Kesultanan Sambas: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, typos fixed: tahta → takhta (7) using AWB |
k Mengembalikan suntingan oleh Ewing Kalimantan (bicara) ke revisi terakhir oleh Ariandi Lie Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(44 revisi perantara oleh 24 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rapikan|reason=perlu wikifisasi lebih lanjut}}
{{tambah referensi}}
{{Infobox Former Country
| native_name =
| conventional_long_name = Kesultanan
| common_name = Kesultanan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
| year_leader1 = 1671-1682
|
|
|
|
|
|
▲|currency =
▲|footnotes =
}}
'''Kesultanan
Pada masa Ratu Sapudak inilah rombongan Sultan Tengah (Sultan [[Sarawak]] ke-1) bin Sultan Muhammad Hasan (Sultan [[Brunei]] ke-9) datang dari Kesultanan Sukadana ke wilayah Sungai Sambas dan kemudian menetap di wilayah Sungai Sambas ini (daerah Kembayat Sri Negara). Anak laki-laki sulung Sultan Tengah yang bernama Sulaiman kemudian dinikahkan dengan anak bungsu Ratu Sapudak yang bernama Mas Ayu Bungsu sehingga nama Sulaiman kemudian berubah menjadi Raden Sulaiman. Raden Sulaiman inilah yang kemudian setelah keruntuhan Panembahan Sambas di Kota Lama mendirikan Kerajaan baru yaitu Kesultanan Sambas dengan Raden Sulaiman menjadi Sultan Sambas pertama bergelar Sultan Muhammad Shafiuddin I yaitu pada tahun [[1671]].
Baris 60 ⟶ 59:
Secara otentik Kerajaan Sambas telah eksis sejak abad ke 13 M yaitu sebagaimana yang tercantum dalam kitab [[Negarakertagama]] karya [[Mpu Prapanca]] pada masa [[Majapahit]]. Kemungkinan besar bahwa Kerajaan Sambas saat itu rajanya bernama Nek Riuh. Walaupun secara otentik Kerajaan Sambas tercatat sejak abad ke-13 M, namun demikian berdasarkan benda-benda arkeologis (berupa gerabah, patung dari masa [[Hindu]]) yang ditemukan selama ini di wilayah sekitar Sungai Sambas menunjukkan bahwa pada sekitar abad ke-6 M atau 7 M di wilayah ini diyakini telah berdiri sebuah kerajaan. Hal ini ditambah lagi dengan melihat posisi wilayah [[Sambas]] yang berhampiran dengan [[Selat Malaka]] yang merupakan lalu lintas dunia, sehingga diyakini bahwa pada sekitar abad ke-5 hingga 7 M di wilayah Sungai Sambas ini telah berdiri Kerajaan Sambas yaitu lebih kurang bersamaan dengan masa berdirinya Kerajaan Batu Laras di hulu Sungai Keriau yaitu sebelum berdirinya [[Kerajaan Tanjungpura]].
Kedatangan rombongan bangsawan [[Majapahit]] di Sambas dapat berjalan mulus tanpa menimbulkan konflik bukanlah hanya karena wilayah Sambas pada waktu itu tidak be-raja (tidak mempunyai penguasa) setelah era Raja Tan Unggal, tapi lebih disebabkan karena penduduk Sambas pada waktu itu mempunyai kepercayaan yang sama dengan rombongan Majapahit tersebut, yakni [[Hindu]]. Hindu sudah berkembang di [[Nusantara]] sejak berdirinya [[Kerajaan Kutai Martadipura|Kerajaan Kutai]] (era pemerintahan [[Mulawarman]]) sampai kepada [[Kerajaan Kutai Kartanegara|Kesultanan Kutai Kartanegara]]. Wajar kalau pengaruhnya sampai ke wilatah Sambas. Jadi pada waktu itu belum ada istilah “[[Melayu]] atau [[Dayak]]”. Istilah atau penyebutan itu ada setelah masuknya [[Islam]]. Penduduk yang kemudian masuk Islam dinamakan "[[Melayu]]" dan penduduk yang masih menganut
Rombongan dari [[Jawa]] ([[Majapahit]]) ini pertama kali mendarat disebuah tempat yang dinamakan Pangkalan Jambu, sebuah tempat yang berada di Kecamatan Jawai, [[Kabupaten Sambas]] sekarang. Itulah sebabnya daerah tempat mendaratnya rombongan bangsawan dari [[Jawa]] ini dinamakan Jawai sampai sekarang.
Baris 114 ⟶ 113:
Armada Angkatan Laut Kesultanan Sambas ini bertugas untuk menjaga kedaulatan wilayah perairan Kesultanan Sambas saat itu yaitu garis pantai yang membentang dari mulai Tanjung Datuk di utara (diatas Paloh) hingga ke Sungai Duri di sebelah selatan. Armada Angkatan Laut Kesultanan Sambas ini dibentuk setelah seringnya serangan para bajak laut terutama bajak laut yang datang dari perairan Sulu dan pembakangan dari kapal-kapal Eropa khususnya kapal-kapal Inggris yang menolak untuk melakukan aktivitas perdagangan di wilayah Kesultanan Sambas dengan melalui pelabuhan induk Kesultanan Sambas yang berada di Sungai Sambas di mana kapal-kapal Inggris ini dengan lancang langsung mengadakan aktivitas dagang dipelabuhan-pelabuhan Kongsi China di Selakau dan Sedau yang merupakan wilayah Kesultanan Sambas tanpa melalui pelabuhan induk Kesultanan di Sungai Sambas. Kongsi-Kongsi itu adalah perkumpulan orang-orang China yang berkelompok beradasarkan lokasi penambangan emas mereka. Orang-orang China ini didatangkan oleh Sultan Sambas sejak tahun 1750 M yaitu untuk mengerjakan pertambangan emas yang tersebar di wilayah Kesultanan Sambas seperti Monteraduk, seminis, Lara, Lumar dan kemudian juga Pemangkat.
Walaupun telah dibentuk armada angkatan laut Kesultanan Sambas ini, kapal-kapal Inggris masih dengan angkuhnya tetap melakukan aktivitas perdagangan di wilayah Kesultanan Sambas tanpa melalui pelabuhan induk di sungai sambas. Aturan mesti melewati pelabuhan induk ini merupakan aturan tata perdagangan pada Kerajaan di nusantara ini sejak zaman [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]] sehingga sudah merupakan aturan yang sah dan resmi, yaitu apabila ada kapal asing yang tidak mau melewati pelabuhan induk maka kapal itu akan digiring, bila tidak mau digiring maka kapal itu akan diperangi dan bila kapal itu berhasil dikalahkan maka sebagai hukumannya, seluruh awak akan di tawan dan seluruh harta kapal akan dirampas menjadi milik armada Kerajaan yang memiliki wilayah itu.
Tetapi orang-orang eropa khususnya Inggris ini sering meremehkan kedaulatan dan kemampuan kerajaan di nusantara ini yang untuk kasus ini adalah Kesultanan Sambas. Hal ini kemudian membuat sering terjadinya pertempuran Laut antara kapal-kapal Inggris yang juga bersenjatakan meriam itu dengan armada angkatan laut Kesultanan Sambas dibawah pimpinan Pangeran Anom ini dan berkat ketangguhan Pangeran Anom dalam memimpin armada laut Kesultanan Sambas ini, dalam sekitar 4 atau 5 pertempuran laut yang terjadi, seluruhnya dapat dimenangkan oleh armada Pangeran Anom ini.
Baris 142 ⟶ 141:
== Batas Wilayah Kekuasaan Kesultanan Sambas ==
Batas wilayah Kesultanan Sambas pada awalnya yaitu ketika didirikan pertama kali oleh Raden Sulaiman (Sultan Muhammad Shafiuddin I) adalah meliputi wilayah Sungai Sambas dan percabangannya serta wilayah Sungai Paloh dan percabangannya. Ketika pada masa Sultan Sambas ke-2 yaitu Sultan Muhammad Tajuddin I (Raden Bima) batas wilayah Kesultanan Sambas telah meluas meliputi Sungai Sambas hingga wilayah Sungai Selakau dan percabangannya. Wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas kemudian terus meluas hingga pada masa Sultan Sambas ke-4 (Sultan Abubakar Kamaluddin) wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas telah meliputi mulai dari Tanjung Datuk di utara hingga ke Sungai Duri di selatan kemudian daerah Montraduk dan Bengkayang di tenggara hingga ke daerah Seluas dan Sungkung di sebelah timur. Wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas dari masa Sultan Sambas ke-4 (Sultan Abubakar Kamaluddin) ini kemudian terus bertahan hingga berakhirnya masa pemerintahan Kesultanan Sambas selama sekitar 279 tahun (dengan melalui 15 orang Sultan dan 2 orang Kepala Pemerintahan) yaitu dengan bergabung ke dalam [[Republik Indonesia Serikat]] (RIS) pada tahun [[1950]]. Pada tahun [[1956]], bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas itu (yaitu wilayah Kesultanan Sambas sejak Sultan Sambas ke-4 hingga berakhirnya pemerintahan Kesultanan Sambas itu) secara utuh dijadikan wilayah [[Kabupaten Sambas]] (sebagaimana tercantum dalam ''Berita Daerah Kalimantan Barat'' mengenai pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun [[1956]]). Wilayah [[Kabupaten Sambas]] ini kemudian terus bertahan hingga kemudian pada tahun [[2000]], wilayah [[Kabupaten Sambas]] dimekarkan menjadi 3 Daerah Pemerintahan yaitu [[Kabupaten Sambas]], [[Kota Singkawang]], dan [[Kabupaten Bengkayang]] hingga sekarang ini.<ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html?zoomview=1 |title=Salinan arsip |access-date=2013-11-13 |archive-date=2012-05-05 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120505053147/http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html?zoomview=1 |dead-url=yes }}</ref><ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html |title=Salinan arsip |access-date=2013-11-13 |archive-date=2012-05-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120524181610/http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html |dead-url=yes }}</ref>
== Peninggalan Kesultanan Sambas ==
Baris 253 ⟶ 252:
* Anak-anak dari Pangeran, Pangeran Ratu atau Pangeran Adipati dan Pangeran Muda mahupun berketurunan Orang Kaya-Kaya Daerah semuanya mempunyai sebutan kehormatan '''"Raden"''' dan juga '''"Engku"'''.
* Anak-anak dari Raden mempunyai sebutan kehormatan '''"Urai"'''. "Urai" dapat kemudian menjadi "Raden" tetapi dengan suatu pengangkatan secara resmi oleh Sultan,manakala anak-anak pewaris Orang Kaya-Kaya Daerah dikenali sebagai Engku.
* Para Syarif dan Sayyid Kesultanan Sambas Raden Nilawati bersuamikan Syarif Ibrahim Bin Syarif Abu Bakar Al-Qadri. Raden Nilawati Binti Sultan Abu Bakar Tajuddin II bersuamikan Syarif Ibrahim Bin Syarif Abu Bakar Al-Qadri.
* Urai Imik bersuamikan Tuan Sayyid Muhammad Alaydrus digelar Pangeran Kesuma Nata.
* Utin Timah anak Urai Dinga' bersuamikan Sayyid Ahmad Al-Hinduan digelar Pangeran Kesuma Ningrat mempunyai anak Sayyid Isa Al-Hinduan digelar Datuk Pangeran Riya.
* Raden Dewi Kencana Binti Pangeran Ratu Muhammad Taufiq bersuamikan Syarif Edy Al-Haddad mempunyai anak Syarif Edwin Taufiq Al-Haddad menikah dengan Wulan mempunyai anak Syarif Muhammad Ridho Al-Haddad.
* Urai Riya bersuamikan Urai Sayyid Abdullah Bin Agil digelar Pangeran Sumanata. Urai Riya' Binti Pangeran Paku Negara Binti Sultan Umar Aqamaddin II bersuamikan Pangeran Sumanata (Sayyid Abdullah Bin Agil) mempunyai anak Urai Syarif Muhammad Bin Agil.
* Urai Aminah digelar Pangeran Rafi'ah bersuamikan Sayyid Ali As-Sambasi.
* Raden Zainab dinikahkan dengan Tuan Sayyid Ali Al-Asyi berasal dari Aceh digelar Pangeran Suradilaga. Raden Zainab Binti Sultan Muhammad Tajuddin bersuamikan Syarif Ali Al-Asyi dari Aceh digelar Pangeran Suradilaga mempunyai anak Syarif Najmuddin As-Sambasi digelar Pangeran Adi Kesuma. Raden Lassum bersuamikan Syarif Najmuddin bin Ali Al-Asyi dari Negeri Aceh yang digelar Pangeran Adi Kesuma bin Pangeran Suradilaga.
== Lihat pula ==
Baris 263 ⟶ 283:
<references group="1. Sultan Tengah, Sultan Sarawak pertama dan terakhir, Pusat Sejarah Brunei" />
* {{nl}} [http://books.google.co.id/books?id=exRJAAAAMAAJ&dq=Panembahan%20Batoe&pg=PA13#v=onepage&q=Panembahan%20Batoe&f=false Tijdschrift voor Indische taal-, land-, en volkenkunde, Volume 1 Oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen,Lembaga Kebudajaan Indonesia ]
* {{en}}[http://www.4dw.net/royalark/Indonesia/sambas.htm Sejarah Sambas di situs Royal Ark]
* {{id}}[http://www.sambas.go.id/selayang/sejarah.asp Sekilas sejarah kesultanan Sambas di situs sambas.go.id] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080221190541/http://www.sambas.go.id/selayang/sejarah.asp |date=2008-02-21 }}
* {{id}}[http://history.melayuonline.com/?a=a28va0xRL1lYcXRCeDdraQ%3D%3D= Sejarah Kerajaan Sambas di MelayuOnline.com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070927221824/http://history.melayuonline.com/?a=a28va0xRL1lYcXRCeDdraQ=== |date=2007-09-27 }}
{{Kerajaan di Kalimantan}}
|