Bactrocera: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
33Maulida (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Mitgatvm Bot (bicara | kontrib)
k Ganti ke infobox spesies
 
(64 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox spesies
{{inuse|8 Mei}}
| image = Bactrocera_dorsalis.jpg
| image_caption = ''[[Bactrocera dorsalis]]''
| display_parents = 2
| taxon = Bactrocera
| authority = [[Pierre-Justin-Marie Macquart|Macquart]], 1835
| diversity_link = List of Bactrocera species
| diversity = 464 spesies
| type_species = ''Bactrocera longicornis''
| type_species_authority = [[Pierre-Justin-Marie Macquart|Macquart]], 1835
| range_map =
| subdivision_ranks = Spesies
| subdivision =
''[[Bactrocera correcta|B. correcta]]''<br />
''[[Bactrocera dorsalis|B. dorsalis]]''<br />
''[[Bactrocera oleae|B. oleae]]''<br />
''[[Bactrocera tryoni|B. tryoni]]''<br />
''[[Bactrocera zonata|B. zonata]]''<br />
''[[Bactrocera divenderi|B. divenderi]]''<br/>
Hundreds more
| synonyms =
* ''Aglaodacus'' <small>Munro, 1984</small>
* ''Apodacus'' <small>Perkins, 1939</small>
* ''Chaetodacus'' <small>Bezzi, 1913</small>
* ''Dasyneura'' <small>Saunders, 1842</small>
* ''Hemigymnodacus'' <small>Hardy, 1973</small>
* ''Marquesadacus'' <small>Malloch, 1932</small>
* ''Mauritidacus'' <small>Munro, 1984</small>
* ''Strumeta'' <small>Walker, 1856</small>
}}
'''Lalat buah''' (''Bactrocera'' sp.) adalah [[hama]] yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran, termasuk tanaman [[cabai]].<ref name="LGE">Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Hlmn:22. Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve</ref> Serangan lalat buah diperkirakan mencapai 4.790 ha dengan kerugian Rp21,99 miliar.<ref name="MBI 2003">Media Bisnis Indonesia 2003</ref> Lalat buah merupakan salah satu hama penyebab gagalnya [[panen]] buah.<ref name="Pro">Perhimpunan Etomologi Indonesia. Cabang Bogor. 1999. Prosiding, Perhimpunan Etomologi Indonesia. Bogor:Perhimpunan Entomologi Indonesia, Cabang Bogor</ref>
 
== Morfologi ==
Lalat buah (Bactrocera sp.) merupakan hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran, termasuk tanaman cabai. Serangan lalat buah diperkirakan mencapai 4.790 ha dengan kerugian Rp 21, 99 miliar (Media Bisnis Indonesia 2003).
Lalat buah dewasa ukurannya sedang dan berwarna kuning dan sayapnya datar. Pada tepi ujung sayap ada bercak-bercak cokelat kekuningan.<ref name="Hama penyakit tanaman">Pracaya.1999. Hama penyakit tanaman. Hlmn: 275-274. ISBN 979-489-098-7. Bogor: Niaga Swadaya</ref> Abdomennya ada pita-pita hitam, sedangkan [[toraks]]<nowiki/>nya ada bercak-bercak kekuningan.<ref name="Hama penyakit tanaman"/> Ovipositornya terdiri dari tiga ruas dengan bahan seperti [[tanduk]] yang keras.<ref name="Hama penyakit tanaman"/>
 
== AkibatDaur seranganHidup ==
Dengan [[ovipositor]]nya, lalat ini menusuk kulit buah.<ref name="Hama penyakit tanaman"/> Jumlah telur sekitar 100–120 butir.<ref name="Hama penyakit tanaman"/> Setelah 2–3 hari, telur akan menetas dan menjadi berenga.<ref name="Hama penyakit tanaman"/> Bernga tersebut akan membuat terowongan di dalam buah dan memakan dagingnya selama lebih kurang 2 minggu.<ref name="Hama penyakit tanaman"/> Bernga yang telah dewasa meninggalkan buah dan jatuh di atas tanah, kemudian membuat [[terowongan]] 2–5&nbsp;cm dan menjadi pupa.<ref name="Hama penyakit tanaman"/> Lama masa pupa 7–8 hari.<ref name="Hama penyakit tanaman"/> Total daur hidupnya antara 23–34 hari, tergantung keadaan udara. Dalam satu tahun lalat ini kira-kira menghasilkan 8–10 generasi.<ref name="Hama penyakit tanaman"/>
Ciri dari cabai yang terkena serangan hama lalat buah adalah warna kulitnya menjadi hitam mengeras, busuk sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas hasil produksinya, dan menyebabkan cabai akan gugur sebelum waktunya.Akibat serangan lalat buah, buah akan gugur sebelum waktunya, hitam mengeras, dan busuk sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas hasil produksinya.
 
== Serangan ==
Lalat buah merupakan hama yang banyak menyerang buah-buahan dan sayuran.{{fact}}
 
=== Gejala serangan ===
Lalat betina dengan ovipositornya menusuk buah dan meletakkan telurnya dalam [[lapisan epidermis]].<ref name="Hama penyakit tanaman"/> Pada waktu menetas, larvanya akan memakan [[daging buah]] hingga warna buah menjadi jelek dan tidak dapat dimakan.{{fact}} Biasanya serangan lalat ini diikuti hama lain.{{fact}} Telur kadang diletakkan tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan batang.<ref name="Hama penyakit tanaman"/> Batang yang terserang akan menjadi bisul.<ref name="Hama penyakit tanaman"/> Sementara itu buahnya akan menjadi kecil dan berwarna kuning.<ref name="Hama penyakit tanaman"/>
 
=== Akibat serangan ===
Misalnya pada tanaman cabai, ciri dari cabai yang terkena serangan hama lalat buah<ref>{{Cite journal|last=Sari|first=Dewi Wulan|date=2017, Juni|title=Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hendel) Dan Preferensi Peletakan Telur Pada Tingkat Kematangan Buah Belimbing di Desa Tiang Layar Kecamatan Pancur Batu Sumatera Utara|url=http://ojs.uma.ac.id/index.php/agrotekma/article/view/1128|journal=Agrotekma|volume=1|issue=2|pages=102-110|doi=10.31289/agr.v1i2.1128}}</ref> adalah warna kulitnya menjadi hitam mengeras, busuk sehingga mengurangi kuantitas dan kualitas hasil produksinya, dan menyebabkan cabai akan gugur sebelum waktunya.<ref name="Plant Pathologi">Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press</ref>
 
== Pengendalian ==
Selama ini, Bractocera dorsalis pada tanaman dapat dikendalikan dengan beberapa cara, di antaranya yaitu insektisida.<ref name="Kamrin">Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York: Lewis Publisher</ref>, pemanfaatan musuh alami, pemanfaatan flavonoid dari kulit jeruk manis, dan bioinsektisida.<ref name="Agrios">Agrios. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Hlmn: 20-23. ISBN 979-006-279-6. Jakarta: Agromedia Pustaka</ref>
Selama ini, Bractocera dorsalis pada cabai lebih banyak dikendalikan dengan insektisida dan bioinsektisida.
 
=== Insektisida ===
Tetapi pengendalian dengan [[insektisida]] dapat menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan.<ref name="Kamrin"/> Seperti resistensi hama terhadap insektisida, resusgensi, matinya organisme bukan sasaran, dan residu insektsida yang membahayakan apabila dikonsumsi oleh manusia.<ref name="Kamrin"/>
 
=== Bioinsektisida ===
Bioinsektida adalah mikroorganisme pengendali [[serangga]].<ref name="Agrios"/> Selain penyakit, kendala utama dalam budi daya tanaman adalah serangan hama.<ref name="Agrios"/> Pada awal infeksi [[bakteri]], serangga akan menunjukkan penurunan aktivitas makan dan cenderung mencari perlindungan di tempat tersembunyi (di bawah daun).<ref name="Agrios"/> Sementara larva serangga akan mengalami diare, mengeluarkan cairan dari mulutnya, dan mengalami kelumpuhan pada saluran makanan.<ref name="Agrios"/>
Sebuah penelitian melaporkan bahwa ekstrak tanaman ''Citrus hystrix'' ([[jeruk purut]]) dan ''Tephrosia vogelii'' (kacang babi) dapat menghambat proses peneluruan dari Bactrocera sp. pada pertanaman cabai merah.<ref>http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56345 Evaluasi Lima Ekstrak Tanaman sebagai Penolak Lalat Buah Bactrocera sp. (Diptera: Tephritidae) pada Cabai Merah.</ref>
 
=== insektisidaPemanfaatan Musuh Alami ===
Pengelolaan hama Lalat buah (''Bactrocera dorsalis'') dengan memanfaatkan keanekaragaman hayati dalam [[agroekosistem]].<ref name="Kamrin"/> Seperti pengendalian Bractocera dorsalis yang sudah dilakukan adalah dengan pemanfaatan musuh alami sebagai agen pengendali.<ref name="Kamrin"/> Di mana dalam aplikasinya perlu ditunjang oleh beberapa hal, yaitu teknik perbanyakan inangnya yaitu B. dorsalis dengan menggunakan pakan buatan; eksplorasi, identifikasi musuh alami, yakni parasitopid ''B. dorsalis'' serta peranannya dalam pengelolaan hama lalat buah; dan manipulasi musuh alami melalui praktik agronomis agar efektif sebagai [[agen pengendali]] hayati.<ref name="Kamrin"/> Balai Penelitian Tanaman [[Rempah]] dan [[Obat]] (Balitro) di Bogor telah melakukan serangkaian penelitian pengendalian hama tersebut.<ref name="Kamrin"/> Pengendalian yang dipilih menggunakan minyak cemara hantu (Melaleuca braceata) dan [[minyak selasih]] (''Ocimum sanctum'') yang berpeluang menjadi [[atraktan]] karena mengandung [[metil eugenol]] yang cukup tinggi. Sifatnya sebagai atraktan dapat menarik lalat buah. Akan tetapi tidak membunuhnya.<ref name="Kamrin"/> Tanaman selasih ungu (''Ocimum sanctum'' Linn) juga dapat dimanfaatkan sebagai atraktan lalat buah pada tanaman jambu biji (''Psidium guajava'').<ref>http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/4111 Pemanfaatan Tanaman Selasih Ungu (Ocimum sanctum Linn) Sebagai Atraktan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis) Pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava) Dalam Rangka Pengembangan Pestisida Nabati Ramah Lingkungan</ref>
Tetapi pengendalian dengan insektisida dapat menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan. Seperti resistensi hama terhadap insektisida, resusgensi, matinya organisme bukan sasaran, dan residu insektsida yang membahayakan apabila dikonsumsi oleh manusia.
Pemanfaatan atraktan dapat pula dilakukan dengan kombinasi metil eugenol, protein hidrolisat, dan lem beraroma dengan menggunakan perangkap bola berwarna dalam menangkap lalat buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 7 spesies lalat buah yang tertangkap oleh bola perangkap. Kombinasi bola perangkap berwarna menggunakan atraktan metil eugenol dan lem beraroma dapat menangkap lalat buah lebih banyak. Sedangkan bola perangkap protein hidrolisat relatif sedikit, namun banyak lalat buah betina yang tertangkap dalam perangkap protein hidrolisat dibandingkan metil eugenol dan lem beraroma. Tangkapan lalat buah pada bola perangkap dipengaruhi oleh curah hujan.<ref>http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46796 Keefektifan tiga atraktan menggunakan bola berwarna dalam menangkap imago lalat buah pada jambu biji di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor</ref>
 
=== pemanfaatanLihat musuh alamipula ===
* [[Bioinsektisida]]
pengelolaan hama Bactrocera dorsalis dengan memnfaatkan keanekaragaman hayati dalam agroekosistem. Seperti Pengendalian Bractocera dorsalis yang sudah dilakukan adalah dengan pemanfaatan musuh alami sebagai agen pengendali. Di mana dalam aplikasinya perlu ditunjang oleh beberapa hal, yaitu teknik perbanyakan inangnya yaitu B. dorsalis dengan menggunakan pakan buatan; eksplorasi, identifikasi musuh alami, yakni parasitopid B. dorsalis serta peranannya dalam pengelolaan hama lalat buah; dan manipulasi musuh alami melalui praktik ogronomis agar efektif sebagai agen pengendali hayati.
* [[Insektisida]]
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balitro) di Bogor telah melakukan serangkaian penelitian pengendalian hama tersebut. Pengendalian yang dipilih menggunakan Minyak Cemara Hantu (Melaleuca braceata) dan minyak selasih (Ocimum sanctum) yang berpeluang menjadi atraktan karena mengandung metil eugenol yang cukup tinggi. Sifatanya sebagai atraktan dapat menarik lalat buah. Akan tetapi tidak membunuhnya. Berdasarkan hal ini, kami mengambil ide mengenai pemanfaatan flavonoid dari kulit jeruk manis. Karena dalam flavonoid mengandung senyawa yang dapat membunuh lalat buah tersebut. Lalat buah tertarik pada aroma yang dikeluarkan oleh aroma flavonoid, termasuk ke dalam famili Noctuidae dan ordo Lepidoptera. Ngengat berwarna abu-abu sampai kecoklat-coklatan dengan bintik terang dekat sayap. Sayap depan berwarna coklat tua dengan garis-garis yang kurang jelas dan terdapat bintik hitam. sedangkan sayap belakang keputih-putihan dan tepinya bergaris hitam. Ukuran sayap bila direntangkan dapat mencapai 25-30mm.
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
 
{{Taxonbar|from=Q590718}}
Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press.
BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data produksi sayuran Indonesia. http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007]
BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data ekspor-impor sayuran Indonesia. http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007]
Ditjen BPPHP. 2002. Volume dan Nilai Ekspor Hortikultura Indonesia Tahun 2000-2001. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.
Hamijaya MZ dan Asikin A. 2005. Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama padi di Kalimantan Selatan. Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi. Bogor 22 November 2005.
Irliyandi F. 2006. Pembentukan Badan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut (BP-DPL) dengan model Co-Managemant sebagai Alternatif Solusi Pengelolaan Berkelanjutan di Kepulauan Raja Ampat. Lomba Karya Tulis Mahasiswa Lingkungan Hidup. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
 
[[Kategori:Hama tanaman]]
Kalie MB. 1996. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve.
Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York: Lewis Publisher.
Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.
WALHI (Wahana Lingkungan Hidup). 1987. Teropong Masalah Pestisida (Terompet). Jakarta: WALHI.
Pomeroy, Robert. 2004. Fisheries co-Management A Fact Sheet for Connecticut Fishermen. Connecticut Sea Grant Extension. Department of Agriculture and Resource Economics University of Connecticut.
Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13 Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB. Halaman 1-7.
Sabari SD, Broto W, Mulyani T, Yuni S, Pratikno S. 2001. Perbaikan teknologi penyadapan dan pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain. Jurnal Hortikultura 11 (3):196-206.