Seni tradisional Banjar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Penambahan gambar depan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(11 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3:
Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu.
Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.
 
[[Berkas:PengantinBanjar.jpg|jmpl|300px|3 Macam [[Busana Pengantin Banjar]], Bagajah Gamuling Baular Lulut, Babaju Kun Galung Pacinan dan Baamar Galung Pancar Matahari]]
 
Kultur budaya yang berkembang di Banjarmasin sangat banyak hubungannya dengan sungai, rawa, dan danau, di samping pegunungan. Tumbuhan dan binatang yang menghuni daerah ini sangat banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kehidupan mereka. Kebutuhan hidup mereka yang mendiami wilayah ini dengan memanfaatkan alam lingkungan dengan hasil benda-benda budaya yang disesuaikan. hampir segenap kehidupan mereka serba religius. Di samping itu, masyarakatnya juga agraris, pedagang dengan dukungan teknologi yang sebagian besar masih tradisional.
Baris 16 ⟶ 18:
[[Suku Banjar]] mengembangkan seni dan budaya yang cukup lengkap, walaupun pengembangannya belum maksimal, meliputi berbagai cabang seni.
 
=== Seni Tari ===
Seni [[Tari Banjar]] terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari kraton ditandai dengan nama "Baksa" yang berasal dari bahasa Jawa (beksan) yang menandakan kehalusan gerak dalam tata tarinya. Tari-tari ini telah ada dari ratusan tahun yang lalu, semenjak zaman Hindu, namun gerakan dan busananya telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi dewasa ini. Contohnya, gerakan-gerakan tertentu yang dianggap tidak sesuai dengan adab islam mengalami sedikit perubahan. Seni [[tari]] daerah Banjar yang terkenal misalnya:
* Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan tamu agung.<ref>{{Cite web|last=Umam|first=Author|title=Tari Baksa Kembang: Tari Klasik dari Keraton Banjar Kalimantan Selatan|url=https://www.gramedia.com/literasi/tari-baksa-kembang/|website=gramedia|access-date=09 Juni 2024}}</ref>
* Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan tamu agung.
* Tari Baksa Panah
* Tari Baksa Dadap
Baris 38 ⟶ 40:
* Tari Alahai Sayang
 
=== Seni [[Karawitan]] ===
==== [[GamelanAlat BanjarMusik]] ====
* Gamelan Banjar Tipe Keraton
* Gamelan Banjar Tipe Rakyatan
* Panting
 
=== Lagu Daerah ===
Lagu daerah Banjar yang terkenal misalnya :
* [[:b:Ampar-Ampar Pisang|Ampar-Ampar Pisang]]
* [[:b:Sapu Tangan Babuncu Ampat|Sapu Tangan Babuncu Ampat]]
Baris 54 ⟶ 57:
* [http://www.youtube.com/watch?v=VrtiKwty_gM&feature=related Banjarmasin] (Melayu Deli)
 
=== Seni Rupa Dwimatra ===
==== Seni Anyaman ====
Seni anyaman dengan bahan rotan, bambu dan purun sangat artistik. Anyaman rotan berupa tas dan kopiah.
 
==== Seni Lukisan Kaca ====
Seni lukisan kaca berkembang pada tahun lima puluhan, hasilnya berupa lukisan buroq, Adam dan Hawa dengan buah kholdi, kaligrafi masjid dan sebagainya. Ragam hiasnya sangat banyak diterapkan pada perabot berupa tumpal, sawstika, geometris, flora dan fauna.
 
==== Seni Tatah/Ukir ====
[[Berkas:Sasanggan.jpg|jmpl|200px|Motif ukiran juga diterapkan pada [[sasanggan]] yang terbuat dari kuningan.]]
[[Berkas:Motif Jambangan Ukiran Banjar.JPG|jmpl|200px|Motif jambangan bunga dan tali bapilin dalam seni tatah ukir Banjar]]
Seni ukir terdiri atas tatah surut (dangkal) dan tatah babuku (utuh). Seni ukir diterapkan pada kayu dan kuningan. Ukiran kayu diterapkan pada alat-alat rumah tangga, bagian-bagian rumah dan masjid, bagian-bagian perahu dan bagian-bagian cungkup makam. Ukiran kuningan diterapkan benda-benda kuningan seperti cerana, abun, pakucuran, lisnar, perapian, cerek, [[sasanggan]], meriam kecil dan sebagainya. Motif ukiran misalnya [[Pohon Hayat]], pilin ganda, swastika, tumpal, kawung, geometris, bintang, flora binatang, kaligrafi, motif Arabes dan Turki.
 
==== [[Pencak Silat Kuntau Banjar]] ====
Pencak Silat Kuntau Banjar adalah ilmu beladiri yang berkembang di [[Tanah Banjar]] dan daerah perantauan suku
 
=== Seni Rupa Trimatra (Rumah Adat) ===
Rumah adat Banjar ada beberapa jenis, tetapi yang paling menonjol adalah [[Rumah Banjar|Rumah Bubungan Tinggi]] yang merupakan tempat kediaman pangeran/raja (keraton). Jenis rumah yang ditinggali oleh seseorang menunjukkan status dan kedudukannya dalam masyarakat.
Jenis-jenis rumah Banjar:
Baris 85 ⟶ 88:
# [[Rumah Bangun Gudang]]
 
=== [[Jukung Banjar]] ===
[[Berkas:Miniatur Jukung Gundul.JPG|jmpl|200px|Miniatur jukung gundul suku Banjar]]
[[Erik Petersen]] telah mengadakan penelitian tentang jukung Banjar dalam bukunya ''Jukungs Boat From The Barito Basin, Borneo''. Jukung adalah transportasi khas [[Kalimantan]]. Ciri khasnya terletak pada teknik pembuatannya yang mempertahankan sistem pembakaran pada rongga batang kayu bulat yang akan dibuat menjadi jukung.<ref>{{Cite web |url=http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2615/jukung-perahu-tradisional-suku-banjar-di-kalimantan-selatan |title=Salinan arsip |access-date=2014-08-22 |archive-date=2014-08-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140826132539/http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2615/jukung-perahu-tradisional-suku-banjar-di-kalimantan-selatan |dead-url=yes }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.pusatkajiankebudayaanbanjar.com/2013/05/jukung-dan-fenomena-migrasi-orang-banjar.html |title=Salinan arsip |access-date=2014-08-22 |archive-date=2014-08-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140826113626/http://www.pusatkajiankebudayaanbanjar.com/2013/05/jukung-dan-fenomena-migrasi-orang-banjar.html |dead-url=yes }}</ref><ref>http://iaaipusat.wordpress.com/2012/06/10/tinggalan-arkeologi-jukung-di-kalimantan-selatan-bukti-prototipe-jukung-banjar-masa-kini-dan-pasar-terapung-sebagai-objek-pariwisata-berbasis-arkeologi/</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.bppaudnibanjarbaru.org/index.php/produk-bp-paudni/bahan-ajar/15-bahan-ajar-alat-transportasi-jukung |title=Salinan arsip |access-date=2014-08-22 |archive-date=2014-08-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140826120555/http://www.bppaudnibanjarbaru.org/index.php/produk-bp-paudni/bahan-ajar/15-bahan-ajar-alat-transportasi-jukung |dead-url=yes }}</ref><ref>http://arkeologijawa.com/index.php?action=news.detail&id_news=11&judul=PENELITIAN%20AWAL%20TEMUAN%20PERAHU%20KUNA%20DI%20DESA%20PUNJULHARJO,%20KABUPATEN%20REMBANG,%20JAWA%20TENGAH{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>
 
Jenis Jukung:
Baris 109 ⟶ 112:
## [[Jukung Pandan Liris]]
## [[Jukung Tiung]]
Jenis perahu lainnya misalnya :
# [[Penes]]
# [[Kelotok]]
 
=== [[Wayang]] Banjar ===
[[Wayang]] Banjar terdiri dari :
# [[Wayang kulit Banjar]]
# [[Wayang gung]]/[[wayang Gong]] yaitu ([[wayang orang]] versi suku Banjar
 
=== [[Mamanda]] ===
Mamanda merupakan seni [[teater]] tradisonal suku Banjar.
 
=== Tradisi Bananagaan ===
# [[Naga Badudung]]
# [[Kepala Naga Gambar Sawit]]
Baris 138 ⟶ 141:
[[Madihin]] berasal dari kata [[madah]] dalam bahasa Arab artinya nasihat, tapi bisa juga berarti pujian. [[Puisi rakyat anonim]] bergenre Madihin ini cuma ada di kalangan etnis [[Banjar]] di Kalsel saja. Sehubungan dengan itu, definisi Madihin dengan sendirinya tidak dapat dirumuskan dengan cara mengadopsinya dari khasanah di luar folklor Banjar.
 
[[Tajuddin Noor Ganie]] (2006) mendefinisikan Madihin dengan rumusan sebagai berikut : puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam khasanah [[folklor Banjar]] di Kalsel.
 
==== Bentuk fisik ====
Baris 144 ⟶ 147:
Masih menurut [[Ganie]] (2006), Madihin merupakan pengembangan lebih lanjut dari pantun berkait. Setiap barisnya dibentuk dengan jumlah kata minimal 4 buah. Jumlah baris dalam satu baitnya minimal 4 baris. Pola formulaik persajakannya merujuk kepada pola sajak akhir vertikal a/a/a/a, a/a/b/b atau a/b/a/b. Semua baris dalam setiap baitnya berstatus isi (tidak ada yang berstatus sampiran sebagaimana halnya dalam pantun Banjar) dan semua baitnya saling berkaitan secara tematis.
 
Madihin merupakan genre/jenis puisi rakyat anonim berbahasa Banjar yang bertipe hiburan. Madihin dituturkan di depan publik dengan cara dihapalkan (tidak boleh membaca teks) oleh 1 orang, 2 orang, atau 4 orang seniman Madihin (bahasa Banjar Pamadihinan). [[Anggraini Antemas]] (dalam Majalah [[Warnasari]] Jakarta, 1981) memperkirakan tradisi penuturan Madihin (bahasa Banjar : [[Bamadihinan]]) sudah ada sejak masuknya agama [[Islam]] ke wilayah [[Kerajaan Banjar]] pada tahun 1526.
 
==== Status Sosial dan Sistem Mata Pencaharian Pamadihinan ====
Baris 152 ⟶ 155:
Orang yang menekuni profesi sebagai seniman penutur Madihin disebut [[Pamadihinan]]. Pamadihinan merupakan seniman penghibur rakyat yang bekerja mencari nafkah secara mandiri, baik secara perorangan maupun secara berkelompok.
 
Setidak-tidaknya ada 6 kriteria profesional yang harus dipenuhi oleh seorang Pamadihinan, yakni : (1) terampil dalam hal mengolah kata sesuai dengan tuntutan struktur bentuk fisik Madihin yang sudah dibakukan secara sterotipe, (2) terampil dalam hal mengolah tema dan amanat (bentuk mental) Madihin yang dituturkannya, (3) terampil dalam hal olah vokal ketika menuturkan Madihin secara hapalan (tanpa teks) di depan publik, (4) terampil dalam hal mengolah lagu ketika menuturkan Madihin, (5) terampil dalam hal mengolah musik penggiring penuturan Madihin (menabuh [[gendang Madihin)]], dan (6) terampil dalam hal mengatur keserasian penampilan ketika menuturkan Madihin di depan publik.
 
Tradisi Bamadihinan masih tetap lestari hingga sekarang ini. Selain dipertunjukkan secara langsung di hadapan publik, Madihin juga disiarkan melalui stasiun radio swasta yang ada di berbagai kota besar di Kalsel. Hampir semua stasiun radio swasta menyiarkan Madihin satu kali dalam seminggu, bahkan ada yang setiap hari. Situasinya menjadi semakin bertambah semarak saja karena dalam satu tahun diselenggarakan beberapa kali lomba Madihin di tingkat kota, kabupaten, dan provinsi dengan hadiah uang bernilai jutaan rupiah.
 
Tidak hanya di Kalsel, Madihin juga menjadi sarana hiburan alternatif yang banyak diminati orang, terutama sekali di pusat-pusat pemukiman etnis Banjar di luar daerah atau bahkan di luar negeri. Namanya juga tetap Madihin. Rupa-rupanya, orang Banjar yang pergi merantau ke luar daerah atau ke luar negeri tidak hanya membawa serta keterampilannya dalam bercocok tanam, bertukang, berniaga, berdakwah, bersilat lidah (berdiplomasi), berkuntaw (seni bela diri), bergulat, berloncat indah, berenang, main catur, dan bernegoisasibernegosiasi (menjadi calo atau makelar), tetapi juga membawa serta keterampilannya bamadihinan (baca berkesenian).
 
Para Pamadihinan yang menekuni pekerjaan ini secara profesional dapat hidup mapan. Permintaan untuk tampil di depan publik relatif tinggi frekwensinya dan honor yang mereka terima dari para penanggap cukup besar, yakni antara 500 ribu sampai 1 juta rupiah. Beberapa orang di antaranya bahkan mendapat rezeki nomplok yang cukup besar karena ada sejumlah perusahaan kaset, VCD, dan DVD di kota Banjarmasin yang tertarik untuk menerbitkan rekaman Madihin mereka. Hasil penjualan kaset, VCD, dan DVD tersebut ternyata sangatlah besar.
 
Pada zaman dahulu kala, ketika etnis Banjar di Kalsel masih belum begitu akrab dengan sistem ekonomi uang, imbalan jasa bagi seorang Pamadihinan diberikan dalam bentuk natura (bahasa Banjar : [[Pinduduk)]]. Pinduduk terdiri dari sebilah jarum dan segumpal benang, selain itu juga berupa barang-barang hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan peternakan.
 
==== Keberadaan Madihin di Luar Daerah Kalsel ====
Baris 170 ⟶ 173:
==== Datu Madihin, Pulung Madihin, dan Aruh Madihin ====
 
Pada zaman dahulu kala, Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena para pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan tunjangan kekuatan supranatural yang disebut [[Pulung]]. Pulung ini konon diberikan oleh seorang tokoh gaib yang tidak kasat matakasatmata yang mereka sapa dengan sebutan hormat [[Datu Madihin]].
 
Pulung difungsikan sebagai kekuatan supranatural yang dapat memperkuat atau mempertajam kemampuan kreatif seorang Pamadihinan. Berkat tunjangan Pulung inilah seorang Pamadihinan akan dapat mengembangkan bakat alam dan kemampuan intelektualitas kesenimanannya hingga ke tingkat yang paling kreatif (mumpuni).
Faktor Pulung inilah yang membuat tidak semua orang Banjar di Kalsel dapat menekuni profesi sebagai Pamadihinan, karena Pulung hanya diberikan oleh Datu Madihin kepada para Pamadihinan yang secara genetika masih mempunyai hubungan darah dengannya (hubungan nepotisme).
 
Datu Madihin yang menjadi sumber asal usul Pulung diyakini sebagai seorang tokoh mistis yang bersemayam di [[Alam Banjuran Purwa Sari]], alam pantheon yang tidak kasat matakasatmata, tempat tinggal para dewa kesenian rakyat dalam konsep kosmologi tradisonal etnis Banjar di Kalsel. Datu Madihin diyakini sebagai orang pertama yang secara geneologis menjadi cikal bakal keberadaan Madihin di kalangan etnis Banjar di Kalsel.
 
Konon, Pulung harus diperbarui setiap tahun sekali, jika tidak, tuah magisnya akan hilang tak berbekas. Proses pembaruan Pulung dilakukan dalam sebuah [[ritus adat]] yang disebut [[Aruh Madihin]]. Aruh Madihin dilakukan pada setiap bulan Rabiul Awal atau Zulhijah. Menurut Saleh dkk (1978:131), Datu Madihin diundang dengan cara membakar dupa dan memberinya [[sajen]] berupa nasi ketan, gula kelapa, 3 biji telur ayam kampung, dan [[minyak likat baboreh]]. Jika Datu Madihin berkenan memenuhi undangan, maka Pamadihinan yang mengundangnya akan kesurupan selama beberapa saat. Pada saat kesurupan, Pamadihinan yang bersangkutan akan menuturkan syair-syair Madihin yang diajarkan secara gaib oleh Datu Madihin yang menyurupinya ketika itu. Sebaliknya, jika Pamadihinan yang bersangkutan tidak kunjung kesurupan sampai dupa yang dibakarnya habis semua, maka hal itu merupakan pertanda mandatnya sebagai Pamadihinan telah dicabut oleh Datu Madihin. Tidak ada pilihan bagi Pamadihinan yang bersangkutan, kecuali mundur teratur secara sukarela dari panggung pertunjukan Madihin
Baris 192 ⟶ 195:
Menurut [[Tajuddin Noor Ganie]] (2006:1) dalam bukunya berjudul [[Jatidiri Puisi Rakyat Etnis Banjar di Kalsel]], [[peribahasa Banjar]] ialah kalimat pendek dalam [[bahasa Banjar]] yang pola susunan katanya sudah tetap dengan merujuk kepada suatu format bentuk tertentu (bersifat formulaik), dan sudah dikenal luas sebagai ungkapan tradisional yang menyatakan maksudnya secara samar-samar, terselubung, dan berkias dengan gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan.
 
Berdasarkan karakteristik bentuk fisiknya, peribahasa Banjar menurut Ganie (2006:1) dapat dipilah-pilah menjadi 2 kelompok besar, yakni :
# [[Peribahasa Banjar berbentuk puisi]], terdiri atas :
## [[Gurindam Banjar|Gurindam]]
## [[Kiasan Banjar|Kiasan]]
Baris 200 ⟶ 203:
## [[Saluka Banjar|Saluka]]
## [[TamsilBanjar|Tamsil]]
# [[Peribahasa Banjar berbentuk kalimat]], terdiri atas :
## [[Ibarat]]
## [[Papadah]]
Baris 211 ⟶ 214:
==== Simpulan ====
 
Berdasarkan paparan dan contoh-contoh di atas, maka dapat disimpulkan semua ragam/jenis peribahasa Banjar berbentuk puisi, setidak-tidaknya memiliki salah satu dari 3 ciri karakteristik bentuk, yakni :
# adanya pengulangan atas kosa-kata yang sama,
# adanya kosa-kata yang hampir sama secara morfologis, dan
Baris 227 ⟶ 230:
Sesuai dengan asal usul etimologisnya yang demikian itu, maka pantun memang identik dengan seperangkat kosa-kata yang disusun sedemikian rupa dengan merujuk kepada sejumlah kriteria konvensional menyangkut bentuk fisik dan bentuk mental puisi rakyat anonim.
 
Setidak-tidaknya ada 6 kriteria konvensional yang harus dirujuk dalam hal bentuk fisik dan bentuk mental pantun ini, yakni : (1) setiap barisnya dibentuk dengan jumlah kata minimal 4 buah, (2) jumlah baris dalam satu baitnya minimal 2 baris (pantun kilat) dan 4 baris (pantun biasa dan pantun berkait), (3) pola formulaik persajakannya merujuk kepada sajak akhir vertikal dengan pola a/a (pantun kilat), a/a/a/a, a/a/b/b, dan a/b/a/b (pantun biasa dan pantun berkait), (4) khusus untuk pantun kilat, baris 1 berstatus sampiran dan baris 2 berstatus isi, (5) khusus untuk pantun biasa dan pantun berkait, baris 1-2 berstatus sampiran dan baris 3-4 berstatus isi, dan (6) lebih khusus lagi, pantun berkait ada juga yang semua barisnya berstatus isi, tidak ada yang berstatus sampiran.
 
Zaidan dkk (1994:143)mendefinisikan pantun sebagai jenis puisi lama yang terdiri atas 4 larik dengan rima akhir a/b/a/b. Setiap larik biasanya terdiri atas 4 kata, larik 1-2 merupakan sampiran, larik 3-4 merupakan isi. Berdasarkan ada tidaknya hubungan antara sampiran dan isi ini, pantun dapat dipilah-pilah menjadi 2 genre/jenis, yakni pantun mulia dan pantun tak mulia.
Baris 249 ⟶ 252:
Pamantunan merupakan seniman penghibur rakyat yang bekerja mencari nafkah secara mandiri dengan mengandalkan kemampuannya dalam mengolah kosa-kata berbahasa Banjar sehingga dapat dijadikan sebagai sarana retorika yang fungional.
 
Setidak-tidaknya ada 6 kriteria profesional yang harus dipenuhi oleh seorang Pamantunan, yakni : (1) terampil mengolah kosa-katanya sesuai dengan tuntutan yang berlaku dalam struktur bentuk fisik pantun Banjar, (2) terampil mengolah tema dan amanat yang menjadi unsur utama bentuk mental pantun Banjar, (3) terampil mengolah vokal ketika menuturkannya sebagai sarana retorika yang fungsional di depan khalayak ramai, (4) terampil mengolah lagu ketika menuturkannya sebagai sarana retorika yang fungsional, (5) terampil dalam hal olah musik penggiring penuturan pantun (menabuh gendang pantun), dan (6) terampil dalam menata keserasian penampilannya sebagai seorang Pamantunan.
 
==== [[Datu Pantun]], [[Pulung Pantun]], dan [[Aruh Pantun]] ====
Baris 258 ⟶ 261:
Faktor Pulung inilah yang membuat tidak semua orang Banjar di Kalsel dapat menekuni profesi sebagai Pamantunan, karena Pulung hanya diberikan kepada oleh Datu Pantun kepada Pamantunan yang secara genetika masih mempunyai hubungan darah dengannya (hubungan nepotisme).
 
Datu Pantun adalah seorang tokoh mistis yang bersemayam di Alam Banjuran Purwa Sari, alam pantheon yang tidak kasat matakasatmata, tempat tinggal para dewa kesenian rakyat. Datu Pantun diyakini sebagai orang pertama yang secara geneologis menjadi cikal bakal pantun di kalangan etnis Banjar di Kalsel.
 
Konon, Pulung harus diperbarui setiap tahun, jika tidak, maka tuah magisnya akan hilang tak berbekas lagi. Proses pembaruan Pulung dilakukan dalam sebuah ritus adat yang khusus digelar untuk itu, yakni Aruh Pantun. Aruh Pantun dilaksanakan pada malam-malam gelap tanggal 21, 23, 25, 27, dan 29) di bulan Rabiul Awal atau Zulhijah.
Baris 264 ⟶ 267:
Datu Pantun diundang berhadir dengan cara membakar dupa dan memberinya sajen berupa nasi ketan, gula kelapa, 3 biji telur ayam kampung, dan minyak likat baboreh secukupnya. Jika Datu Pantun berkenan memenuhi undangan, maka Pamantunan yang bersangkutan akan kesurupan (trance) selama beberapa saat. Sebaliknya, jika Pamantunan tak kunjung kesurupan itu berarti mandatnya sebagai seorang Pamantunan sudah dicabut oleh Datu Pantun. Tidak pilihan baginya kecuali mundur secara teratur dari panggung Baturai Pantun (pensiun).
 
==== [[Pantun Banjar]] Masa Kini : Bernasib Buruk ====
Pada zaman sekarang ini, pantun, khususnya pantun Banjar, tidak lagi menjadi puisi rakyat yang fungsional di Kalsel. Sudah puluhan tahun tidak ada lagi forum Baturai Pantun yang digelar secara resmi sebagai ajang adu kreativitas bagi para Pamantunan yang tinggal di desa-desa di seluruh daerah Kalsel.
 
Baris 273 ⟶ 276:
Sekarang ini di Kalsel sudah beberapa puluh kali digelar kegiatan lomba tulis Pantun Banjar bagi para peserta di berbagai tingkatan usia. Tidak ketinggalan Stasiun TVRI Banjamasin juga sudah membuka acara Baturai Pantun yang digelar seminggu sekali oleh Bapak H. Adjim Arijadi dengan pembawa acara Jon Tralala, Rahmi Arijadi, dan kawan-kawan.
 
== RujukanLihat pula ==
* [[Batumbang Apam]]
* [[Baju Kubaya Basawiwi]]
* [[Baju Kurung Basisit]]
 
== Rujukan ==
{{reflist}}
* [[Tajuddin Noor Ganie]], 2006. [[Identitas Puisi Rakyat Berbentuk Pantun Banjar]] dalam buku [[Identitas Puisi Rakyat Etnis Banjar di Kalsel]], Penerbit Rumah Pustaka Folklor Banjar, Jalan Mayjen Soetoyo S, Gang Sepakat RT 13 Nomor 30, Banjarmasin, 70119, Provinsi Kalimantan Selatan