԁі bashrah, iraq.
31. Sayyid mυһаmmаԁ аnnaqib. Dimakamkan ԁі bashrah, iraq.
32. Al-imam ali al-uradhi. Dimakamkan ԁі аӏ-madinah аӏ-munawwarah.
33. Al-іmаm ja’far ash-shadiq. Dimakamkan di al-madinah аӏ-munawwarah.
34. Al-іmаm muhammad al-baqir. Dimakamkan di al-madinah аӏ-munawwarah.
35. Al-іmаm ali zainal abidin. Dimakamkan di аӏ-madinah al-munawwarah.
36. Sayyidina husain ьіn ali ьіn abi thalib. Dimakamkan ԁі karbala, iraq.
37. Sayyidatina fathimah az-zahra’ binti sayyidina muhammad rasulullah. Dimakamkan di madinah аӏ-munawwarah
Mаkа, dari јаӏυг sunan kudus, Syaikhona Kholil adalah generasi ke-37 ԁагі rasulullah saw.
===Isri-istri Syaikhona ===
Ada sembilan wanita yang tercatat sebagai istri Syekh Kholil, beberapa diantara mereka beliau nikahi setelah beberapa istri sebelumnya meninggal dunia. Hal itu sangatlan wajar, karena Syekh Kholil itu berumur panjang, bahkan ada yang mengatakan bahwa beliau berumur lebih dari seratus tahun, maka beliaupun beberapa kali kedahuluan meninggal oleh istri dan beberapa kali menikah lagi. Itulah sebabnya Syekh Kholil memiliki istri yang banyak. Mereka adalah:
1. Nyai Raden Ayu Assek binti Ludrapati.
2. Nyai Ummu Rahma.
3. Nyai Raden Ayu Arbi’ah.
4. Seorang wanita dari Telaga Biru, Bangkalan. Belum diketahui namanya.
5. Seorang wanita dari Sabrah Sepulu, Bangkalan. Belum diketahui namanya.
6. Nyai Kuttab.
7. Nyai Raden Ayu Nur Jati.
8. Nyai Mesi.
9. Nyai Sailah.
Dari sembilan istri itu, hanya empat orang yang menurunkan keturunan Syekh Kholil. Mereka adalah: Nyai Assek, Nyai Ummu Rahmah, Nyai Arbi’ah dan Nyai Mesi.<ref>{{Cite web|last=Triyanto|title=Silsilah Nasab dan Istri Syaikhona Kholil Bangkalan Madura|url=https://www.pulaumadura.com/2021/09/silsilah-nasab-dan-istri-syaikhona-kholil-bangkalan-madura.html|website=Gerbang Pulau Madura|access-date=2024-02-01}}</ref>
== Pendidikan ==
Syekh Kholil dididik dengan sangat ketat oleh ayahnya. Mbah Kholil kecil memiliki keistimewaan yang haus akan ilmu, terutama ilmu Fikih dan nahwu. Bahkan ia sudah hafal dengan baik 1002 bait nadzam [[Alfiyah|Alfiyah Ibnu Malik]] sejak usia muda.<ref name=":3">{{Cite web|last=Putra|first=Sudiarto|title=Syaikhona Kholil, Pendidikan dan Cerita Tentang Karamahnya|url=https://news.detik.com/berita/d-4806579/syaikhona-kholil-pendidikan-dan-cerita-tentang-karamahnya|website=detiknews|language=id-ID|access-date=2023-07-25}}</ref>
Setelah dididik, orang tua Mbah Kholil kecil kemudian mengirimnya ke berbagai pesantren untuk menimba ilmu. Mengawali pengembaraannya, Mbah Kholil muda belajar kepada [https://langitan.net/biografi-pengasuh-pp-langitan/kh-m-nur/ Kiai Muhammad Nur] di [[Pondok Pesantren Langitan]], [[Tuban]], [[Jawa Timur]]. Dari Langitan ia pindah ke [https://radarbromo.jawapos.com/features/1001632050/ponpes-cangaan-di-bangil-banyak-melahirkan-ulama-dan-tokoh-agama Pondok Pesantren Cangaan], [[Bangil, Pasuruan]]. Kemudian ke [https://opencorpdata.com/place/ChIJkQi-UkDJ1y0RJfeUNMS0WlM Pondok Pesantren Keboncandi.] Selama belajar di Pondok Pesantren ini beliau belajar pula kepada Kiai Nur Hasan yang menetap di [[Pondok Pesantren Sidogiri]], 7 kilometer dari Keboncandi. Di setiap perjalanannya dari Keboncandi ke Sidogiri, ia tak pernah lupa membaca Surat [[Yasin]].<ref name=":3" />
Sewaktu menjadi santri, Mbah Kholil telah menghafal beberapa matan, seperti Matan [[Alfiyah|Alfiyah Ibnu Malik]]. Di samping itu ia juga merupakan seorang Hafidz [[Al-Quran]] dan mampu membaca Al-Qur’an dalam [[Qira'at al-Qur'an|Qira'at Sab'ah]].<ref>{{Cite web|date=2021-09-28|title=Syaikhona Kholil (1): Pendidikan itu Bermula|url=https://alif.id/read/kholili-kholil/syaikhona-kholil-1-pendidikan-itu-bermula-b240084p/|website=Alif.ID|language=id|access-date=2023-07-25}}</ref>
Saat usianya mencapai 24 tahun setelah menikah, Mbah Kholil memutuskan untuk pergi ke Makkah. Utuk ongkos pelayaran bisa ia tutupi dari hasil tabungannya selama nyantri di [[Banyuwangi]], sedangkan untuk makan selama pelayaran, konon Mbah Kholil berpuasa. Hal tersebut dilakukannya bukan dalam rangka menghemat uang, akan tetapi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah agar perjalanannya selamat.<ref name=":3" />
== Karya-karyanya ==
Sesuai namanya, kitab ''Al-Matnus Syarif al-Mulaqqab bi Fat-hil Latif'' ini merupakan kitab matan (inti) yang berbicara mengenai fundamen dasar hukum [[Islam]] (ilmu fiqih). Yang menarik dari kitab setebal 52 halaman ini, adalah bukan hanya karena kemasyhuran penulisnya, melainkan kitab ini telah menampilkan ''landscape'' keilmuan yang selama ini terkesan rumit, menjadi demikian lugas dan mudah
Ini nama-nama kitab yang ditulis sendiri oleh tangan beliau, Al-Allamah Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdullathif Bangkalan, yang Alhamdulillah telah berhasil kami kumpulkan:
1. Risalah Fi Fiqh al Ibadat (13 Ramadlan 1308 H)
2. Risalah Isti'dadul Maut (3 Dzulqodah 1309 H)
3. Taqrirat Alfiyah Ibnu Malik (Dzulqodah 1311 H)
4. Taqrirat nadzam Nuzhatut Thullab fi Qowaidil I'rob (1315 H)
5. Nadzam Jauharatul lyan li Ahlil Irfan (1315 H)
6. Nadzam Maqsud fi As-shorf (Jumat 5 Muharram 1316 H)
7. Risalah Khutbah (Jumat 19 Ramadlan 1323 H)
8. Matn Al Ajurumiyah (makna dan taqrir)
9. Al-bina' (makna)
10. Tasrif al Izzi (makna dan taqrir)
11. Maulid Hubbi lis Sayyidina Muhammad (makna)
12. Maulid Barzanji (makna)
13. Al-Awamil (nahwu/makna)
14. Terjemah al-Qur'an al-Karim (makna jawa)
== Guru-gurunya ==
Baris 115 ⟶ 218:
# [[Syekh]] [[Nawawi al-Bantani]] di [[Mekkah]]
# Syekh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi
# [[Ahmad bin Zaini Dahlan|Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan]] di
# Syeikh Mustafa bin Muhammad Al-Afifi Al-Makki di
# Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani di
== Murid Syaikhona Kholil ==
=== Murid angkatan pertama ===
Syekh Hasan Genggong atau lebih dikenal [[Kiai Hasan Genggong]] selengkapnya Haddratus Syekh al-Arifbillah KH. Mohammad Hasan bin Syamsuddin bin Qoyiduddin Al-Qodiri Al-Hasani (nama lain: ''Kiai Hasan Sepuh'', lahir di Sentong, Krejengan, Probolinggo, 27 Rajab 1259 Hijriah / 23 Agustus 1843 Masehi - meninggal di Genggong, 11 Syawal 1374 H / 1 juni 1955 M) dianggap sebagai mujaddid dan Syekh Naqshbandi terkemuka dari Indonesia. Ia merupakan santri angkatan pertama saat Syaikhona Kholil datang dari pengembaraan ilmu di Mekkah.<ref name=":1">{{Cite web|last=Bahtiar|first=Rio|date=2015-03-31|title=Syaichona Kholil Bangkalan guru dari Kyai Sepuh Genggong|url=https://www.pzhgenggong.or.id/2702/biografi-syaichona-kholil-bangkalan-guru-dari-kyai-sepuh-genggong/|website=Pesantren Zainul Hasan|language=id|access-date=2023-07-25}}</ref><ref>{{Cite web|last=1|title=Dari Probolinggo Membela Bangsa dan Negara {{!}} Republika ID|url=https://republika.id/posts/42326/dari-probolinggo-membela-bangsa-dan-negara|website=republika.id|language=en-US|access-date=2023-07-26}}</ref>
=== Daftar Murid===
Berikut merupakan murid-murid dari Syekh Kholil:<ref name=":1" />
# [[Kiai Hasan Genggong|K.H. Muhammad Hasan Sepuh]] - pendiri [[Pesantren Zainul Hasan Genggong]], [[Probolinggo]]
# [[Hasjim Asy'ari|K.H. Hasyim Asy’ari]] - pendiri [[Nahdlatul 'Ulama]], pendiri [[Pondok Pesantren Tebuireng]], [[Jombang]]
# K.H. Musthofa - Pendiri Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah, Kranji, Lamongan
#
# KH Muhammad Falak bin Abas, Pagentongan Bogor
#K.H Imam Zahid, [[Kabupaten Jombang|Jombang]], kakek buyut [[Emha Ainun Nadjib]]
#K.H. Romli Tamim, menantu [[Muhammad Hasyim Asy'ari|K.H Hasyim Asy'ari]], pendiri [[Pondok Pesantren Darul 'Ulum (Rejoso)|Pondok Pesantren Darul Ulum]], Rejoso, [[Kabupaten Jombang|Jombang]]
#K.H. Tamim Irsyad - Pendiri [[Pondok Pesantren Darul 'Ulum (Rejoso)|Pondok Pesantren Darul Ulum]], Rejoso, [[Kabupaten Jombang|Jombang]].
# [[Abdul Wahab Hasbullah|K.H. Abdul Wahab Hasbullah]] - pengasuh
# [[Bisri Syansuri|K.H. Bisri Syamsuri]] - pengasuh
# [[Abdul Karim|K.H. Manaf Abdul Karim]] - pendiri [[Pondok Pesantren Lirboyo]], [[Kediri]]
# [[KH. Moh. Ma'roef|K.H. Moh. Ma'roef Kedunglo]] - pendiri [[Pondok Pesantren Kedunglo]], [[Kediri]]
# K.H. Ma'sum - [[Lasem, Rembang]]
# K.H. Munawir - pendiri [[Krapyak|Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak]], [[Yogyakarta]]
# K.H. [[Bisri Mustofa]] - pendiri [[Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin]], [[Rembang]]
# K.H. Nawawi bin K.H. Noerhasan bin K.H. Noerkhatim - pengasuh [[Pondok Pesantren Sidogiri]], [[Pasuruan]]
# K.H Bahar bin K.H. Noerhasan bin K.H. Noerkhatim - Pengasuh [[Pondok Pesantren Sidogiri]], [[Pasuruan]]
# [[Ahmad Shiddiq|K.H. Ahmad Shiddiq]] - pengasuh [[Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah]], [[Jember]]
# [[As'ad Samsul Arifin|K.H. As'ad Syamsul Arifin]] - pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, [[Asembagus, Situbondo]]
# K.H. Abdul Majid bin K.H. Abdul Hamid Itsbat - Batabata, [[Pamekasan]]
# K.H. Abi Sujak - pendiri [[Asta Tinggi Sumenep|Pondok Pesantren Astatinggi]], [[Kebonagung, Kota Sumenep, Sumenep|Kebunagung, Sumenep]]
# K.H. Usymuni - pendiri Pondok Pesantren Pandian, [[Sumenep]]
# K.H. Zaini Mun'im - Pendiri [https://www.nuruljadid.net/ Pondok Pesantren Nurul Jadid] Paiton, [[Probolinggo]]
# K.H. Khozin - [[Buduran, Sidoarjo]]
# [[Abah Sepuh|K.H. Abdullah Mubarok]] - pendiri [[Pondok Pesantren Suryalaya]], [[Tasikmalaya]]
Baris 155 ⟶ 264:
# K.H. Abdul Hadi - [[Lamongan]]
# K.H. Zainur Rasyid - Kironggo, [[Bondowoso]]
# K.H. Bakri - pendiri Pondok Pesantren Al Huda Sugihan, [[Sidowangi, Kajoran, Magelang]] pada 1885.
# K.R. Alwi - [[Tonoboyo, Bandongan, Magelang]]
# K.H. Karimullah - pendiri Pondok Pesantren Curah Dami, [[Bondowoso]]
# K.H. Muhammad
# [[Hasan Mustapa|K.H. Hasan Mustofa]] - [[Garut]]
#
# [[Muhammad Suja'i al-Kudani|K.H. Ahmad Syuja'i]] - Kudang, [[Tasikmalaya]]
# K.H. Raden Fakih Maskumambang - [[Gresik]]
# K.H. Hasbian abdurrahman pendiri pondok pesantren albadri gumuksari kalisat jember.
# [[Insinyur|Ir]]. [[Soekarno]] - [[Presiden Republik Indonesia]] pertama, menurut penuturan K.H. [[As'ad Samsul Arifin]], Bung Karno meski tidak resmi sebagai murid Syekh Kholil
| last = Rifai
| first = Muhammad
Baris 182 ⟶ 293:
}}</ref>
# K.H. Irsyad Hasyim, sahabat K.H. Ali Wafa Abdul Aziz bin K.H. Abdul Hamid Itsbat, pengasuh [[PP. Bustanul Ulum Mlokorejo]] dan pendiri PP. Irsyadunnasyi'in Kasian, Jember.
#
== Cerita Syekh Kholil dengan
Adapun cerita Syekh Kholil dengan murid-muridnya adalah sebagai berikut:
=== Kiai Ma'sum Lasem ===
'''Kiai Ma'shum - [[Lasem, Rembang]]: Dikurung,
Dalam buku Manaqib Mbah Ma’shum Lasem diceritakan bahwa suatu hari Syekh Kholil Bangkalan meminta santrinya untuk membuat kurungan ayam jago sebab akan datang jagoan dari tanah [[Jawa]] ke [[Bangkalan]]. Keesokan harinya datang seorang pemuda bernama Muhammadun (nama Mbah Ma’shum waktu muda) yang berusia 20 tahun dari tanah Jawa. Oleh Syekh Kholil, pemuda itu diminta masuk ke dalam kurungan ayam jago yang telah dibuat santrinya. Dengan penuh takzim pemuda itu pun masuk dan duduk berjongkok ke dalam kurungan ayam jago. Syekh Kholil kemudian berkata kepada santri-santrinya, ''"Inilah yang kumaksudkan sebagai ayam jago dari tanah Jawa yang kelak akan menjadi jagoan tanah Jawa."''<ref name=":4">{{Cite web|title=Kisah Mbah Ma'shum Lasem, Santri Pengembara yang Tahu Waktu Kematiannya|url=https://daerah.sindonews.com/read/731671/29/kisah-mbah-mashum-lasem-santri-pengembara-yang-tahu-waktu-kematiannya-1648911883|website=SINDOnews Daerah|language=id-ID|access-date=2023-07-28}}</ref>
Pada awal nyantri, Mbah Lasem malah disuruh mengajarkan [[Alfiyah]] kepada santri-santri Syekh Kholil di dalam kamar yang tidak ada penerangnya. Mbah Ma’shum hanya nyantri selama 3 bulan. Ketika hendak pulang, Mbah Kholil memanggilnya seraya mendoakannya dengan ''doa Sapu Jagad''. Saat Mbah Ma’shum melangkah pergi beberapa meter, ia dipanggil kembali oleh Syekh Kholil lalu didoakan dengan doa yang sama. Hal ini terjadi berulang hingga 17 kali.<ref name=":4" />
=== Kiai Hasyim Asy'ari ===
'''[[Hasjim Asy'ari|Kiai Hasyim Asy’ari]] - [[Pondok Pesantren Tebuireng|Tebuireng]], [[Jombang]]: Disuruh
Ketika awal nyantri, [[Hasjim Asy'ari|Hasyim Asy’ari]] muda disuruh naik ke atas pohon bambu, sementara Syekh Kholil terus mengawasi dari bawah sembari memberi isyarat agar terus naik dan tidak boleh turun sampai ke pucuk pohon bambu tersebut. Kiai Hasyim dengan takzim terus naik sesuai perintah gurunya. Begitu sampai di pucuk, Syekh Kholil mengisyaratkan agar Kiai Hasyim langsung loncat ke bawah. Tanpa pikir panjang Kiai Hasyim langsung meloncat dan selamat. Ternyata hal tersebut hanya ujian
Sebagai murid, Kiai Hasyim tidak pernah mengeluh ketika disuruh apa pun oleh gurunya, termasuk ketika disuruh menggembalakan kambing dan sapi, mencari rumput dan membersihkan kandang. Ia menerima titah gurunya itu sebagai khidmat (dedikasi) kepada
Selain itu, saat Syekh Kholil kehilangan cincin pemberian istrinya yang jatuh di kamar mandi, Kiai Hasyim memohon izin untuk mencarinya. Setelah diizinkan, sejurus kemudian beliau masuk ke ''septictank'' dan mengeluarkan isinya. Setelah dikuras seluruhnya, dan badan Kiai Hasyim penuh dengan kotoran, akhirnya cincin milik gurunya berhasil ditemukan. Betapa senang sang guru melihat muridnya telah berhasil mencarikan cincinnya hingga terucap doa: ''"Aku rida padamu wahai Hasyim, Kudoakan dengan pengabdianmu dan ketulusanmu, derajatmu ditinggikan. Engkau akan menjadi orang besar, tokoh panutan, dan semua orang cinta padamu.''"<ref>{{citeweb|last=Zunus|first=|url=http://www.nu.or.id/post/read/67642/kala-septic-tank-berkahi-dua-ulama-besar|title=Kala "Septic Tank" Berkahi Dua Ulama Besar|website=nu.or.id|language=id-ID|date=2016-04-26|accessdate=2017-05-11 }}</ref>
=== Kiai Wahab Hasbullah ===
'''[[Abdul Wahab Hasbullah|Kiai Wahab Hasbullah]] -
Pada suatu hari di bulan [[Syawal]], Syekh Kholil memanggil semua santri dan memerintahkan agar penjagaan pondok diperketat karena tidak lama lagi akan ada macan masuk ke pondok.<ref name=":2">{{
Sejak itu, setiap hari semua santri melakukan penjagaan yang ketat di pondok pesantren. Hal ini dilakukan karena di dekat pondok pesantren ada hutan rimba, sehingga khawatir jika ada macan muncul dari hutan tersebut.
Setelah beberapa hari ternyata macan yang ditunggu-tunggu tidak juga muncul. Pada minggu ketiga, Syekh Kholil memerintahkan para santri untuk berjaga ketika ada pemuda kurus, tidak terlalu tinggi dan membawa tas koper seng masuk ke komplek pondok pesantren.
Begitu sampai di depan rumah Syekh Kholil, pemuda itu mengucapkan salam. Mendengar salam pemuda tersebut, Syekh Kholil justru malah berteriak memanggil para santrinya ''“Hai santri-santri, macan! macan! Ayo kepung, jangan sampai masuk ke pondok.”'' Mendengar teriakan Syekh Kholil, serentak para santri berhamburan membawa apa saja yang bisa dibawa untuk mengusir pemuda tersebut. Para santri yang sudah membawa pedang, celurit, tongkat mengerubuti “macan” yang tidak lain adalah pemuda itu. Muka pemuda itu menjadi pucat pasi ketakutan. Karena tidak ada jalan lain, akhirnya pemuda tersebut lari
Karena tingginya semangat untuk nyantri ke pondok yang diasuh oleh Syekh Kholil, keesokan harinya pemuda itu mencoba memasuki pesantren lagi. Meskipun begitu, dirinya tetap memperoleh perlakuan yang sama seperti sebelumnya. Karena rasa takut dan kelelahan akhirnya pemuda tersebut tidur di bawah kentongan yang ada di musala pesantren. Ketika tengah malam, dirinya dibangunkan dan dimarah-marahi oleh Syekh Kholil. Meski demikian, setelah itu dirinya diajak oleh Syekh Kholil ke rumahnya dan dinyatakan sebagai salah satu santri dari pondok yang beliau pimpin.
Sejak itu, pemuda tersebut resmi sebagai santri pondok. Pemuda yang dimaksud itu adalah [[Abdul Wahab Hasbullah]] yang menjadi salah satu pendiri [[NU]].<ref name=":2" /> Ternyata apa yang diprediksi oleh Syekh Kholil menjadi kenyataan, [[Abdul Wahab Hasbullah]] benar-benar menjadi ''“Macan”'' [[NU]].
=== Kiai As'ad ===
'''[[As'ad Samsul Arifin|Kiai As’ad]] - [[Asembagus, Situbondo]]: Uang
Ketika [[As'ad Samsul Arifin|Kiai As’ad]] masih menjadi santri Syekh Kholil, ia pernah disuruh mengantarkan tongkat ke [[Hasjim Asy'ari|Kiai Hasyim Asy’ari]] di [[Jombang]]. Di lain hari ia disuruh mengantarkan tasbih kepada Kiai Hasyim juga. Syekh Kholil hanya memberikan bekal beberapa uang logam. Ketika Kiai As’ad naik bus atau kereta, bolak-balik kondektur tidak menagih tiket kepadanya, demikian pula ketika akan menyeberangi [[Selat Madura]], seseorang tiba-tiba mengajaknya naik ke kapal bersamanya secara cuma-cuma. Setelah turun dari kapal, beliau kembali ditawari naik kendaraan ke [[Jombang]], beliau menerima tawaran ini dengan rasa syukur. Kiai As’ad yakin hal ini karena doa dan barakah dari sang guru melalui uang logam yang diberikan Syekh Kholil.<ref>{{Cite web|last=rosedays.elumar|date=2021-08-07|title=Karomah Mbah Kholil (5): Berkah Uang Logam|url=https://www.duniasantri.co/karomah-mbah-kholil-5-berkah-uang-logam/|website=Dunia Santri|language=id-ID|access-date=2023-08-06}}</ref>
=== Kiai Bahar Sidogiri ===
'''Kiai Bahar - [[Pondok Pesantren Sidogiri|Sidogiri]], [[Pasuruan]]: Mimpi Basah '''
Pada suatu pagi, seorang santri bernama Bahar dari Sidogiri merasa gundah karena tidak bisa salat subuh berjamaah. Bahar absen salat jamaah bukan karena malas, tetapi disebabkan halangan junub. Pasalnya, semalam Bahar bermimpi tidur dengan seorang wanita. Sangat dipahami kegundahan Bahar hingga bersembunyi di kamarnya, sebab wanita itu adalah istri Syekh Kholil, gurunya.<ref name=":5">{{Cite web|date=2021-11-29|title=KH. BAHAR BIN NOERHASAN KIAI ALIT BERILMU LADUNNI (Bagian I)|url=https://sidogiri.net/2021/11/kh-bahar-bin-noerhasan-kiai-alit-berilmu-ladunni-bagian-i/|website=sidogiri.net|language=id|access-date=2023-08-07}}</ref>
Subuh itu Bahar memang tidak ikut salat berjamaah
Kemudian Syekh Kholil memerintahkan mencari Bahar dan dihadapkan kepadanya. Setelah diketemukan, Bahar dibawa ke masjid. Syekh Kholil menatap tajam-tajam kepada Bahar seraya berkata, ''"Bahar, karena kamu tidak hadir salat subuh berjamaah maka harus dihukum. Tebanglah dua rumpun bambu di belakang pesantren dengan petok ini''". Petok adalah sejenis pisau kecil, dipakai menyabit rumput. Setelah menerima perintah itu, segera Bahar melaksanakan dengan tulus walau kesulitan.
Baris 240 ⟶ 349:
== Karamah ==
Berikut adalah karamah yang dengan kehendak Allah dimiliki oleh Syekh Kholil al-Bangkalani:<ref>{{citeweb|last=SM|first=Said|url=https://daerah.sindonews.com/read/1154349/29/kisah-karomah-kiai-kholil-bangkalan-1478771438|title=Kisah Karomah Kiai Kholil Bangkalan|website=daerah.sindonews.com|date=2016-11-11|language=id-ID|accessdate=2017-05-11}}</ref><ref>{{citeweb|last=Zahasfan|first=Alvian Iqbal|date=2016-01-22|title=Silsilah Syaikhona Kholil|url=
=== Ke Mekkah
Suatu sore di pinggir pantai daerah [[Bangkalan]], Syekh Kholil ditemani oleh Kiai Syamsul Arifin ayahanda dari [[As'ad Samsul Arifin|Kiai As’ad]] [[Situbondo]]. Bersama sahabatnya itu, mereka berbincang-bincang tentang pengembangan pesantren dan persoalan umat [[Islam]] di daerah [[Pulau Jawa]] dan [[Pulau Madura|Madura]]. Persoalan demi persoalan dibicarakan, tak terasa saking asyik berdiskusi matahari hampir terbenam. Padahal mereka belum melaksanakan shalat [[Asar]], sementara waktunya hampir habis sehingga tidak mungkin melaksanakan shalat asar dengan sempurna dan khusyuk. Akhirnya Syekh Kholil memerintah Kiai Syamsul Arifin untuk mengambil ''kerocok'' (sejenis daun aren yang dapat mengapung di atas air) untuk dipakai perjalanan menuju [[Makkah]]. Setelah mendapatkan kerocok, lantas Syekh Kholil menatap ke arah Makkah, tiba-tiba kerocok yang ditumpanginya berjalan dengan cepat menuju Makkah. Sesampainya di Makkah, azan asar baru saja dukumandangkan. Setelah mengambil wudlu, Syekh Kholil dan Kiai Syamsul Arifin segera menuju shaf pertama untuk melaksanakan shalat asar berjamaah di [[Masjidil Haram]].<ref>{{cite book
| last = Rifai
Baris 261 ⟶ 370:
| dead-url = yes
}}</ref>
=== Mengobati
Dikisahkan oleh K.H. Abdullah Syamsul Arifin, ketua PCNU Jember, terdapat seorang warga yang mempunyai anak dengan kelainan hobi mengonsumsi gula berlebih, bahkan setiap hari anak tersebut bisa menghabiskan sekian kilo gula pasir. Akhirnya ayah anak itu ''nyabis'' (sowan) ke Syekh Kholil Bangkalan. Di hadapan Syekh Kholil ia mengeluh soal kebiasaan anaknya menyantap gula. Ia berharap agar sang Syekh berkenan menyembuhkan penyakit yang mendera anaknya. Namun Syekh Kholil malah menjawab permohonan si ayah dengan menyuruhnya datang kembali satu minggu kemudian. Tamu tersebut pamit, namun sejak saat itu kebiasaan si anak semakin menjadi-jadi dan semakin banyak gula yang dihabiskan setiap hari, dimakan begitu saja. Sang ayah tetap memenuhi perintah Syekh Kholil untuk datang kembali ke rumahnya seminggu kemudian. Setelah pertemuan yang kedua, anak tersebut berhenti total mengonsumsi gula.
Konon, selama seminggu Syekh Kholil bertirakat. Tidak makan makanan atau minuman yang berbahan gula pasir. Pesannya sederhana, jika ingin menyuruh sesuatu maka harus mengerjakannya dulu. Kalau ingin melarang sesuatu terhadap orang lain maka yang bersangkutan dahulu yang wajib memberi contoh jika ingin larangannya dipatuhi.<ref>{{citeweb|last=Fathoni|url=http://www.nu.or.id/post/read/70681/kisah-mbah-kholil-bangkalan-mengobati-anak-pecandu-gula|title=Kisah Mbah Kholil Bangkalan Mengobati Anak Pecandu Gula|website=nu.or.id|date=2016-08-24|language=id-ID|accessdate=2017-05-11}}</ref>
=== Tertawa
Pada suatu hari, saat salat jamaah yang dipimpin oleh seorang kiai di sebuah pesantren tempat Syekh Kholil muda mencari ilmu, ia tertawa cukup keras. Setelah selesai salat sang kiai menegur Syekh Kholil muda atas sikapnya tersebut yang memang dilarang dalam [[Islam]]. Ternyata Syekh Kholil muda masih terus tertawa meskipun kiai sangat marah terhadapnya. Akhirnya ia menjawab hal yang menyebabkannya tertawa keras, bahwa ketika salat berjamaah berlangsung dia melihat sebuah ''"berkat"'' (makanan yang dibawa pulang sehabis kenduri) di atas kepala sang Kiai. Mendengar jawaban tersebut sang kiai sadar dan malu atas salat yang dipimpinnya. Karena sang kiai ingat bahwa selama salat berlangsung dia merasa tergesa-gesa untuk menghadiri kenduri yang mengakibatkan salatnya tidak khusyuk.<ref name=":3" />
=== Ditangkap lalu
Syekh Kholil pernah ditahan oleh penjajah [[Belanda]] karena dituduh melindungi beberapa orang yang terlibat perlawanan terhadap kolonial di pondok pesantrennya. Ketika Belanda mengetahuinya, Syekh Kholil ditangkap dengan harapan para pejuang menyerahkan diri.
== Pranala luar ==
Baris 280 ⟶ 384:
== Referensi ==
=== Catatan Kaki ===
{{reflist|30em}}
|