Telaga Ngebel: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(41 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Coord|7|47|49|S|111|37|54|E|display=title}}
{{Infobox dam
| name = Telaga Ngebel
| image = Telaga Ngebel, Ponorogo, Jawa Timur IMG 20170604 082247-1.jpg
| caption =
| official_name =
| crosses = [[Sungai Jeram]]
| locale = [[Ngebel, Ponorogo|Ngebel]], [[Ponorogo]], [[Jawa Timur]]
| type = Urugan
| crest_elevation = 737,23 mdpl
| length = 86 m
| height = 19 m
| volume =
| spillways =1
| spillway_type =Corong<ref name="balitbang">{{cite book | author =
Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum | title = Bendungan Besar Di Indonesia | publisher = Departemen Pekerjaan Umum | date = 1995 | location = Jakarta | pages = 174 | language = id | url =https://pu.go.id/pustaka/storage/biblio/file/Bendungan%20Besar%20di%20Indonesia.pdf}}</ref>
| spillway_capacity =
| reservoir_catchment = 32,34 km<sup>2</sup>
| reservoir_surface =143 hektar
| active_capacity = 19.200.000 m<sup>3</sup><ref name="sinaro">{{cite book | last =Sinaro | first = Radhi | author-link = | title = Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) | publisher = Bentara Adhi Cipta | series = | volume = | edition = | date = 2007 | location = Tangerang Selatan | pages = | language = Indonesia | url = http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/158847/ | doi = | id = | isbn = 978-979-3945-23-1 | mr = | zbl = | jfm =}}</ref>
| inactive_capacity = 4.300.000 m<sup>3</sup>
| width =
| began =
| open = 1930
| purpose = Irigasi
| status = Beroperasi
| closed =
| cost =
| designed_by =Pemerintah Hindia Belanda
| builder = Pemerintah Hindia Belanda
| owner = [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat]]
| plant_name = PLTA Ngebel
| plant_operator = [[PLN Nusantara Power]]
| plant_type = Konvensional
| turbines =1
| installed_capacity = 2,25 MW
| annual_generation = 1.600 MWh
| website =
|crest_width=6 m}}
'''Telaga Ngebel''' ({{lang-jv|ꦠ꧀ꦭꦒꦔꦼꦧꦼꦭ꧀|Tlaga Ngebel}}) adalah sebuah [[waduk]] yang dibangun di [[Ngebel, Ponorogo]] untuk menampung air dari [[Sungai Jeram]]. Walaupun begitu, sebagian besar air yang ditampung oleh waduk ini sebenarnya berasal dari [[Sungai Talun]], yang airnya dialirkan ke waduk ini melalui sebuah saluran yang dibangun mulai tahun 1920 hingga 1924. Waduk ini terutama dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian seluas sekitar 10.000 hektar dan membangkitkan listrik melalui sebuah PLTA berkapasitas 2,25 MW.<ref name="sinaro"/>
Waduk ini terletak di kaki [[Gunung Wilis]] pada ketinggian sekitar 730 meter di atas permukaan laut dan sekitar 12,5 kilometer dari pusat kota Ponorogo. Kedalaman waduk ini awalnya mencapai 59 meter, tetapi kini diperkirakan tinggal 20 meter, karena terjadinya [[sedimentasi]].<ref name="sinaro"/> Suhu udara di waduk ini berkisar antara 20-26 °C, sehingga juga menjadi salah satu obyek wisata andalan Ponorogo. Di bagian hulu dari salah satu sungai yang mengalir ke waduk ini terdapat sebuah air terjun yang diberi nama [[Air Terjun Toyomarto]].
==Legenda==▼
Telaga Ngebel dihubungkan dengan kisah seekor ular naga bernama “Baru Klinting“. Ular tersebut merupakan jelmaan dari Patih Kerajaan Bantaran Angin. Kala itu Sang patih sedang bermeditasi dengan wujud ular, dan secara tak sengaja ada seorang warga yang membawa ular jelmaan tersebut ke desa.<ref name="ngebel">[http://today.co.id/read/2011/05/30/35258/legenda_baru_klinting_ala_loch_ness_dari_ponorogo Legenda 'Baru Klinting' ala Loch Ness dari Ponorogo], 30 Mei 2011, diakses pada 5 Agustus 2011</ref>▼
== PLTA Ngebel ==
Untuk memaksimalkan pemanfaatan air yang tertampung di waduk ini, pada tahun 1959, PLN pun menugaskan Ir. [[Bagoes Moedjiantoro]] untuk merancang pembangunan [[PLTA]] di dekat waduk ini di bawah bimbingan dari Ir. [[Sedijatmo]]. PLTA Ngebel lalu dirancang dapat membangkitkan listrik sebanyak 1.600 MWh per tahun untuk memenuhi kebutuhan listrik di [[Karesidenan Madiun]]. PLTA Ngebel kemudian dibangun sendiri oleh PLN dengan menggunakan dana dari APBN. Awalnya, dibangun terowongan ''headrace'' sepanjang 640 meter untuk mengalirkan air dari waduk ke kolam tandon harian. Air lalu dialirkan ke PLTA melalui [[pipa pesat]] berdiameter 1 meter sepanjang 1 kilometer yang dibuat dari [[baja tahan karat]] setebal 6 milimeter dan dibungkus dengan beton bertulang setebal 10 centimeter. Kombinasi baja dan beton diperlukan, karena dengan [[kepala hidraulik|beda tinggi]] sebesar 183,5 meter, maka tekanan pada ujung bawah pipa pesat akan mencapai 18 atmosfer, sehingga jika dibuat dari beton bertulang saja akan terlalu tebal dan berat, tetapi jika hanya dibuat dari baja tahan karat akan terlalu mahal. Pipa pesat tersebut dirancang oleh Ir. Sedijatmo dan kemudian dipatenkan di [[Belanda]] pada tahun 1954. Rancangan pipa pesat Sedijatmo juga digunakan di [[PLTA Golang]], [[PLTA Timo]], dan [[PLTA Cikalong]].<ref name="sinaro"/>
▲== Legenda ==
▲Telaga Ngebel dihubungkan dengan kisah seekor ular naga bernama “Baru Klinting“. Ular tersebut merupakan jelmaan dari Patih Kerajaan Bantaran Angin. Kala itu Sang patih sedang bermeditasi dengan wujud ular
Sesampainya di desa, ular jelmaan tersebut hendak dijadikan makanan karena ukuran tubuhnya yang besar. Sebelum dipotong ular tersebut secara ajaib menjelma menjadi anak kecil, yang kemudian mendatangi masyarakat dan memutuskan membuat sayembara.<ref name="ngebel" />
Sang bocah kemudian menancapkan lidi di tanah,<ref name="ngebel" />
Legenda Telaga Ngebel ini konon terkait erat dan memiliki peran penting dalam sejarah Kabupaten Ponorogo. Konon salah seorang pendiri Kabupaten ini yakni [[Bathara Katong|Batoro
==
[[Berkas:Telaga Ngebel di Ponorogo.jpg|center|jmpl|700px|Pemandangan Telaga Ngebel, terdapat beberapa tambak ikan di telaga dan seorang pemancing (kiri bawah) di pinggiran telaga.]]
== Catatan kaki ==
<references />
== Lihat pula ==
* [[Larungan Risalah Doa]]
* [[Kabupaten Ponorogo]]
{{Topik Ponorogo}}
{{indo-geo-stub}}
{{Ponorogo-stub}}
[[Kategori:Kabupaten Ponorogo]]
[[Kategori:Danau di Jawa Timur]]
[[Kategori:DAS Solo]]
|