Parahyangan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(15 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:1909_Atlas_sekolah_Hindia-Nederland_map_of_Preanger.jpg|jmpl|Peta wilayah Priangan]]
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Thee-tuin Preanger TMnr 10012073.jpg|thumb|300px|Perkebunan teh di Goalpara, [[Kabupaten Sukabumi|
'''Parahyangan''' ({{lang-su|
Di sebelah barat, wilayah ini berbatasan dengan [[Banten|provinsi Banten]], sebelah utara berbatasan dengan wilayah [[DKI Jakarta]] dan wilayah pesisir utara Jawa Barat, sebelah timur berbatasan dengan [[Sungai Pemali]] dan [[Sungai Serayu|Serayu]] di [[Jawa Tengah|provinsi Jawa Tengah]], dan sebelah selatan berbatasan dengan [[Samudra Hindia]].
Baris 9 ⟶ 10:
Legenda [[Sangkuriang (legenda)|Sangkuriang]] dalam budaya Sunda berisi catatan mengenai [[Danau Bandung Purba|danau purba]] [[prasejarah]] di [[dataran tinggi]] [[cekungan Bandung]], yang menunjukkan bahwa orang Sunda sudah mendiami wilayah tersebut sejak [[zaman Batu|zaman batu]].<ref>{{Cite book|last=Beta|first=Toba|date=2021-02-24|url=https://books.google.com/books?id=1Y8fEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA6&dq=Sangkuriang+Danau+purba+Bandung&hl=en|title=Betelgeuse Incident|publisher=Toba Beta Bumi Intitama Sejahtera|language=id}}</ref> [[Peribahasa|Pepatah]] dan legenda Sunda populer lainnya menyebutkan tentang terciptanya dataran tinggi Parahyangan terjadi ketika para ''[[hyang]]'' ([[dewa]]) sedang tersenyum, yang secara tersirat menunjukkan keindahan alam di wilayah ini.<ref>{{Cite book|last=Kunto|first=Haryoto|date=2000|url=https://books.google.com/books?id=8frgAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Parahyangan+dewa+tersenyum&q=Parahyangan+dewa+tersenyum&hl=en|title=Seabad Grand Hotel Preanger, 1897-1997|publisher=Grand Hotel Preanger|language=id}}</ref>
Salah-satu layanan kereta api
== Sejarah ==
Baris 20 ⟶ 21:
Setelah jatuhnya Kerajaan Sunda di abad ke-16, sebagian besar Parahyangan masuk dalam wilayah [[Kerajaan Sumedang Larang]], dengan pengecualian daerah sebelah barat [[Ci Sadane|Sungai Cisadane]] yang dikuasai [[Kesultanan Banten]] serta daerah Galuh dan Talaga yang dikuasai [[Kesultanan Cirebon]].<ref>{{Cite book|last=Safitri|first=Dyah|last2=Surtikanti|first2=Ratih|last3=Grataridarga|first3=Niko|last4=Mardiati|first4=Wiwiet|date=2023-01-13|url=https://books.google.com/books?id=yjanEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA39&dq=cisadane+banten+sumedang+larang&hl=en|title=Naskah Sumber Arsip Statis dengan Narasi Kreatif Tujuan Wisata|publisher=uwais inspirasi indonesia|isbn=978-623-227-951-3|language=id}}</ref><ref>{{Cite book|last=Hernawan|first=Wawan|last2=Kusdiana|first2=Ading|date=2020-05-12|url=https://books.google.com/books?id=UOviDwAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA84&dq=Cirebon+menaklukan+Galuh&hl=en|title=BIOGRAFI SUNAN GUNUNG DJATI: Sang Penata Agama di Tanah Sunda|publisher=LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung|isbn=978-623-93720-1-9|language=id}}</ref> Kedua kesultanan tersebut sepakat untuk membagi pengaruh di Parahyangan dengan sungai Citarum sebagai batasnya.<ref>{{Cite book|last=Sanusi|first=Anwar|last2=Arif|first2=Faisal|last3=Hasyim|first3=Rafan S.|date=2022-12-26|url=https://books.google.com/books?id=8KWkEAAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA41&dq=citarum+banten+cirebon&hl=en|title=PERUBAHAN EKSISTENSI SUNGAI DAN PENGARUHNYA BAGI KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KOTA CIREBON PADA MASA HINDIA BELANDA TAHUN 1900-1942|publisher=Yayasan Wiyata Bestari Samastra|isbn=978-623-8083-13-8|language=id}}</ref> Pada tahun [[1617]], [[Sultan Agung dari Mataram]] melancarkan kampanye militer di seluruh Jawa dan mengajak [[Kesultanan Cirebon]] untuk bergabung dengan Mataram. Pada tahun [[1618]], pasukan [[Kesultanan Mataram|Mataram]] menaklukkan [[Kabupaten Ciamis|Ciamis]], lalu [[Kerajaan Sumedang Larang|Sumedang Larang]] dibawah raja [[Rangga Gempol I|Kusumadinata III]] menyatakan bergabung dengan Mataram di tahun [[1620]].<ref name=":0" /> sehingga Mataram menguasai sebagian besar wilayah Parahyangan. Wilayah ini lalu diperintah oleh para pangeran ''ménak'' (bangsawan Sunda di era Mataram) seperti dari [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]], [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], dan [[Kabupaten Ciamis|Ciamis]].<ref>{{Cite book|date=2008|url=https://books.google.com/books?id=2OQMAQAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=menak+ciamis&q=menak+ciamis&hl=en|title=Titik balik historiografi di Indonesia|publisher=Wedatama Widya Sastra bekerja sama dengan Departemen Sejarah FIB UI|isbn=978-979-3258-80-5|language=id}}</ref> Para pangeran ini kekuasaanya diakui oleh Mataram sebagai pewaris sah daerahnya masing-masing dikarenakan adanya klaim bahwa mereka masih keturunan dari raja-raja Sunda seperti [[Sri Baduga Maharaja|Prabu Siliwangi]].<ref>{{Cite web|last=Riyandi|first=Rizma|date=2020-07-01|title=Sejarah Menak Terkemuka di Tanah Pasundan (Bag.1) - Ayo Bandung|url=https://www.ayobandung.com/baheula/pr-79691343/sejarah-menak-terkemuka-di-tanah-pasundan-bag-1|website=Sejarah Menak Terkemuka di Tanah Pasundan (Bag.1) - Ayo Bandung|language=id|access-date=2023-05-01}}</ref> Meskipun kekuasaan yang dominan di bagian barat pulau Jawa saat itu dipegang oleh Kesultanan Banten dan Cirebon, para bangsawan Sunda di dataran tinggi Parahyangan relatif menikmati kebebasan dan otonomi internal karena adanya pengakuan dan perlindungan dari Mataram. Namun bersamaan dengan berkuasanya Mataram di wilayah ini, [[Pengaruh budaya Jawa di Parahyangan]] mulai masuk dan bercampur dengan budaya asli di wilayah ini.
[[File:Geocultural regions of West Java.svg|thumb|300px|Daerah-daerah Gobudaya di Jawa Barat<br>{{Legend|#FF926E|Bodebek}} {{Legend|#FF6EDC|Purwasuka}} {{Legend|#946EFF|Ciayumajakuning}} {{Legend|#DCFF6E|[[Parahyangan Barat]]}} {{Legend|#6EFF94|[[Parahyangan Tengah]]}} {{Legend|#6EDCFF|[[Parahyangan Timur]]}}]]
Pada tahun [[1630]] Sultan Agung mendeportasi penduduk asli Parahyangan ke timur setelah ia dapat menumpas pemberontakan [[Dipati Ukur]] di daerah tersebut.<ref>{{cite book |last=Kiernan |first=Ben |title= Blood and Soil: Modern Genocide 1500-2000|year=2008 |url=https://books.google.com/books?id=R5p7cRyK748C |page=142|isbn=9780522854770 }}</ref> Dipati Ukur adalah pemimpin daerah Tatar Ukur ([[Cekungan Bandung]]) yang memberontak terhadap Mataram setelah [[Penyerbuan di Batavia|penyerbuan Mataram atas Batavia]] yang kedua kali mengalami kegagalan.<ref>{{Cite book|last=Ekadjati|first=Edi S.|last2=Hardjasaputra|first2=A. Sobana|last3=Anggawisastra|first3=Ade Kosmaya|last4=Masduki|first4=Aam|date=1994-01-01|url=https://books.google.com/books?id=8AbTCgAAQBAJ&newbks=0&printsec=frontcover&pg=PA86&dq=Batavia+%22Dipati+Ukur%22&hl=en|title=Empat Sastrawan Sunda Lama|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|language=id}}</ref>
Baris 31 ⟶ 32:
== Geografi ==
[[File:Parahyangan dialect locator map.svg|ka|jmpl|Wilayah Parahyangan menurut penuturan Bahasa Sunda [[dialek Priangan]] (hijau)]]
Wilayah Parahyangan yang sesungguhnya meliputi hampir seluruh dataran tinggi di [[Jawa Barat]]. Tetapi karena perbedaan segi [[dialek bahasa Sunda|dialek]] dan [[budaya Sunda|budaya]] maka wilayah Parahiyangan saat ini umumnya meliputi pegunungan tengah dan selatan Jawa Barat saja. Wilayah yang umumnya dimasukkan kedalam Parahiyangan adalah [[Bandung Raya]] (meliputi [[Kota Bandung]], [[Kabupaten Bandung]], [[Kabupaten Bandung Barat]], dan [[Kota Cimahi]]), [[Kota Banjar|Banjar]], [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]], [[Kabupaten Sukabumi|Sukabumi]], sebagian [[Kabupaten Bogor|Bogor]], [[Sumedang]], [[Kabupaten Ciamis|Ciamis]], [[Kabupaten Purwakarta|Purwakarta]], [[Kabupaten Subang|Subang]] selatan, [[Kabupaten Garut|Garut]], dan [[Kabupaten Tasikmalaya|Tasikmalaya]].
== Pegunungan ==
Sesuai dengan namanya, kawasan ini mempunyai banyak gunung ternama seperti [[Gunung Tangkuban Parahu|Tangkuban Perahu]] ([[Kabupaten Bandung Barat|Bandung Barat]], [[Kabupaten Subang|Subang]]), [[Gunung Ceremai|Ciremai]] ([[Kabupaten Kuningan|Kuningan]], [[Kabupaten Majalengka|Majalengka]]), [[Gunung Gede|Gede]]-[[Gunung Pangrango|Pangrango]] ([[Kabupaten Sukabumi|Sukabumi]], [[Kabupaten Bogor|Bogor]], [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]]), [[Gunung Salak|Salak]] ([[Kabupaten Bogor|Bogor]], [[Kabupaten Sukabumi|Sukabumi]]), [[Gunung Cikuray|Cikuray]] ([[Kabupaten Garut|Garut]]), dan [[Gunung Papandayan|Papandayan]] ([[Kabupaten Garut|Garut]]).
== Lihat pula ==
* [[Keresidenan Priangan]], bekas wilayah administratif di [[Hindia Belanda]] (saat ini [[Indonesia]]).
* ''[[Carita Parahyangan|Carita Parahiyangan]]'', naskah Sunda yang menceritakan [[kerajaan Galuh]] dan [[kerajaan Sunda|Sunda]].
* [[Kereta api Argo Parahyangan]], merupakan kereta api penumpang kelas campuran (eksekutif-ekonomi premium) yang melayani
* [[Kereta api Parahyangan]], merupakan kereta api pernah beroperasi rute [[Kota Bandung|Bandung]]-[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] tahun [[1971]] serta [[Stasiun Gambir|Gambir]]-[[Stasiun Kiaracondong|Kiaracondong]].
* [[Parahyangan Plaza]], merupakan pusat perbelanjaan yang berlokasi di [[Bandung]].
Baris 52 ⟶ 53:
* [[Ajip Rosidi]], dkk. (2000). ''Ensiklopedi Sunda''. Pustaka Jaya, Jakarta.
{{commonscat|
[[Kategori:Geografi Jawa Barat]]
|