Bahasa Dhao: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jspharmando (bicara | kontrib)
Menambahkan teks tentang pengulangan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(21 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 2:
|name= Bahasa Dhao
|nativename=Lī Dhao
|states=[[{{flag|Indonesia]]}}
|region={{flag|Nusa Tenggara Timur}}
|region= [[Pulau Dhao]], juga terdapat di [[pulau Rote]] dan [[pulau Timor|Timor]].
|speakers= 5.000 (2013 Blust)
|familycolor=Austronesia
|fam1=[[Bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
Baris 19:
|iso1=-
|iso2=-
|iso3=nfa|pronunciation={{IPA-jv|li: ɖ͡ʐaɔ|}}|date=2013|ethnicity=Dhao}}
|iso3=nfa}}
'''Bahasa Dhao''' atau '''Lī Dhao /'''li: ɖ͡ʐaɔ'''/''' adalah bahasa yang digunakan [[suku Dhao]].<ref>[http://www.joshuaproject.net/languages.php?rol3=nfa Dhao Speaking Peoples - Joshua Project]</ref> Penuturnya terutama terdapat di [[pulau Dhao]], tetapi ada juga yang menetap di [[pulau Rote]] dan [[pulau Timor]]. ‘Dhao’ merupakan kata yang digunakan suku Dhao untuk menyebut komunitas mereka, sedangkan ‘Ndao’ digunakan oleh suku-suku tetangga mereka, seperti [[suku Rote]], untuk menyebut mereka. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa [[Austronesia]].
 
Bahasa Dhao secara genetik diklasifikasikan ke dalam subkelompok [[bahasa Sumba-Hawu]], dalam [[Malayo-Polinesia Tengah (CMP)|Melayu-Polinesia Tengah (CMP)]] dari keluarga [[Rumpun bahasa Austronesia|bahasa Austronesia]], dan dengan demikian menyerupai [[bahasa Sumba]] dan [[Bahasa Sabu|Sabu]]. Baik Donohue & Grimes maupun Blust menyimpulkan bahwa bahasa Dhao dan [[bahasa Hawu]] secara tidak kontroversial adalah unit genetik dengan bahasa Sumba. Ada bukti substansial untuk subkelompok Sumba-Hawu yang eksklusif, dan bukti terbatas untuk subkelompok yang lebih besar yang mencakup bahasa di Flores bagian barat dan tengah. Blust juga memberikan bukti leksikostatistik bahwa Sumba-Hawu memiliki lebih banyak serumpun (35%) daripada Bima- Sumba (28%).
 
Pengelompokan internal di tingkat yang lebih tinggi, yaitu antara Melayu-Polinesia Tengah (CMP), Melayu-Polinesia Tengah-Timur (CEMP) dan Melayu-Polinesia Barat (WMP) bermasalah. Klasifikasi genetik dalam subkelompok CMP dianggap bermasalah karena inovasi yang tidak lengkap dalam bahasanya, meskipun kontak bahasa di daerah itu telah terbukti selama beberapa dekade. Donohue dan Grimes (2008) berpendapat bahwa beberapa bahasa di Sulawesi lebih suka berbagi fitur dengan bahasa di wilayah CMP daripada dengan bahasa di wilayah WMP. Kompleksitas tersebut membuat status CMP dan CEMP menjadi kabur. Dengan melakukan subkelompok “bottom-up”dari bawah ke atas, Donohue dan Grimes mengusulkan dua klasifikasi terpisah untuk WMP dan tiga untuk CMP, meninggalkan Melayu-Polinesia Timur (EMP) sebagai subkelompok yang berbeda (Donohue dan Grimes, 2008). CEMP tidak dianggap sebagai simpul induk untuk CMP dan EMP dalam pohon standar Melayu-Polinesia (Donohue dan Grimes, 2008). Kemudian, Blust (2009) memberikan beberapa alternatif lain sambil mendukung bukti untuk “teori standar” percabangan Melayu-Polinesia. Sementara Donohue dan Grimes menemukan sedikit dukungan untuk CEMP, Blust mengklaim memiliki banyak bukti. Perselisihan akademis mengenai klasifikasi genetik bahasa-bahasa di Indonesia Timur memberikan bukti bahwa daerah tersebut memiliki rumpun bahasa yang “kompleks” dan “besar dan beragam secara struktural”.
 
== Sejarah ==
Nama pulau yang paling terkenal serta bahasanya adalah “Ndao”. Namun, telah dipastikan bahwa nama yang diberikan telah salahmerupakan pengucapan yang salah dan menggunakan ejaan bahasa tetangga yang dominan, [[bahasa Rote]].<ref>{{Cite book|last=Grimes|first=Prof. Dr. Charles E.|date=2010|title=Hawu and Dhao in Eastern Indonesia: Revisiting Their Relationship|pages=253|url-status=live}}</ref>
 
Gugus konsonan atau pra-nasal /nd/ tidak pernah muncul dalam posisi suku kata mana pun dalam bahasa tersebut. Penutur selalu melafalkan namakata tanpa sengau, dan dengan sedikit retrofleksi dan pengucapan bunyi [d]. Oleh karena itu, hanya merepresentasikan bunyi secara fonemik sebagai /[[:en:Voiced_retroflex_plosive|ɖ]]ɖ͡ʐ/ dan secara ortografis sebagai ''dh''. Nama demikian diucapkan sebagai Dhao. Nama suku Ndao telah memperoleh beberapa varian: Dauw (Lynden, 1851), Dao (Jonker, 1903), Ndau (Ormeling, 1952), dan Dhau (Grimes, 2009). Tetapi nama Ndao telah terdaftar di administrasi resmi untuk merujuk pada pulau dan komunitasnya, dan Dhao untuk merujuk pada bahasa tersebut.
 
Pulau Ndao juga secara kiasan disebut ''rai kahore'' (''rai'' 'tanah' dan ''kahore'' 'bulat'), yang secara harfiah berarti 'tanah bulat'. Selain nama Dhao, orang mengidentifikasi diri mereka sebagai ''dhèu kahore'' dan bahasanya sebagai ''lī kahore''. Terutama kaum muda yang mengidentifikasi diri mereka sebagai ''ana kahore''. Kata ''kahore'' mengacu pada pemahaman bersama tentang pulau kecil berbentuk bulat.
 
Fox menyatakan bahwa, meskipun masyarakat Ndao mengaku memiliki bahasa dan budaya yang mirip dengan [[Suku Sabu|orang Sawu]], mereka telah lama dipengaruhi oleh budaya pulau tetangganya, Rote.
 
== Variasi Bahasabahasa ==
Bahasa Dhao tidak memiliki variasi dialek. Namun, masyarakat yang tinggal di desa Mbiu, Lombo, dan Mbali memiliki variasi semantik kata-kata tertentu yang berbeda. Misalnya, masyarakat Ndao pada umumnya memahami bahwa ungkapan ''kataki i'a'' berarti ‘menembak ikan dengan anak panah’, tetapi di tiga desa yang disebutkan di atas, orang menggunakan ''cèla i'a'', yang secara harfiah berarti ‘menyelam mencari ikan’. Perbedaan tersebut tidak mempengaruhi tata bahasa. Beberapa perbedaan lainnya ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
{| class="wikitable"
Baris 61:
|''cèla'' ‘selam, memanah’
|}
Perbedaan kecil tersebut dapat menyebabkan kesalahpahaman antara penutur bahasa Dhao di luar dan di dalam tiga desa ini. Yang terakhir pada dasarnya memahami semua ekspresi standar bahasa Dhao tanpa membedakan pengertian semantik spesifik dari kata-kata itu. Tidak ada perbedaan [[Prosodi|prosodikprosodi]]k antara kedua variasi tersebut.
 
== Register ==
Bahasa Dhao digunakan sebagai bahasa sehari-hari di pulau Ndao. Selain bahasa Dhao standar, Dhao juga memiliki dua register lain: bahasa rahasia ( Pacelepacele), dan bahasa ritual ( Hinihini). Bahasa rahasia hanya digunakan oleh orang dewasa untuk mencegah orang yang lebih muda atau orang luar dengan pengetahuan dasar tentang Dhao memahami percakapan mereka. Namun demikian, orang Dhao mengklaim bahwa, saat ini, anak-anak berusia 17 dan 18 tahun telah memperoleh Pacelepacele dan dapat menggunakannya dalam percakapan sehari-hari dengan orang dewasa. Fitur paling khas dari Pacelepacele adalah penggunaan terminologi simbolis atau kiasan untuk budaya material, spesies hewan, nama tumbuhan, dan kata-kata lain yang arti harfiahnya tidak diketahui. Misalnya, mereka mungkin mengatakan ''èu dènge sabha dhau ana tabebe si'' yang secara harfiah berarti 'Kamukamu pergi dengan wadah daun lontar yang besar dan kecil' untuk merujuk pada seseorang yang membawa semua anak atau cucunya berjalan ke suatu acara (pesta atau upacara). Dalam ungkapan seperti itu, anak-anak dibandingkan dengan wadah daun lontar. Karena di pulau Ndao, masyarakat menggunakan wadah daun lontar untuk menyimpan nira dan membawanya pulang. Wadah daun lontar ini memiliki ukuran dan jenis yang berbeda-beda tergantung fungsinya. Laki-laki Dhao cenderung membawa banyak wadah daun palem yang berbeda ketika mereka pergi untuk menyadap sawit. Dalam hal ini makna literal (wadah daun lontar) kontras dengan makna kontekstual (anak-anak). Namun, perbandingan seperti itu dipahami oleh penutur asli Dhao karena adanya pemahaman bersama tentang budaya penyadapan. Contoh lain datang dari alat tangkap, ''kalera-kanaca''. Kalera adalah sejenis keranjang untuk memasukkan ikan dan kanaca adalah perangkap ikan kecil. Kedua istilah ini digabungkan sebagai ungkapan yang berarti 'suami dan istri, atau pasangan'. Ketika orang pergi memancing, mereka biasanya membawa kanaca dan kalera. Mereka menangkap ikan menggunakan kanaca dan kemudian mereka memasukkan ikan ke dalam kalera. Kedua peralatan ini tidak dapat dipisahkan dalam melakukan penangkapan ikan. Bagi masyarakat NdaoDhao, suami istri adalah pasangan yang tak terpisahkan. Lī hini adalah bahasa ritual yang hanya digunakan dalam upacara atau acara adat. Karena upacara-upacara adat tidak lagi dipraktekkan saat ini, banyak ekspresi bahasa ritual yang sudah dilupakan. Sebuah tarian tradisional yang disebut ''pado'a'' telah dihidupkan kembali, meskipun hanya beberapa orang tua yang mampu memimpin tarian sambil melantunkan bahasa ritual. Masyarakat Dhao mengakui bahwa bahasa ritual sangat dipengaruhi oleh bahasa Rote. Ciri yang menonjol dari bahasa ritual di daerah tersebut adalah penggunaan kata yang paralel, yang disebut paralelisme leksikal. Berikut adalah beberapa contoh paralelisme leksikal yang banyak digunakan orang saat berdoa. Seperti yang terlihat pada contoh, kata-kata paralel (ditandai dalam teks dengan //) adalah ''koa'' 'bangga' dan ''kio'' 'pujian' (1), ''sasala'' 'salah' dan ''sasigo'' 'berbalik' (2), dan ''babhelu'' 'kejahatan ' dan ''katuba'' 'jahat' (3). Pasangan pada (1) dan (2) diklaim sebagai kata pinjaman dari bahasa Rote.
 
Lī Hini adalah bahasa ritual yang hanya digunakan dalam upacara atau acara adat. Karena upacara-upacara adat tidak lagi dipraktekkan saat ini, banyak ekspresi bahasa ritual yang sudah dilupakan. Sebuah tarian tradisional yang disebut ''pado'a'' telah dihidupkan kembali, meskipun hanya beberapa orang tua yang mampu memimpin tarian sambil melantunkan bahasa ritual. Masyarakat Ndao mengakui bahwa bahasa ritual sangat dipengaruhi oleh bahasa Rote. Ciri yang menonjol dari bahasa ritual di daerah tersebut adalah penggunaan kata yang paralel, yang disebut paralelisme leksikal. Berikut adalah beberapa contoh paralelisme leksikal yang banyak digunakan orang saat berdoa. Seperti yang terlihat pada contoh, kata-kata paralel (ditandai dalam teks dengan //) adalah ''koa'' 'bangga' dan ''kio'' 'pujian' (1), ''sasala'' 'salah' dan ''sasigo'' 'berbalik' (2), dan ''babhelu'' 'kejahatan ' dan ''katuba'' 'jahat' (3). Pasangan pada (1) dan (2) diklaim sebagai kata pinjaman dari bahasa Rote.
{|
|(1)
Baris 87 ⟶ 85:
|-
|
| colspan="6" |"KitaKami memuji nama Tuhan Allah"
|
|-
Baris 141 ⟶ 139:
|
|tarik
|hilang
|kalah
|kami
|dari
Baris 152 ⟶ 150:
|}
 
== Gambaran Umum TipologisFonologi ==
Bahasa Dhao memiliki 23 segmen konsonan asli dalam inventarisnya: /p, b, ɓ, b͡β, t, d, ɗ, ɖ͡ʐ, c, ɟ, ʄ, k, ɡ, ɠ, ʔ, s, h, m, n, ɲ, ŋ, r, l/ dan tiga konsonan pinjaman: /w, f, j/. Seperti bahasa lain dalam sub-keluarga yang sama, bahasa Dhao memiliki bunyi konsonan letup and gesek. Tidak seperti bahasa lain di daerah yang sama, yang sebagian besar memiliki dua atau tiga konsonan letup, seperti bahasa Kambera di Sumba dan bahasa Rongga di Flores, bahasa Dhao (termasuk bahasa Hawu) memiliki empat konsonan letup: dwibibir /ɓ/, rongga gigi /ɗ/, langit-langit /ʄ/, dan langit-langit belakang /ɠ/. Bahasa Dhao juga memiliki satu dwibibir gesek /b͡β/ dan satu rongga gigi gesek bersuara /ɖ͡ʐ/, yang diucapkan agak retrofleks.
 
=== Fonologi ===
Bahasa Dhao memiliki 23 segmen konsonan asli dalam inventarisnya: /p, b, ɓ, b͡β, t, d, ɗ, ɖ͡ʐ, c, ɟ, ʄ, k, ɡ, ɠ, ʔ, s, h, m, n, ɲ, ŋ, r, l/ dan tiga konsonan pinjaman: /w, f, j/. Seperti bahasa lain dalam sub-keluarga yang sama, bahasa Dhao memiliki bunyi implosif and afrikaif. Tidak seperti bahasa lain di daerah yang sama, yang sebagian besar memiliki dua atau tiga implosif stop, seperti Kambera di Sumba dan Rongga di Flores, bahasa Dhao (termasuk Hawu) memiliki empat pemberhentian implosif: bilabial /ɓ/, alveolar /ɗ/, palatal /ʄ/, dan velar /ɠ/. Bahasa Dhao juga memiliki satu afrikatif bilabial /b͡β/ dan satu afrikatif alveolar /ɖ͡ʐ/, yang diucapkan agak retrofleksi.
 
Inventarisasi 23 segmen konsonan asli bahasa Dhao disajikan dalam tabel di bawah ini. Segmen yang ditunjukkan dalam tanda buka-tutup kurung dianggap sebagai pinjaman.
{| class="wikitable"
|+Inventaris Konsonan Bahasa Dhao
!
! colspan="2" |Dwibibir
Baris 175 ⟶ 171:
|t
|d
|[[Voiceless palatal plosive|c]]
|[[:en:Voiceless_palatal_plosive|c]]
|j
 
Baris 189 ⟶ 185:
|b'
 
[<nowiki/>[[:en:Voiced_bilabial_implosiveVoiced bilabial implosive|ɓ]]]
|
|
|d'
 
[<nowiki/>[[:en:Voiced_alveolar_implosiveVoiced alveolar implosive|ɗ]]]
|
|j'
 
[<nowiki/>[[:en:Voiced_palatal_implosiveVoiced palatal implosive|ʄ]]]
|
|g'
 
[<nowiki/>[[:en:Voiced_velar_implosiveVoiced velar implosive|ɠ]]]
|
|-
Baris 213 ⟶ 209:
|
|dh
[ɖ͡ʐ]
 
[<nowiki/>[[:en:Voiced_retroflex_affricate|ɖ͡ʐ]]]
|
|
Baris 286 ⟶ 281:
|
|}
Bahasa Dhao memiliki enam vokal, yang meliputi /i, ɛ, ə, a, ɔ, u/. Karena pepet /ə/ tidak memiliki bobot suku kata, konsonan berikutnya akan diperpanjang. Konsonan rangkap tidak umum pada bahasa-bahasa di Indonesia Timur. KapanpunKapan schwapun pepet muncul pada posisi akhir suku kata, vokal tinggi, baik /i/ atau /u/ akan mengikuti, membuatnya diftong.
 
Vokal bahasa Dhao disajikan secara fonemik dalam tabel di bawah ini. Bahasa Dhao menerapkan sistem enam vokal. Vokal tengah dan rendah semuanya merupakan vokal terbuka.
Baris 311 ⟶ 306:
|
|}
Semua vokal bahasa Dhao memiliki rekan vokal yang panjang. Namun, mereka berbeda dalam hal distribusi. Hanya vokal panjang [iː] yang muncul di semua posisi kata, sedangkan yang lain tidak pernahjarang muncul di posisi tengah kata. Pepet panjang [əː] hanya muncul pada posisi awal kata.
{| class="wikitable"
|+Kontras antara Vokal Pendek dan Panjang
Baris 385 ⟶ 380:
|}
 
=== Suku Kata =dan Tekanan ==
Pola suku kata-kata bahasa Dhao adalah CV, dan tekanan turun secara konsisten pada posisi kedua dari belakang. Bahasa Dhao adalah salah satu bahasa di kepualan Sunda Kecil yang hanya mengizinkan suku kata akhir terbuka, sama seperti bahasa Hawu dan bahasa Sumba, dan berbeda dari Rote, yang memungkinkan konsonan terakhir –k dan –s. Oleh karena itu, untuk kata pinjaman dengan konsonan akhir, bahasa Dhao menerapkan strategi adaptasi untuk membuat suku kata terbuka dengan menghilangkan konsonan atau menambahkan vokal. Vokal epentetik dalam posisi antar konsonan mencegah gugus CC.
 
Morfem bersuku kata satu disajikan di bawah ini, di mana suku kata hanya berisi CV. Banyak morfem bersuku kata yang merupakan kata fungsi, seperti ''ho'' ‘sehingga’ dan ''ma'' ‘menuju’, namuntetapi ada beberapa kata isi, seperti ''ha'' ‘paru-paru’.
{|
|''ca''
Baris 432 ⟶ 427:
|'geli'
|}
 
=== Afiks ===
Bahasa Dhao hanya memiliki satu afiks turunan; itu adalah awalan ''pa-''. Ini digunakan untuk menurunkan verba dari nomina dan adjektiva, serta mengubah valensi verba. Secara semantik, prefiks ''pa-'' mengungkapkan kausatif, hubungan timbal balik, intensitas, dan arti lainnya. Dengan demikian, prefiks ''pa-'' tidak hanya meningkat, tetapi juga mengurangi dan bahkan mempertahankan valensi verba. Bahasa Dhao memiliki afiks infleksional yang ''co-index'' dengan subjek klausa yang ditunjukkan oleh pronomina orang atau frasa nomina penuh. Afiks ''co-index'' ini terbatas pada sembilan verba; delapan verba membutuhkan awalan, sedangkan satu membutuhkan akhiran: kata kerja ''la-'' ‘go’. Dengan demikian, inti frasa nomina dalam konstruksi ini adalah opsional, dan afiks menampilkan argumen verba. Ini adalah ciri khas di Indonesia Timur, yang disebut “argumen pronominal” oleh Klamer (2002). Afiks-afiks ini dalam bahasa Dhao telah dianggap sebagai gramatikalisasi dari pronomina orang Rote. Tidak ada perbedaan morfo-sintaksis yang ketat antara kategori kata seperti nomina dan verba, dan antara verba dan adjektiva. Sementara reduplikasi (C)''a-'' menampilkan kategori nominal, ini juga dapat digunakan untuk verba. Awalan ''pa-'' secara produktif digunakan untuk verba, tetapi juga dapat digunakan untuk menandai aadverbia. Dengan demikian, prefiks ''pa-'' adalah penentu dalam skala verba dan adjektiva yang muncul pada posisi predikat. Tidak ada tanda morfologis pada nomina asing/tidak dapat dicabut. Kepemilikan hanya dapat dinyatakan secara sintaksis dalam konstruksi frasa nomina atau konstruksi predikatif. Karakteristik morfologi penting lainnya dari bahasa Dhao adalah perubahan vokal /a-e/ yang menandai persetujuan objek, perubahan valensi verba, dan fitur-fitur khusus semantik/pragmatis lainnya. Meskipun fitur ini tidak produktif di bahasa Dhao, fitur ini masih dipertahankan dalam struktur bahasa. Kecuali bahasa Sabu, yang memiliki ciri serupa sebagai perjanjian objek produktif, tidak ada bahasa lain yang dicantumkan oleh Klamer (2002) yang memiliki ciri serupa. Ciri-ciri morfologi bahasa Dhao telah menunjukkan bahwa bahasa Dhao menggabungkan isolasi dan penggabungan, yaitu, beberapa morfem berdiri sendiri sebagai kata-kata individu, dan beberapa morfem (awalan ''pa-'' dan imbuhan indeks bersama) melekat pada inangnya tetapi masih tersegmentasi. Namun,reduplikasi (C)''a-'' menandakan fitur yang berada di antara rangkaian dan proses non-linear di mana fusi dapat membentuk dasar untuk awalan ''pa-''.
 
=== Susunan Kata ===
Bahasa Dhao adalah bahasa SV(O). Seperti bahasa lain di Indonesia Timur, bahasa Dhao memiliki konstruksi verba serial (SVC). Dalam konstruksi frasa nomina, pengubah mengikuti inti nomina. Aturan ini juga berlaku untuk modifikasi dengan klausa relatif yang ditandai dengan ''dhu''. Bahasa Dhao memiliki kata ganti penunjukpronomina demonstratif yang membedakan numeria tunggal dan jamak, dan membedakan jarak proksimal, distal, dan jauh. Slot predikat dapat diisi dengan kategori verba dan non-verba tanpa penanda penghubung. Fitur ini secara tipologis umum untuk bahasa dalam keluarga Austronesia. Seperti bahasa-bahasa lain di Indonesia Timur, bahasa Dhao tidak memiliki konstruksi pasif. Negasi di bahasa Dhao dapat dilihat bersifat pasca-verba atau klausa-final, mirip dengan bahasa Sabu. Hal ini berbeda dengan bahasa lain di Indonesia Timur yang memiliki negasi pra-verbal, seperti Rote, Tetun, Bima, dan Sumba. Secara umum, negasi pasca-verba atau klausa-final ditemukan dalam bahasa Papua, meskipun begitu beberapa bahasa Austronesia di Maluku memiliki negasi pasca-verba, seperti Buru, Alune, dan Taba.
 
== Gramatika ==
Baris 453 ⟶ 442:
 
{| class="wikitable"
! colspan="2" |Pronomina Persona
!
!mandiri lengkap
!pendek
Baris 517 ⟶ 505:
|''-si''
|}
Untuk pronomina awalan pada bagan di atas, huruf besar pada ''kU-'', ''mU-'', dan ''mI-'') menyimbolkan vokal abstrak. Pendekatan ini dibutuhkan untuk menerangkan kenapa ‘saya makan’ berupa ''ko'a'' dan bukan ''ka'a''; ‘engkau makan’ berupa ''mo'a'' dan bukan ''ma'a''; ‘kalian makan’ berupa ''mi'a'' dan bukan ''ma'a''; ‘saya ambil’ berupa ''kore'' dan bukan ''kare'', dsb.
 
makan’ berupa ''ko'a'' dan bukan ''ka'a''; ‘engkau makan’ berupa ''mo'a'' dan bukan ''ma'a''; ‘kalian makan’ berupa ''mi'a'' dan bukan ''ma'a''; ‘saya ambil’ berupa ''kore'' dan bukan ''kare'', dsb.
 
Ada satu verba dalam bahasa Dhao yang mengunakan akhiran untuk menentukan pelaku, yaitu ''la'' ‘pergi’. Di rumpun bahasa-bahasa Austronesia, verba semacam ini digolongkan sebagai verba intradirektif di mana lokasi si pelaku juga berubah.
Baris 561 ⟶ 547:
 
==== Pronomina Refleksif ====
Bahasa Dhao mempunyai empat cara untuk merujuk pada diri sendiri. ''Unu'' dan ''mesa'' berfungsi dalam frasa nomina, dan ''īsi'' dan ''ngi'u'' berfungsi sebagai obyekobjek dari verba transitif. Sama seperti pola di atas, pronomina refleksif menggunakan baik pronomina persona mandiri, maupun klitik.
{| class="wikitable"
! rowspan="3" |Pronomina Refleksif
Baris 618 ⟶ 604:
Pronomina demonstratif dalam bahasa Dhao membedakan tiga jarak yang relatif (yang sejajar dengan sini, situ, sana), bersama tunggal dan jamak. Pronomina demonstratif tersebut digunakan untuk merujuk pada 1) lokasi, 2) waktu, dan 3) peranan dalam wacana (''referent tracking in discourse''). Bahasa Indonesia tidak menandai frasa tunggal atau jamak dengan kata petunjuk seperti bahasa Dhao.
{| class="wikitable"
! rowspan="23" |Jarak
! colspan="24" |Pronomina Demonstratif
! rowspan="23" |Arti
|-
! colspan="2" |Tunggal
! colspan="2" |Jamak
|-
|Lengkap
|Singkat
|Lengkap
|Singkat
|-
|''Proximal''
|''ne'e''
|''ne''
|''se'e''
|''se''
|ini
|-
|''Distal''
|''ĕna''
|''na''
|''sèra''
|''si''
|itu
|-
|''Remote''
|''nèi''
|
|''sèi''
|
|sana
|}
 
=== Numeralia ===
Numeralia mengacu pada "bilangan asli". Mereka dapat dibedakan sebagai bilangan kardinal yang menghitung jumlah individu dalam suatu himpunan, dan sebagai ordinal yang menyatakan pangkat dalam suatu deret. Bahasa Dhao menerapkan sistem desimal. Bilangan yang lebih tinggi dinyatakan dengan kelipatan 10. Bilangan bulat bebas yang merupakan bilangan kardinal disajikan pada tabel di bawah ini. Bilangan antara 'satu' sampai 'sembilan' dinyatakan oleh leksem bersuku dua yang terpisah. Hanya ''èci'' 'satu' yang dapat direduksi menjadi morfem bersuku kata satu ''ci'' dengan menghapus pepet awal.
{| class="wikitable"
!Angka
!Bahasa Dhao
!Bahasa Indonesia
|-
|1
|''èci''
|'satu'
|-
|2
|''dua''
|'dua'
|-
|3
|''tèlu''
|'tiga'
|-
|4
|''èpa''
|'empat'
|-
|5
|''lèmi''
|'lima'
|-
|6
|''èna''
|'enam'
|-
|7
|''pidhu''
|'tujuh'
|-
|8
|''aru''
|'delapan'
|-
|9
|''ceo''
|'sembilan'
|}
Kelipatan 10 disajikan pada tabel di bawah ini. Kelipatan didahului oleh penanda tak tentu ''ca'' 'satu'. Berbeda dengan tiga yang pertama, leksem ''juta'' ‘juta’ adalah pinjaman dari bahasa Indonesia. Bahasa Dhao memang memiliki istilah kuno ''kehi'' yang juga berarti 'juta'. Namun, istilah asli bahasa Dhao tidak lagi digunakan. Namun, kombinasinya dengan ''juta'', menghasilkan ''juta kehi'', berarti 'lebih dari...juta', seperti contoh di bawah ini.
{| class="wikitable"
!Satuan Kelipatan
!Bahasa Dhao
!Bahasa Indonesia
|-
|10
|''canguru''
|'sepuluh'
|-
|100
|''cangasu''
|'seratus'
|-
|1000
|''cariho''
|'seribu'
|-
|1000.000
|''cajuta''
|'satu juta'
|}
{|
|''nèngu''
|
|''abhu''
|
|''doi''
|
|''cajuta''
|
|''kehi''
|-
|dia
|
|dapat
|
|uang
|
|satu juta
|
|juta
|-
| colspan="9" |"Dia dapat uang lebih dari satu juta."
|}
Bilangan pecahan di bahasa Dhao menggunakan ''camalore'' 'setengah' atau 1⁄2. Istilah ini awalnya mengacu pada jumlah benda atau cairan melalui pengklasifikasi tertentu yang menandakan kepenuhan yang tidak lengkap. Dalam bilangan pecahan, ''camalore'' didahului oleh bilangan pokok dengan kata penghubung ''dènge'' 'dengan' di antara mereka.
{|
|1⁄2
|
|''camalore''
|-
|2 1⁄2
|
|''dua dènge camalore''
|-
|5 1⁄2
|
|''lèmi dènge camalore''
|-
|10 1⁄2
|
|''canguru dènge camalore''
|}
Bilangan urut disajikan pada tabel di bawah ini. Bilangan urut dibentuk dari bilangan kardinal yang diawali dengan ''ka'', yang aslinya berasal dari partikel ''ka-''. Istilah ''uru'' 'sebelumnya' juga digunakan ketika mengacu pada urutan deret, alih-alih nomor urut untuk 'pertama'.
{| class="wikitable"
!Angka Ordinal
!Bahasa Dhao
!Bahasa Indonesia
|-
|1
|''ka'èci''
|'pertama', 'kesatu'
|-
|2
|''kadua''
|'kedua'
|-
|3
|''katèlu''
|'ketiga'
|-
|4
|''ka'èpa''
|'keempat'
|-
|5
|''kalèmi''
|'kelima'
|-
|6
|''ka'èna''
|'keenam'
|-
|7
|''kapidhu''
|'ketujuh'
|-
|8
|''ka'aru''
|'kedelapan'
|-
|9
|''kaceo''
|'kesembilan'
|-
|10
|''kacanguru''
|'kesepuluh'
|}
Kardinal adverbia di bahasa Dhao menggunakan adverbia ''hari'' 'lagi'. Untuk mengungkapkan gagasan 'sekali' ''ca-'' digunakan dalam kombinasi dengan verba ''tèka'' 'bertengger'. Bentuk ''catèka'' 'sekali' dikurangi secara teratur menjadi ''sèka''. Untuk membentuk kardinal adverbia yang lebih tinggi, bilangan dasar mendahului adverb ''hari'' 'lagi'. Kardinal adverbia diilustrasikan pada tabel di bawah ini.
{| class="wikitable"
! colspan="2" |Kardinal adverbia
|-
|'''Bahasa Dhao'''
|'''Bahasa Indonesia'''
|-
|''catèka''
|'sekali'
|-
|''dua hari''
|'dua kali'
|-
|''tèlu hari''
|'tiga kali'
|-
|''canguru hari''
|'sepuluh kali'
|}
 
=== Penggolong ===
Bahasa Dhao memiliki tiga pengklasifikasi berbeda yang menunjukkan arti 'satu'. Secara fonologis, dasarnya adalah bentuk bersuku kata ''ca''. Dua bentuk lainnya ''cue'' dan ''ci'u'' secara historis menyatu dari ''ca'' + ''bua'' 'buah' dan ''ca'' + ''ngi'u'' 'tubuh'.
{| class="wikitable"
! colspan="3" |Penggolong Singular
|-
|'''''ca'''''
| -
|se-, satu
|-
|'''''cue'''''
|''ca-'' + ''bua''
se- + buah
|sebuah (untuk nomina tak bernyawa)
|-
|'''''ci'u'''''
|''ca'' + ''ngi'u''
''se-'' + tubuh
|seekor, seorang (untuk nomina bernyawa)
|}
Bentuk ''ca'' menandakan ketidakterbatasan untuk kata-kata umum yang merujuk pada orang, objek, tempat, atau waktu.
 
=== Kata Tanya ===
Baris 651 ⟶ 837:
!Bahasa Indonesia
|-
|''ngāasamia''
|ke mana
|apa
|-
|''cē''
|siapa
|-
|''ngataokaètumia''
|kenapa
 
mengapa
|-
|''ètu mia''
 
''ka miakamia''
|di mana
|-
|''asa mianètimia''
|ke mana
|-
|''nèti mia''
|dari mana
|-
|''ngā''
|apa
|-
|''ngataoka''
|kenapa
 
mengapa
|-
|''pèri''
|berapa
|-
|''tasa miatasamia''
 
''tasamera miatasameramia''
|bagaimana
|}
Baris 698 ⟶ 884:
|''padedha'' 'meningikan'
|''èci'' 'satu'
|''paècipa'èci'' 'bersatu'
|-
|''kako'' 'jalan'
Baris 798 ⟶ 984:
| rowspan="3" |
| rowspan="3" |
|''paèrapa'èra-èra''
|'sekuat-kuatnya'
|-
Baris 808 ⟶ 994:
|''ie''
|'baik'
|''paiepa'ie-īe''
|'sebaik-baiknya'
|}
Baris 834 ⟶ 1.020:
|'(semuanya) sangat jelas'
|}
Kebanyakan bahasa di dunia bisa membedakan antara nama warna (secara umum), dan warna itu yang sifatnya dianggap paling murni. Dalam '''adjektiva warna''' bahasa Dhao, perbedaan ditandai dengan perulangan pada adverbianya. Tetapi setiap adejtivaadjektiva warna memiliki adverbia yang khas. Contohnya sebagai berikut:
{|
|''pudhi''
Baris 990 ⟶ 1.176:
|'sesuatu', 'apa saja'
|}
Bahasa Dhao mempunyai banyak kata majemuk yang digunakan baik dalam syair-syair, maupun bahasa sehari-hari. Gejala kata majemuk dalam bahasa-bahasa daerah di kawasan Indonesia Timur dibahas secara lebih mendalam di C.Grimes, Therik Jacob, dan Grimes (1997). Kata majemuk dalam bahasa Dhao berfungsi sebagai satu kesatuan, dan ditulis dengan garis datar (-) atau digabung, misalnya:
{| class="wikitable"
! colspan="2" |Kata Dasar
Baris 1.022 ⟶ 1.208:
|''dedha-liru''
|'langit', 'surga'
|}
 
=== Sintaksis ===
Secara singkat, tipologi bahasa Dhao adalah SV(O), yaitu subyek dulu, baru verba, baru boleh diikuti objek. Apabila ada informasi mengenai lokasi atau waktu, '''adverbia lokasi''' atau '''adverbia waktu''' itu biasanya ditambah di bagian belakang kalimat. Jika informasi mengenai lokasi atau waktu merupakan informasi baru yang penting dalam suatu cerita (wacana), maka ditempatkan di bagian awal kalimat. Apabila ada informasi mengenai baik waktu maupun lokasi, kedua adverbia tersebut biasanya ditempatkan lebih awal.
{|
|''d'ai''
|
|''lod'o nihia''
|
|''ètu nèi''
|
|''dhèu se''
|
|''ra'a''
|
|''sisi''
|-
|pada
|
|sore hari
|
|di sana
|
|orang-orang
|
|makan
|
|daging
|-
|'''preposisi'''
|
|'''adverbia waktu'''
|
|'''adverbia lokasi'''
|
|'''subjek'''
|
|'''verba'''
|
|'''objek'''
|-
| colspan="11" |"Pada sore hari di sana, orang-orang makan daging."
|}
'''Konjungsi''' ditempatkan pada awal kalimat, terlepas dari kerumitan isi kalimat.
{|
|''tengā''
|
|''d'ai''
|
|''lod'o nihia''
|
|''dhèu se''
|
|''ra'a''
|
|''sisi''
|
|''ètu nèi''
|
|-
|tetapi
|
|pada
|
|sore hari
|
|orang-orang
|
|makan
|
|daging
|
|di sana
|
|-
|'''konjungsi'''
|
|'''preposisi'''
|
|'''adverbia waktu'''
|
|'''subjek'''
|
|'''verba'''
|
|'''objek'''
|
|'''adverbia lokasi'''
|
|-
| colspan="13" |"Tetapi, pada sore hari, orang-orang makan daging di sana."
|
|}
 
== Referensi ==
{{reflist}}
<references />[[Grimes, Prof. Dr. Charles E. 2012. ''Panduan Menulis Bahasa Ndao (Lii Dhao):  serta  Tata Bahasa Singkat''. Kupang: Unit Bahasa dan Budaya, Kupang (UBB)]]
== Daftar pustaka ==
 
* Grimes, Prof. Dr. Charles E. 2012. ''Panduan Menulis Bahasa Ndao (Lii Dhao): serta Tata Bahasa Singkat''. Kupang: Unit Bahasa dan Budaya, Kupang (UBB)
[[Balukh, Jermy. 2020. A Grammar of Dhao: ''An Endangered Austronesian Language in Eastern Indonesia''. Amsterdam: Netherlands Graduate School of Linguistics (LOT)]]{{reflist}}
* Balukh, Jermy. 2020. A Grammar of Dhao: ''An Endangered Austronesian Language in Eastern Indonesia''. Amsterdam: Netherlands Graduate School of Linguistics (LOT)
 
== Pranala luar ==
Baris 1.033 ⟶ 1.312:
 
{{Bahasa daerah di Indonesia}}
 
{{DEFAULTSORT:Dhao}}
[[Kategori:Bahasa dari Nusa Tenggara Timur]]