Adipati Malayakusuma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menghapus Mly.jpg karena telah dihapus dari Commons oleh Krd; alasan: No permission since 8 May 2024.
Adhiyan216 (bicara | kontrib)
 
(7 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Malayakusuma''' adalah seorang Adipati yang berkuasa di Kota Malang sejak tahun 1751 hingga 1768. Ayahnya adalah Adipati Mas Anggawangsa yang menjabat sebagai seorang adipati pertama di Surabaya. Adipati Malayakusuma menikahi putri penguasa Lumajang yaitu Tumenggung Kartonegoro.
{{Underlinked|date=Februari 2024}}
{{More footnotes|date=Februari 2024}}
{{Infobox royalty
| name = Adipati Malayakusuma
| image =
| succession = [[Adipati Malang]] ke-1
| reign = 1751 - 1768
| birth_place = Lumajang
| death_place = Pegunungan Tengger
| issue = Tejo Kusumo<br />Onggo Kusumo
| father = Tumenggung Kartonegoro
| royal house = Malaya Kusuma
| dynasty = Malaya Kusuma
}}
 
'''Malayakusuma''' adalah seorang Adipati yang berkuasa di Kota Malang sejak tahun 1751 hingga 1768. Ayahnya adalah [[Tumenggung Kartonegoro]] yang menjabat sebagai Bupati Lumajang. Bersama keturunan Untung Suropati , Adipati Malayakusuma berperang melawan VOC yang hendak menguasai Jawa Timur. Adipati Malayakusuma tertangkap di Malang Selatan dan gugur di tengah perjalanan menuju Surabaya. Ia diduga dimakamkan di pinggiran Kali Brantas di sekitar Balaikota Malang. Putranya yang masih kecil yaitu [[Tejo Kusumo]] berhasil diselamatkan oleh Pandita Tengger bernama Amongdharmo.
 
== Latar Belakang ==
Malayakusuma lahir di Lumajang sekitar tahun 1720 dari pasangan Tumenggung Kartonegoro dengan putri Sayyid Abdurrahman Basyaiban. Malayakusuma mempunyai seorang adik bernama Tirtanegara yang kelak ditangkap dan dibawa ke Sumenep oleh Panembahan Madura. Malayakusuma juga mempunyai saudara perempuan yang kelak dinikahi oleh Prabujaka.
 
Ketika Wironegoro menjadi penguasa Pasuruan, Malayakusuma diangkat menjadi menantu sekaligus diberi wilayah kekuasaan di Kota Malang. Malayakusuma kemudian memerintah sebagai seorang Tumenggung bawahan Kadipaten Pasuruan.
 
Sebagaimana Untung Suropati, Adipati Wiranegara juga merupakan seorang pemimpin yang berjiwa merdeka. Alih-alih bekerja-sama dengan VOC, Wiranegara mengembangkan Kota Pasuruan menjadi Kadipaten yang disegani dan makmur. Kapal-kapal niaga bersandar sehingga membuat perekonomian Kota Pasuruan menjadi maju. Kemajuan ini tentu membuat wilayah-wilayah bawahannya seperti Malang menjadi maju. Islam juga berkembang pesat karena Adipati Wironegoro adalah adipati kedua yang beragama Islam. Melihat perkembangan Kadipaten Pasuruan yang berkembang pesat maka VOC mencari cara untuk menaklukkannya.
 
Dalam menjalankan tugas pemerintahan, Adipati Wironegoro dibantu oleh seorang patih bernama Kiai Ngabei Wongsonegoro. Karena dihasut oleh VOC, Kiai Ngabei Wongsonegoro kemudian memberontak. Ia menggalang kekuatan untuk menjatuhkan Adipati Wironegoro. Karena Patih Wongsonegoro mempunyai pengikut yang banyak maka ia berhasil mengalahkan Adipati Wironegoro. Penguasa Pasuruan yang telah kalah itu kemudian mengungsi ke Malang.
 
Pada tahun 1751, Adipati Wironegoro wafat sehingga jabatan Adipati kemudian diteruskan oleh menantunya yaitu Malayakusuma.
 
== Perang Melawan VOC ==
Pasukan VOC yang tidak ingin anak keturunan Untung Suropati menguasai Jawa Timur kemudian melakukan serangkaian penaklukan mulai tahun 1762. Berbagai ekspedisi penaklukan dikerahkan untuk menguasai Malang. VOC juga merekrut pasukan bayaran dari kalangan pribumi. Pasukan pribumi itu dikerahkan karena jumlah pasukan eropa tidak memadai. Awalnya Adipati Malayakusuma tidak berniat untuk berperang. Ia mengirimkan duta perdamaian untuk merundingkan jalan terbaik bagi penyelesaian konflik agar tidak meluas. Ia juga menyanggupi permintaan VOC untuk memenuhi kebutuhan kompeni. Tetapi karena VOC memang berniat untuk mengalahkan keturunan Suropati maka proposal perdamaian itu ditolak. Perang akhirnya tidak bisa dihindarkan.
 
Untuk mempertahankan Kota Malang, Adipati Malayakusuma dibantu oleh adiknya yaitu Tirtanegara. Tirtanegara membawahi pasukan kavaleri yang mempunyai persenjataan modern. Pasukan inti Tirtanegara berjumlah 800 orang yang semuanya dilengkapi dengan kuda perang pilihan. Pasukan kavaleri ini konon menjadi momok tersendiri bagi pasukan VOC. Malayakusuma sendiri membawahi pasukan penjaga kota sebanyak 1500 pasukan inti. Ia juga memperkuat pasukan infanteri dengan 200 pasukan kavaleri.
 
Dalam mempertahankan Kota Malang Adipati Malayakusuma juga dibantu oleh Prabujaka. Keturunan Raja Majapahit ini mempunyai ribuan (kurang lebih 2000 prajurit) pasukan yang beberapa diantaranya dipimpin oleh anaknya yaitu Raden Mas. Prabujaka menjadi target utama penaklukan VOC karena dianggap berbahaya.
 
Dalam mempertahankan Kota Malang Adipati Malayakusuma juga dibantu oleh Prabujaka. Perang besar terjadi di kaki gunung Gunung Mandaraka (Arjuno) pada tahun 1767. Pasukan VOC yang dipimpin oleh Kapten Tropponegro dihadang oleh 800 pasukan kavaleri yang dipimpin oleh Tirtanegara. Pasukan VOC kocar-kacir menghadapi serangan kilat itu. Kartawijaya yang mempimpin pasukan Surabaya bahkan dilaporkan terluka parah atas serangan Tirtanegara itu. Ia bahkan kehilangan 200 prajurit dan banyak dari amunisinya yang dirampas oleh pasukan Tirtanegara. Karena VOC kalah telak maka serbuan atas Kota Malang ditangguhkan sampai permintaan tambahan pasukan disetujui. Untuk sementara Kota Malang aman dari gangguan VOC.
 
Setelah pertempuran besar di Gunung Mandaraka, Adipati Malayakusuma memutuskan untuk mengosongkan Kota Malang. Ia kemudian membagi pasukannya menjadi beberapa batalyon. Batalyon-batalyon itu kemudian diperintahnya untuk melakukan perang gerilya. Ia juga memerintahkan untuk membumihanguskan Kota Malang dan merusak akses jalan. Malayakusuma kemudian memimpin 500 pasukan kavaleri dan bergegas meninggalkan Kota Malang. Ia memilih selatan Gunung Semeru sebagai markas perang gerilyanya. Kebetulan di tempat itu telah berkumpul sisa-sisa pasukan Lumajang yang dipimpin oleh Tumenggung Kartayuda.
Baris 49 ⟶ 23:
 
== Anak Keturunan ==
Adipati Malayakusuma mempunyai dua anak laki-laki yaitu Tejokusumo dan Onggokusumo. Mas Panji Tejokusumo memimpin pemberontakan pada tahun 1813 sehingga ditangkap dan menjalani hukum buang ke Rembang. Beberapa anak keturunannya yaitu: Ratu Mas Tejowati (istri Sayyid Abdurrahman/Mbah Sambu), Sumo Diwirjo (Wedana Sengguruh), Prawiro Diwirjo (Jaksa di Tulungagung) dan Sastro Diwirjo (Wedana di Soemoroto, Ponorogo).
 
Onggokusumo kemungkinan besar menjadi penasehat/mertua/menantu dari Adipati Malang dan dimakamkan di kawasan Kayutangan.
 
== Referensi ==