Rumah adat Sumba: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Yogwi21 (bicara | kontrib)
Cun Cun (bicara | kontrib)
 
(14 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:House-skullsRumah adat Sumba (Uma Bbatangu).jpg|ka|jmpl|280x280px|Sebuah rumah adat Sumba dengan ciri khas bagian puncak rumah di mana ''marapu'' berada.]]
'''Rumah adat Sumba'''  (bahasa Sumba:  ''uma mbatangu'', "rumah berpuncak") mengacu pada rumah adat vernakular [[Suku Sumba]] dari pulau [[Pulau Sumba|Sumba]], Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Rumah adat Sumba  memiliki dengan puncak yang tinggi pada atap dan hubungan kuat dengan roh-roh atau ''marapu''.{{Sfn|Wellem|2004}}
 
== Rumah ==
Pulau Sumba dihuni oleh beberapa kelompok budaya dan bahasa, namun semua memiliki adat arsitektur yang sama. [[Animisme]] sangat kuat dalam [[Suku Sumba|masyarakat Sumba]]. Adat agama difokuskan pada ''[[marapu]]''. ''Marapu'' mencakup roh-roh orang meninggal, dari tempat-tempat suci, benda-benda pusaka dan instrumen yang digunakan untuk berkomunikasi dengan dunia roh.{{Sfn|Fox|1998}} Konsep ini mempengaruhi arsitektur ruang dalam rumah adat Sumba. Terdapat dua rumah utama bagi orang Sumba. Rumah yang paling khas adalah ''uma mbatangu'' ("rumah berpuncak") dari Sumba Timur yang memiliki puncak tinggi di bagian tengah. Atap ini terbuat dari jerami, ''[[alang-alang]]'' dan agak mirip dengan puncak tengah pada rumah adat Jawa [[joglo]]. Rumah dengan pumcak paling besar  dikenal sebagai ''uma bungguru.''  Rumah ini adalah rumah utama klan dan menjadi tempat penting untuk ritual yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan klan, misalnya upacara pernikahan, pemakaman, dan sebagainya. Rumah besar juga merupakan rumah tinggal permanen bagi orang tertua di desa.{{Sfn|Wellem|2004}} Jenis lainnya adalah rumah ''uma kamadungu'' ("rumah botak") yang tidak memiliki puncak tengah.{{Sfn|Gunawan Tjahjono|1998}}
[[Berkas:Houses_of_Wainyapu,_Kodi.jpg|kiri|jmpl|220x220px|A striking feature of a Sumbanese village is that houses intermingle with tombs.]]
Pulau Sumba dihuni oleh beberapa kelompok budaya dan bahasa, namun semua memiliki adat arsitektur yang sama. [[Animisme]] sangat kuat dalam [[Suku Sumba|masyarakat Sumba]]. Adat agama difokuskan pada ''[[marapu]]''. ''Marapu'' mencakup roh-roh orang meninggal, dari tempat-tempat suci, benda-benda pusaka dan instrumen yang digunakan untuk berkomunikasi dengan dunia roh.{{Sfn|Fox|1998}} Konsep ini mempengaruhi arsitektur ruang dalam rumah adat Sumba. Terdapat dua rumah utama bagi orang Sumba. Rumah yang paling khas adalah ''uma mbatangu'' ("rumah berpuncak") dari Sumba Timur yang memiliki puncak tinggi di bagian tengah. Atap ini terbuat dari jerami, ''[[alang-alang]]'' dan agak mirip dengan puncak tengah pada rumah adat Jawa [[joglo]]. Rumah dengan pumcak paling besar dikenal sebagai ''uma bungguru.'' Rumah ini adalah rumah utama klan dan menjadi tempat penting untuk ritual yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan klan, misalnya upacara pernikahan, pemakaman, dan sebagainya. Rumah besar juga merupakan rumah tinggal permanen bagi orang tertua di desa.{{Sfn|Wellem|2004}} Jenis lainnya adalah rumah ''uma kamadungu'' ("rumah botak") yang tidak memiliki puncak tengah.{{Sfn|Gunawan Tjahjono|1998}}
 
Rumah adat Sumba biasa memiliki tata letak berbentuk persegi.  Empat tiang utama penopang atap puncak dari rumah ini, memiliki simbolisme mistis. Sebuah rumah adat Sumba dapat menampung satu hingga beberapa keluarga. Dua pintu masuk diposisikan di kiri dan kanan rumah. Tidak ada jendela di rumah adat Sumba, ventilasi udara melalui lubang kecil di dinding, yang terbuat dari anyaman dahan sawit atau selubung  [[Areca|pinang]]. Tanduk kerbau sering digunakan sebagai penghias dinding sebagai pengingat pengorbanan masa lalu.{{Sfn|Gunawan Tjahjono|1998}}
 
== Lihat pula ==
Baris 17 ⟶ 16:
== Karya yang dikutip ==
{{refbegin}}
* {{cite book |last=Forth |first=Gregory L. |date=1891 |title=Rindi: An Ethnographic Study of a Traditional Domain in Eastern Sumba |url=https://books.google.co.id/books?id=pY9uAAAAMAAJ |location=The Hague |volume=93 |publisher=KITLV |isbn=9789024761692}}
* {{cite book |series=Indonesian Heritage |title= Religion and Ritual |volume=9 |editor-last=Fox |editor-first=James J. |year=1998 |publisher=Archipelago Press |location=Singapore | isbn = 9813018585}}
* {{cite book |ref={{sfnRef|Gunawan Tjahjono 1998}} |series=Indonesian Heritage |title= Architecture |volume=6 |editor=Gunawan Tjahjono |year=1998 |publisher=Archipelago Press |location=Singapore | isbn = 9813018305 }}
* {{cite book |last=Wellem |first=F.D. |date=2004 |title=Injil dan Marapu: suatu studi historis-teologis tentang perjumpaan Injil dengan masyarakat Sumba pada periode 1876-1990 |trans-title=The Bible and Marapu: a historial-theological study on the arrival of the Bible into the society of Sumba 1876-1990 |url=https://books.google.co.id/books?id=sB2JCQWkIdgC&dq=uma+mbatangu&source=gbs_navlinks_s |language=Indonesian |location=Jakarta |publisher=Gunung Mulia |isbn=9796871718}}
{{refend}}
 
[[Kategori:TipeRumah rumahadat di Indonesia]]
[[Kategori:Sumba]]
[[Kategori:Budaya Nusa Tenggara Timur]]