Rezeki dalam Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Syahira Rizkia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
k menambahkan konten dan rujukan
 
(8 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
'''Rezeki dalam Islam''' diartikan sebagai segala hal yang memberikan manfaat kepada [[makhluk]] ciptaan [[Allah]]. Kata "rezeki" disebutkan sebanyak 123 kali di dalam [[Al-Qur'an]] dengan bentuk [[fi'il]], isim dan makna yang berbeda-beda. Makna dari rezeki dalam [[Islam]] meliputi pemberian, [[makanan]], [[hujan]], [[nafkah]], [[pahala]] atau balasan, [[surga]], syukur dan [[buah]]-buahan. Rezeki diberikan dalam dua bentuk, yaitu rezeki zahir dan rezeki batin. Perolehan rezeki telah diterima sejak di dalam [[rahim]] hingga di [[akhirat]]. Penyumbangan terhadap rezeki dilakukan dalam berbagai bentuk yang bermanfaat bagi kepentingan [[masyarakat]].
 
Sesungguhnya, rezeki kita, yang dilihat dari harta dan kesohoran nama, lebih tahu tempat dan kedudukan kita daripada kita sendiri. Jika orang sadar akan hal itu, mereka tidak perlu menderita batin dan tertekan jiwa dalam perjuangan hidup demi mencukupi kebutuhannya. Orang-orang yang pesimis akan membayangkan kegagalan yang bisa membawa pada keputusasaan dan kenekatan. Mereka harus optimis, tenang, dan tenteram. Mereka sadar bahwa rezeki yang berupa harta dan kemasyhuran nama tidak akan menyimpang dari yang sudah ditetapkan Allah SWT untuk mereka. Ada perbedaan antara karya yang membutuhkan tenaga tubuh dan rezeki yang membutuhkan tawakal.<ref name=":0" />
 
== Terminologi ==
Baris 11 ⟶ 9:
=== Pemberian ===
Makna rezeki sebagai pemberian disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 3. Pemaknaan rezeki sebagai pemberian dikaitkan dengan pemberian nafkah yang telah Allah berikan kepada manusia. Rezeki ini diberikan kepada manusia yang beriman terhadap hal-hal yang gaib dan yang mendirikan [[salat]].{{Sfn|Thaib dan Zamakhsyari|2016|p=11}}
 
Pada Surah Al-Hajj ayat ke-50 dan pada Surah Saba' ayat ke-4 dinyatakan bahwa Allah akan memberikan rezeki yang mulia sekaligus ampunan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan.{{Sfn|Yani|2008|p=146}} Ajaran Islam tidak memperbolehkan pencarian rezeki dengan menghalalkan segala cara. Pada Surah Al-Baqarah ayat ke 188 terdapat larangan Allah untuk menghalalkan harta orang lain yang tidak halal diperoleh oleh seseorang yang lain. Larangan ini termasuk pula dengan penghalalan harta melalui [[penyuapan]] kepada hakim untuk memperoleh sebagian harta orang lain.{{Sfn|Yani|2008|p=20}}
 
=== Makanan ===
[[Surah Al-Ma’idah|Surah Al-Ma'idah]] ayat 88 menyatakan bahwa makanan adalah salah satu bentuk rezeki dari Allah. Sifat dari makanan dalam ayat ini ialah pemberian yang halal dan baik.{{Sfn|Yani|2008|p=37}} Makna rezeki sebagai pemberian disebutkan dalam Surah Al-Baqarah ayat 25. Ayat ini menjelaskan rezeki sebagai makanan yang disediakan bagi manusia yang beriman dan berbuat baik. Rezeki dalam konteks ayat ini berkaitan dengan makanan di surga sebagai kabar gembira bagi manusia. Bentuk rezekinya berupa buah-buahan yang serupa dengan yang pernah mereka makan. Rezeki lainnya berupa istri-istri yang suci dan kekekalan di dalam [[surga]].{{Sfn|Thaib dan Zamakhsyari|2016|p=11-12}}
 
Rezeki juga dapat diartikan sebagai [[makan siang]] dan [[makan malam]]. Keterangannya diperoleh dalam Surah Maryam ayat 62. Ayat ini menjelaskan tentang pemberian makanan bagi penghuni surga yang diberikan tiap pagi dan petang.{{Sfn|Thaib dan Zamakhsyari|2016|p=12}}
Baris 26:
 
Allah memberikan rezeki kepada [[individu]] manusia dengan jumlah yang berbeda-beda. Ini sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang dari-Nya. Bagi individu yang bila memiliki banyak rezeki ia cenderung berbuat kejahatan, Allah akan membatasi jumlah rezekinya. Sebaliknya, bagi individu yang bila memiliki sedikit rezeki ia cenderung berbuat kejahatan, Allah akan membuat rezekinya melimpah. Pengaturan ini bertujuan untuk memudahkan setiap individu manusia memperoleh kemudahan untuk meraih surga bagi orang-orang yang beriman.<ref>{{Cite book|last=asy-Sya'rawi|first=M. Mutawalli|date=2020|title=Anda Bertanya Islam Menjawab|location=Jakarta|publisher=Gema Insani|isbn=978-602-250-866-3|editor-last=Basyarahil, U., dan Legita, I. R.|pages=67|translator-last=al-Mansur|translator-first=Abu Abdillah|url-status=live}}</ref>
 
== Rezeki Anak ==
Mereka takut hidup dan takut kurang makan. Mereka tidak sadar bahwa dengan melakukan itü akan menahan rezeki mereka dan anak-anak. Kita banyak menjumpai orang wafat meninggalkan anak-anak. Hari berganti, zaman pun berubah. Ternyata, anak-anak yatim itü mencapai kedudukan tinggi dan mencapai puncak kesuksesan di masyarakat. Barangkali, apabila keluarga mereka masih hidup, mereka tidak akan mencapai sukses seperti itu. Biarkanlah takdir Allah SWT berjalan sebagaimana mestinya. Kerjakanlah apa-apa yang lebih pokok dan lebih berarti dalam kehidupan ini.<ref name=":0" />
 
Kenyataan membuktikan bahwa betapa banyak anak yang hidup dalam pemeliharaan dan pengawasan ayah mereka (orang tua) malah gagal, menjadi penganggur, dan meresahkan masyarakat. Penyair besar al-Mutanabbi berkata, "Apabila rezeki diberikan kepada mereka yang berakal akan binasa, mereka yang bodohnya seperti ternak singa akan mati kelaparan di tengah Padang Sahara, daging domba dimakan anjing-anjing, orang bodoh tidur beralas kain sutra, dan orang berilmu tidur beralas tanah."<ref name=":0" />
 
=== Jaminan langsung dari Allah ===
Allah menamai diri-Nya sebagai Al-Razzaq karena diri-Nya merupakan pencipta sekaligus pemberi rezeki.{{Sfn|Thaib dan Zamakhsyari|2016|p=8}} Allah menyatakan diri-Nya sebagai penjamin rezeki bagi setiap [[makhluk]] ciptaan-Nya. Pernyataan ini disebutkan dalam [[Surah Hud]] ayat 6. Allah mengetahui segala hal yang berkaitan dengan rezeki yang diberikan kepada makhluk ciptaan-Nya. Semua keterangan mengenai tempat menyimpan dan kediaman dari rezeki tersebut telah tertulis di dalam kitab Lauh Mahfuz.{{Sfn|Mahmud dan Hamzah|2020|p=472}}
 
== Penyumbangan ==
Baris 45 ⟶ 37:
=== Daftar pustaka ===
 
* {{Cite journal|last=Mahmud, B., dan Hamzah|date=2020|title=Membuka Pintu Rezeki dalam Perspektif Al-Qur’an|url=https://www.researchgate.net/publication/347057257_Membuka_Pintu_Rezeki_dalam_Perspektif_Al-Qur'an/fulltext/5fe542d645851553a0eae070/Membuka-Pintu-Rezeki-dalam-Perspektif-Al-Quran.pdf|journal=Al-Quds: Jurnal Studi Alquran dan Hadis|volume=4|issue=2|issn=2580-3174|ref={{sfnref|Mahmud dan Hamzah|2020}}}}
* {{Cite book|last=Thaib, H., dan Zamakhsyari|date=2016|url=http://repository.dharmawangsa.ac.id/493/1/Sunnah%20Allah%20dalam%20menetapkan%20Rezeki.pdf|title=Sunnah Allah dalam Menetapkan Rezeki dalam Perspektif Al-Qur'an|location=Medan|publisher=Wal Ashri Publishing|isbn=978-602-8345-63-7|ref={{sfnref|Thaib dan Zamakhsyari|2016}}|url-status=live}}
 
* {{Cite book|last=Thaib, H., dan ZamakhsyariYani|first=Ahmad|date=20162008|url=httphttps://repositorywww.dharmawangsagoogle.acco.id/493books/1edition/Sunnah%20Allah%20dalam%20menetapkan%20Rezeki.pdf160_Materi_Dakwah_Pilihan/sYP7Y_ZdCvoC?hl=id&gbpv=1&printsec=frontcover|title=Sunnah160 AllahMateri dalamDakwah Menetapkan Rezeki dalam Perspektif Al-Qur'anPilihan|location=MedanJakarta|publisher=Wal Ashri PublishingAl-Qalam|isbneditor-last=978Wibowo|editor-602-8345-63-7first=Hari|ref={{sfnref|Yani|2008}}|url-status=live}}
 
[[Kategori:Istilah Islam]]