Tanah Sepenggal, Bungo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 15:
Kecamatan ini pada awal Kabupaten Bungo berdiri masuk ke dalam Kecamatan Tanah Tumbuh, kemudian membentuk kecamatan sendiri pada 1990. Pada tahun 2006 kecamatan ini dimekarkan lagi menjadi 2 kecamatan yaitu Kecamatan Tanah Sepenggal dan Kecamatan Tanah Sepeggal Lintas, kedua kecamatan ini dipisahkan oleh Sungai Batang Tebo.
Nama kecamatan ini berasal dari nama marga yang telah ada sejak sebelum Indonesia Merdeka. Nama ini kemudian digunakan sebagai nama kecamatan. Saat pemekaran, Kecamatan ini menjadi kecamatan induk yang tetap beribukota di Desa Pasar Lubuk Landai. Pada saat masih sistem marga, Tanah Sepenggal terdiri dari 8 buah desa awal yang 4 (empat) diantaranya masuk ke Kecamatan Tanah Sepenggal hati ini yaitu
# Tanjung
Pada dasarnya warga di Kecamatan Tanah Sepenggal berasal dari daerah yang sama yaitu Kawasan Balai Panjang yang saat ini menjadi Desa Tanah Periuk. Dari Balai Panjang, masyarakat menyebar dan membentuk dusun-dusun baru yang dikenal sebagai 8 dusun awal. Kawasan Balai Panjang merupakan Pusat Pemerintahan di Jambi Bagian Barat yang dipimpin oleh Pangeran Sri Mangkubumi yang berasal dari Mataram. Seiring waktu terjadi pernikahan antar suku seperti jawa, minangkabau, melayu, batin, atau penduduk setempat, menjadikan suatu daerah yang majemuk. ▼
# Candi
# Empelu
# Teluk Pandak.
▲Pada dasarnya
# Tanah Periuk
# Candi
# Tanjung
# Rantau Embacang
# Lubuk Landai
# Empelu
# Teluk Pandak
# Sungai Mancur
Kawasan Balai Panjang merupakan Pusat Pemerintahan di Jambi Bagian Barat yang dipimpin oleh Pangeran Sri Mangkubumi yang berasal dari Mataram yang datang ke kawasan ini sekitar awal abad ke 16. Pangeran ini bersama 40 keluarga menyusuri Sungai Batanghari-Batang Tebo dan mendirikan pemukiam di pinggir sungai Batang Tebo atau Desa Tanah Periuk hari ini. Seiring waktu terjadi perkembangan jumlah penduduk dan mereka membangun pemukiman baru yang menjadi desa-desa yang disebutkan diatas. Penduduk dari pendatang dari Mataram Jawa menikah dengan berbagai suku seperti Minangkabau, Melayu, Batin, atau penduduk setempat, menjadikan suatu daerah yang majemuk seperti hari ini.
== Demografi ==
|