Tumpeng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gondrong iqbal (bicara | kontrib)
k Saya haya menempelkan link website saya
Harsss (bicara | kontrib)
 
(6 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 14:
{{Sidebar masakan Indonesia}}
[[Berkas:Tumpeng-Jawa.jpg|jmpl|250px|Sego Tumpeng]]
[[Berkas:NasiVariasi Kuningtumpeng.jpgpng|jmpl|250px333x333px|Variasi Tumpeng untuk [[selamatan]]]]
'''Tumpeng''' atau '''nasi tumpeng''' {{Https://www.kulinerjadul.my.id/2023/07/resep-nasi-tumpeng-aa-acong-khas.html}}({{lang-jv|ꦱꦼꦒ​ꦠꦸꦩ꧀ꦥꦼꦁ​ꦱꦼꦒꦠꦸꦩ꧀ꦥꦼꦁ|sêga tumpêng}}) adalah [[makanan|panganan]]hidangan yang disajikan pada upacara adat masyarakat [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Bali|Bali]], [[Suku Madura|Madura]] dan [[Suku Sunda|Sunda]] yang penyajian [[nasi]]nya dibentuk [[kerucut]] dan ditata bersama dengan lauk-pauknya. Olahan nasi<ref>{{Cite web|title=Kuliner Jadul|url=https://www.kulinerjadul.my.id/|website=Kuliner Jadul|language=en|access-date=2023-07-24}}</ref> yang dipakai umumnya berupa [[nasi kuning]], nasi putih biasa, atau [[nasi uduk]]. Cara penyajian nasi ini khas [[Jawa]] atau masyarakat [[Suku Betawi|Betawi]] keturunan Jawa dan biasanya dibuat pada saat [[kenduri]] atau perayaan suatu kejadian penting. Meskipun demikian, masyarakat Indonesia sudah mengenal kegiatan ini secara umum.<ref>Asal-usul Tumpeng, Sajian yang Tak Pernah Absen di Setiap Perayaan[https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/08/02/asal-usul-tumpeng-sajian-yang-tak-pernah-absen-di-setiap-perayaan]</ref>
 
'''Tumpeng''' atau '''nasi tumpeng''' {{Https://www.kulinerjadul.my.id/2023/07/resep-nasi-tumpeng-aa-acong-khas.html}}({{lang-jv|ꦱꦼꦒ​ꦠꦸꦩ꧀ꦥꦼꦁ​|sêga tumpêng}}) adalah [[makanan|panganan]] upacara adat masyarakat [[Suku Jawa|Jawa]], [[Suku Bali|Bali]], [[Suku Madura|Madura]] dan [[Suku Sunda|Sunda]] yang penyajian [[nasi]]nya dibentuk [[kerucut]] dan ditata bersama dengan lauk-pauknya. Olahan nasi<ref>{{Cite web|title=Kuliner Jadul|url=https://www.kulinerjadul.my.id/|website=Kuliner Jadul|language=en|access-date=2023-07-24}}</ref> yang dipakai umumnya berupa [[nasi kuning]], nasi putih biasa, atau [[nasi uduk]]. Cara penyajian nasi ini khas [[Jawa]] atau masyarakat [[Suku Betawi|Betawi]] keturunan Jawa dan biasanya dibuat pada saat [[kenduri]] atau perayaan suatu kejadian penting. Meskipun demikian, masyarakat Indonesia sudah mengenal kegiatan ini secara umum.<ref>Asal-usul Tumpeng, Sajian yang Tak Pernah Absen di Setiap Perayaan[https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/08/02/asal-usul-tumpeng-sajian-yang-tak-pernah-absen-di-setiap-perayaan]</ref>
 
Tumpeng biasa disajikan di atas ''[[tampah]]'' (wadah berbentuk bundar tradisional yang terbuat dari anyaman bambu) yang telah dialasi daun pisang.<ref>Kisah Sejarah dan Makna Tumpeng yang Ternyata Filosofis Banget![https://www.idntimes.com/food/dining-guide/prila-arofani/kisah-sejarah-dan-makna-tumpeng#page-2]</ref><ref>Apa Itu Tumpeng? Ternyata Ini Rahasia di Balik Sajian Nasi yang Berbentuk Kerucut[https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/09/07/230155278/apa-itu-tumpeng-ternyata-ini-rahasia-di-balik-sajian-nasi-yang-berbentuk]</ref><ref>Mengungkap Filosofi Jenis Lauk di Nasi Tumpeng[https://investor.id/lifestyle/297351/mengungkap-filosofi-jenis-lauk-di-nasi-tumpeng]</ref>
Baris 30 ⟶ 29:
 
Acara yang melibatkan nasi tumpeng disebut secara awam sebagai 'tumpengan'. Di [[Yogyakarta]] misalnya, berkembang tradisi 'tumpengan' pada malam sebelum tanggal 17 Agustus, Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, untuk mendoakan keselamatan negara.
 
'''Kesalahan Saat Membagikan Tumpeng'''
 
Sering kita jumpai masyarakat awam bahkan hingga kaum pelaku tradisi dan budaya masih salah dalam memperlakukan tumpeng. Orang-orang dalam acara yang menggunakan tumpeng memotong bagian atas tumpeng secara horizontal, hal ini sangatlah keliru. Bagian atas tumpeng melambangkan Tuhan dan bagian bawah melambangkan kawula-Nya, sehingga tumpeng itu juga adalah simbol dari penyatuan Tuhan dan hamba-Nya atau dalam bahasa Jawa disebut "''manunggaling kawula Gusti''". Sehingga jika tumpeng itu dipotong bagian atasnya secara horizontal maka terputuslah penyatuan antara Tuhan dan hamba-Nya. Tumpeng dapat dibelah di bagian tengah dari bagian dasar ke puncak sehingga terpisah menjadi 2 kemudian dikeduk dari bawah ke atas agar bagian bawah dan atas dapat menyatu, baru setelah itu dibagikan.<ref>{{Cite web|last=Khairunnisa|first=Syifa Nuri|date=2020-08-19|title=Jangan Potong Puncak Tumpeng, Begini Cara yang Benar|url=https://www.kompas.com/food/read/2020/08/10/121200075/jangan-potong-puncak-tumpeng-begini-cara-yang-benar|website=Kompas.com|access-date=2024-08-16}}</ref>
 
== Lauk-pauk ==
 
Tidak ada lauk-pauk baku untuk menyertai nasi tumpeng. Namun, beberapa lauk-pauk yang biasa menyertai adalahantara lain [[perkedel]], [[abon]], [[kedelai]] goreng, telur dadar/[[telur goreng]], [[timun]] yang dipotong melintang, dan daun [[seledri]]. Variasinya melibatkan [[tempe]] kering, [[serundeng]], [[urap]] [[kacang panjang]], [[ikan asin]] atau [[lele]] [[goreng]], dan sebagainya. Dalam pengartian makna tradisional tumpeng, dianjurkan bahwa lauk-pauk yang digunakan terdiri dari hewan darat (ayam atau sapi), hewan laut (ikan lele, ikan bandeng atau rempeyek teri) dan sayur-mayur (kangkung, bayam atau kacang panjang). Setiap lauk ini memiliki pengartian tradisional dalam budaya Jawa dan Bali.
Lomba merias tumpeng cukup sering dilakukan, khususnya di kota-kota di [[Jawa Tengah]] dan [[Yogyakarta]], umtuk memeriahkan Hari Proklamasi Kemerdekaan.
 
Baris 43 ⟶ 46:
* ''Tumpeng Nasi Kuning'' - warna kuning menggambarkan kekayaan dan moral yang luhur. Digunakan untuk syukuran acara-acara gembira, seperti kelahiran, pernikahan, tunangan, dan sebagainya.
* ''Tumpeng Nasi Uduk'' - Disebut juga ''tumpeng tasyakuran''. Digunakan untuk peringatan Maulud Nabi.
* ''Tumpeng Seremonial/Modifikasi/Variasi -'' Biasa digunakan sebagai tumpeng hantaran untuk acara keluarga''.''
 
Dalam [[Serat Centhini]], yakni semacam kitab ensiklopedia kebudayaan [[Jawa]] dari awal abad XIX, disebutkan tidak kurang dari sembilan rupa tumpeng yang perlu disiapkan sebagai ''[[sajen]]'' dalam pertunjukan [[wayang kulit]] dan ruwatan. Aneka tumpeng ini dituliskan pada tembang (pupuh) ke-157 bait 2-3. Disebutkan, antara lain, ''tumpĕng tutul'', ''tumpĕng lugas'', ''tumpĕng kĕndhit'', ''tumpĕng pucuk lombok bang'' (tumpeng dengan [[cabai merah]] di pucuknya), ''tumpĕng magana isi janganan'' (tumpeng megana isi sayuran), ''tumpĕng magana isi wak ayam'' (tumpeng megana isi ayam), ''tumpĕng rajĕg dom-wajane'', ''tumpĕng tigan ing pucuk'' (dengan [[telur]] di pucuknya), dan ''tumpĕng sĕmbur''.<ref>{{aut|Ranggasutrasna, R.Ng.}} ''dkk.'' (1814). ''Serat Suluk Tambangraras'' (Serat Centhini) [https://archive.org/details/seratcenthini/centhini02/page/n363/mode/2up Jil. '''II''': 365 (Pupuh 157: 2-3)]</ref>
Baris 51 ⟶ 54:
 
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://hobimasak.info/resep-tumpeng-putih/ Resep Tumpeng Putih]
{{Makanan-stub}}{{Masakan Indonesia}}