Telaga Ngebel: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
NFarras (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(44 revisi perantara oleh 19 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Coord|7|47|49|S|111|37|54|E|display=title}}
{{tidak dikembangkan|d=14|m=03|y=2011|i=14|ket=}}
{{Infobox dam
{{tanpa_referensi|date=2011}}
| name = Telaga Ngebel
'''Telaga Ngebel''' adalah sebuah danau alami yang terletak di Kecamatan [[Ngebel]], [[Kabupaten Ponorogo]]. Kecamatan Ngebel sendiri terletak di kaki gunung [[Wilis]]. Telaga Ngebel terletak sekitar 30 KM dari pusat kota Ponorogo atau yang terkenal dengan nama Kota [[Reog]]. Keliling dari Telaga Ngebel sekitar 5 KM. Dengan suhu antara 20 - 26 derajat celcius, suhu dingin nan sejuk membuat pengunjung makin nyaman mengunjungi Telaga Ngebel. Selain Reog, Telaga Ngebel merupakan salah satu andalan wisata yang dimiliki Kabupaten Ponorogo. Pemasok air bagi Telaga Ngebel terdiri dari berbagai sumber. Sumber air yang cukup deras berasal dari Kanal Santen. Selain itu, juga terdapat sungai yang mengalirinya, dimana dibagian hulu sungai terdapa air terjun yang diberi nama Air Terjun Toyomarto.
| image = Telaga Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur IMG 20170604 082247-1.jpg
| caption =
| official_name =
| crosses = [[Sungai Jeram]]
| locale = [[Ngebel, Ponorogo|Ngebel]], [[Ponorogo]], [[Jawa Timur]]
| type = Urugan
| crest_elevation = 737,23 mdpl
| length = 86 m
| height = 19 m
| volume =
| spillways =1
| spillway_type =Corong<ref name="balitbang">{{cite book | author =
Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum | title = Bendungan Besar Di Indonesia | publisher = Departemen Pekerjaan Umum | date = 1995 | location = Jakarta | pages = 174 | language = id | url =https://pu.go.id/pustaka/storage/biblio/file/Bendungan%20Besar%20di%20Indonesia.pdf}}</ref>
| spillway_capacity =
| reservoir_catchment = 32,34 km<sup>2</sup>
| reservoir_surface =143 hektar
| active_capacity = 19.200.000 m<sup>3</sup><ref name="sinaro">{{cite book | last =Sinaro | first = Radhi | author-link = | title = Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) | publisher = Bentara Adhi Cipta | series = | volume = | edition = | date = 2007 | location = Tangerang Selatan | pages = | language = Indonesia | url = http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/158847/ | doi = | id = | isbn = 978-979-3945-23-1 | mr = | zbl = | jfm =}}</ref>
| inactive_capacity = 4.300.000 m<sup>3</sup>
| width =
| began =
| open = 1930
| purpose = Irigasi
| status = Beroperasi
| closed =
| cost =
| designed_by =Pemerintah Hindia Belanda
| builder = Pemerintah Hindia Belanda
| owner = [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat]]
| plant_name = PLTA Ngebel
| plant_operator = [[PLN Nusantara Power]]
| plant_type = Konvensional
| turbines =1
| installed_capacity = 2,25 MW
| annual_generation = 1.600 MWh
| website =
|crest_width=6 m}}
'''Telaga Ngebel''' ({{lang-jv|ꦠ꧀ꦭꦒꦔꦼꦧꦼꦭ꧀|Tlaga Ngebel}}) adalah sebuah [[waduk]] yang dibangun di [[Ngebel, Ponorogo]] untuk menampung air dari [[Sungai Jeram]]. Walaupun begitu, sebagian besar air yang ditampung oleh waduk ini sebenarnya berasal dari [[Sungai Talun]], yang airnya dialirkan ke waduk ini melalui sebuah saluran yang dibangun mulai tahun 1920 hingga 1924. Waduk ini terutama dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian seluas sekitar 10.000 hektar dan membangkitkan listrik melalui sebuah PLTA berkapasitas 2,25 MW.<ref name="sinaro"/>
 
Waduk ini terletak di kaki [[Gunung Wilis]] pada ketinggian sekitar 730 meter di atas permukaan laut dan sekitar 12,5 kilometer dari pusat kota Ponorogo. Kedalaman waduk ini awalnya mencapai 59 meter, tetapi kini diperkirakan tinggal 20 meter, karena terjadinya [[sedimentasi]].<ref name="sinaro"/> Suhu udara di waduk ini berkisar antara 20-26 °C, sehingga juga menjadi salah satu obyek wisata andalan Ponorogo. Di bagian hulu dari salah satu sungai yang mengalir ke waduk ini terdapat sebuah air terjun yang diberi nama [[Air Terjun Toyomarto]].
== Sejarah ==
 
Terdapat dua versi cerita asal - usul yang beredar di lingkungan masyarakat. Yang pertama, dari cerita tradisional, diceritakan berawal dari anak yang bernama Baru Klinting. Baru Klinting adalah anak yang di temukan dan diangkat oleh sebuah keluarga miskin yang ada di sebuah lembah. Seperti anak - anak yang lain, Baru Klinting senang bermain dengan anak - anak yang lain. Pada suatu hari, Baru Klinting menyuruh orang tua angkatnya untuk menyiapkan Lesung (alat penumbuk padi). Dia berkata bahwa akan ada banjir besar. Namun anehnya, Baru Klinting sendiri ''malah'' pergi bermain. Dia menancapkan sebuah lidi di tanah, namun tak ada satupun anak yang mampu mencabut. Yang bisa mencabut hanyalah Baru Klinting. Disaat Baru Klinting mencabut lidi tersebut, keluar air yang cukup deras, sehingga membuat lembah tersebut menjadi telaga. Orang tua angkat Baru Klinting selamat karena naik Lesung, sedangkan Baru Klinting sendiri konon berubah menjadi ular naga, yang sampai saat ini dipercaya masih tinggal di sekitar '''Kemambang'''.
== PLTA Ngebel ==
Pada versi lain yang lebih ilmiah, Telaga Ngebel dulu adalah sebuah gunung. Pada jaman Belanda, gunung tersebut dihancurkan dengan rudal untuk jalan dalam peperangan. Di daerah '''Kemambang''' pula masih terdapat dua lubang sisa rudal tersebut.
Untuk memaksimalkan pemanfaatan air yang tertampung di waduk ini, pada tahun 1959, PLN pun menugaskan Ir. [[Bagoes Moedjiantoro]] untuk merancang pembangunan [[PLTA]] di dekat waduk ini di bawah bimbingan dari Ir. [[Sedijatmo]]. PLTA Ngebel lalu dirancang dapat membangkitkan listrik sebanyak 1.600 MWh per tahun untuk memenuhi kebutuhan listrik di [[Karesidenan Madiun]]. PLTA Ngebel kemudian dibangun sendiri oleh PLN dengan menggunakan dana dari APBN. Awalnya, dibangun terowongan ''headrace'' sepanjang 640 meter untuk mengalirkan air dari waduk ke kolam tandon harian. Air lalu dialirkan ke PLTA melalui [[pipa pesat]] berdiameter 1 meter sepanjang 1 kilometer yang dibuat dari [[baja tahan karat]] setebal 6 milimeter dan dibungkus dengan beton bertulang setebal 10 centimeter. Kombinasi baja dan beton diperlukan, karena dengan [[kepala hidraulik|beda tinggi]] sebesar 183,5 meter, maka tekanan pada ujung bawah pipa pesat akan mencapai 18 atmosfer, sehingga jika dibuat dari beton bertulang saja akan terlalu tebal dan berat, tetapi jika hanya dibuat dari baja tahan karat akan terlalu mahal. Pipa pesat tersebut dirancang oleh Ir. Sedijatmo dan kemudian dipatenkan di [[Belanda]] pada tahun 1954. Rancangan pipa pesat Sedijatmo juga digunakan di [[PLTA Golang]], [[PLTA Timo]], dan [[PLTA Cikalong]].<ref name="sinaro"/>
 
== SejarahLegenda ==
Telaga Ngebel dihubungkan dengan kisah seekor ular naga bernama “Baru Klinting“. Ular tersebut merupakan jelmaan dari Patih Kerajaan Bantaran Angin. Kala itu Sang patih sedang bermeditasi dengan wujud ular dan secara tak sengaja ada seorang warga yang membawa ular jelmaan tersebut ke desa.<ref name="ngebel">[http://today.co.id/read/2011/05/30/35258/legenda_baru_klinting_ala_loch_ness_dari_ponorogo Legenda 'Baru Klinting' ala Loch Ness dari Ponorogo] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110806021018/http://www.today.co.id/read/2011/05/30/35258/legenda_baru_klinting_ala_loch_ness_dari_ponorogo |date=2011-08-06 }}, 30 Mei 2011, diakses pada 5 Agustus 2011</ref>
 
Sesampainya di desa, ular jelmaan tersebut hendak dijadikan makanan karena ukuran tubuhnya yang besar. Sebelum dipotong ular tersebut secara ajaib menjelma menjadi anak kecil, yang kemudian mendatangi masyarakat dan memutuskan membuat sayembara.<ref name="ngebel" />
 
Sang bocah kemudian menancapkan lidi di tanah,<ref name="ngebel" /> versi yang lainnya menyebutkan bahwa yang ditancapkan adalah centong nasi.<ref name="ngebel1">[http://books.google.co.id/books?id=wPMv0sItutAC&pg=PA24&lpg=PA24&dq=Sejarah+Telaga+Ngebel&source=bl&ots=EbK_GYj9ur&sig=Vc-RPgM_G8RomWCMtGqrSSAcqEE&hl=id&ei=NmU7TurkLIuqrAfjyeT4Dw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CBMQ6AEwADgo#v=onepage&q&f=false Cerita rakyat dari Jawa Timur, Volume 2 halaman 17-24], Dwianto Setyawan, Penerbit:PT. Grasindo, Jakarta</ref> Namun tidak ada yang berhasil mencabutnya. Bocah ajaib itulah yang berhasil mencabutnya. Dari lubang bekas ditancapkannya lidi atau centong tersebut keluarlah air yang kemudian menjadi mata air yang menggenang hingga membentuk sebuah Telaga. Oleh penduduk desa sekitarnya, telaga tersebut diberi nama telaga Ngebel, artinya telaga yang mengeluarkan bau menyengat.<ref name="ngebel1" />
 
Legenda Telaga Ngebel ini konon terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah seorang pendiri Kabupaten ini yakni [[Bathara Katong|Batoro Katong]]. Sebelum melakukan syiar Islam di Kabupaten Ponorogo, Batoro menyucikan diri terlebih dahulu di mata air, yang ada di dekat Telaga Ngebel yang kini dikenal sebagai Kucur Batoro.<ref name="ngebel" />
 
== Galeri ==
[[Berkas:Telaga Ngebel di Ponorogo.jpg|center|jmpl|700px|Pemandangan Telaga Ngebel, terdapat beberapa tambak ikan di telaga dan seorang pemancing (kiri bawah) di pinggiran telaga.]]
 
== Catatan kaki ==
<references />
 
== Lihat pula ==
* [[Larungan Risalah Doa]]
* [[Kabupaten Ponorogo]]
 
{{Topik Ponorogo}}
{{indo-geo-stub}}
{{Ponorogo-stub}}
 
[[Kategori:Kabupaten Ponorogo]]
[[Kategori:Danau di Jawa Timur]]
[[Kategori:DAS Solo]]