Sunda Kelapa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
bentuk baku |
k Penambahan templat |
||
(54 revisi perantara oleh 39 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox Port
|name=Pelabuhan Sunda Kelapa
|sizewater=
'''Sunda Kelapa''' ([[Bahasa Sunda|Sd.]] ''Sunda Kalapa'') adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya di [[Jakarta]], [[Indonesia]]. Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, [[Penjaringan, Jakarta Utara|kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara]].▼
|leader=
|leadershiptitle=
Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di Jakarta, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta yang hari jadinya ditetapkan pada tanggal [[22 Juni]] [[1527]]. Kala itu Kalapa, nama aslinya, merupakan pelabuhan [[Kerajaan Sunda]] atau yang lebih dikenal saat itu sebagai Kerajaan Pajajaran yang beribukota di [[Pakuan Pajajaran]] (sekarang kota [[Bogor]]) yang direbut oleh pasukan Demak dan Cirebon. Walaupun hari jadi kota Jakarta baru ditetapkan pada [[abad ke-16]], sejarah Sunda Kelapa sudah dimulai jauh lebih awal, yaitu pada zaman pendahulu Pajajaran, yaitu kerajaan [[Tarumanagara]]. Kerajaan Taruma Negara merupakan kerajaan tertua, bagaimana mungkin diserang oleh kwrajaan yang belum berdiri▼
|arrivals=Per jam|employees=
|piers=
|wharfs=
|berths=
|size=
|sizeland=50.8 Ha
|type=Pelabuhan alami
|image=Pinisi Sunda Kelapa.jpg
|owner=
|operated=PT [[Pelabuhan Indonesia]] (Persero)
|opened=
|coordinates={{Coord|-6.127439|106.809034
|type:landmark_region:IDJK|display=inline,title}}
|location=[[Jakarta Utara]], [[Indonesia]]
|locode=
|pushpin_map=Yes
|country=[[Indonesia]]
|image_caption=Kapal [[Pinisi]] yang berlabuh di Sunda Kelapa
|image_size=
|website={{URL|http://www.indonesiaport.co.id/read/sunda-kelapa.html}}
}}
▲'''Sunda Kelapa''' (
▲Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di Jakarta, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta yang hari jadinya ditetapkan pada tanggal [[22 Juni]] [[1527]]. Kala itu Kalapa, nama aslinya, merupakan pelabuhan [[Kerajaan Sunda]] atau yang lebih dikenal saat itu sebagai Kerajaan Pajajaran yang
== Sejarah ==
Baris 9 ⟶ 33:
=== Masa Hindu-Buddha ===
Menurut penulis Portugis [[Tomé Pires]], Kalapa adalah pelabuhan terbesar di Jawa Barat, selain [[Kerajaan Sunda|Sunda]] (Banten), [[Pontang]], [[Ci Sadane|Cigede]], [[Tamgara]] dan [[Ci Manuk|Cimanuk]] yang juga dimiliki Pajajaran.<ref>Supratikno Rahardjo et al (1996:21)</ref> Sunda Kelapa yang dalam teks ini disebut ''Kalapa'' dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama ''Dayo'' (dalam bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti kota) dalam tempo dua hari.<ref>(ibidem 1996:23)</ref>
Pelabuhan ini telah dipakai sejak zaman Tarumanagara dan diperkirakan sudah ada sejak [[abad ke-5]] dan saat itu disebut Sundapura. Pada [[abad ke-12]], pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan [[lada]] yang sibuk milik [[Kerajaan Sunda]], yang memiliki
=== Masa Islam dan awal kolonialisme Barat ===
Baris 22 ⟶ 46:
Lalu pada tahun 1522 Gubernur [[Alfonso d'Albuquerque]] yang berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk menghadiri undangan raja Sunda untuk membangun benteng keamanan di Sunda Kalapa untuk melawan orang-orang Cirebon yang bersifat ekspansif. Sementara itu kerajaan Demak sudah menjadi pusat kekuatan politik Islam. Orang-orang Muslim ini pada awalnya adalah pendatang dari [[Suku Jawa|Jawa]] dan diantaranya merupakan keturunan Arab.
Maka pada tanggal [[21 Agustus]] [[1522]] dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa, sedangkan Sunda Kelapa akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda akan memberikan kepada orang-orang Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan. Sebuah batu peringatan atau ''[[padraõ]]'' dibuat untuk memperingati peristiwa itu. [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal|Padrao dimaksud]] disebut sebagai layang salaka domas dalam cerita rakya Sunda [[Mundinglaya Dikusumah]]. Padraõ itu ditemukan kembali pada tahun 1918 di sudut Prinsenstraat (Jalan
Kerajaan Demak menganggap perjanjian persahabatan Sunda-Portugal tersebut sebagai sebuah provokasi dan suatu ancaman baginya. Lantas [[Demak]] menugaskan [[Fatahillah]] untuk mengusir [[Portugis]] sekaligus merebut kota ini. Maka pada tanggal [[22 Juni]] [[1527]], pasukan gabungan Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) merebut Sunda Kelapa. Tragedi tanggal 22 Juni inilah yang hingga kini selalu dirayakan sebagai hari jadi kota Jakarta. Sejak saat itu nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai kota kemenangan atau kota kejayaan, namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha" dari [[bahasa Sanskerta]], ''jayakṛta'' ([[aksara Dewanagari|Dewanagari]] जयकृत).<ref>Sesuai Gonda (1951:348) yang mengutip Hoessein Djajadiningrat.</ref>
Baris 34 ⟶ 58:
Sekitar tahun [[1859]], Sunda Kalapa sudah tidak seramai masa-masa sebelumnya. Akibat pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan sehingga barang-barang dari tengah laut harus diangkut dengan perahu-perahu. Kota [[Batavia]] saat itu sebenarnya sedang mengalami percepatan dan sentuhan modern (modernisasi), apalagi sejak dibukanya [[terusan Suez|Terusan]] [[Suez]] pada 1869 yang mempersingkat jarak tempuh berkat kemampuan kapal-kapal uap yang lebih laju meningkatkan arus pelayaran antar samudera. Selain itu [[Batavia]] juga bersaing dengan [[Singapura]] yang dibangun [[Raffles]] sekitar tahun [[1819]].
Maka dibangunlah [[Pelabuhan Tanjung Priok|pelabuhan
Selain itu pada pertengahan abad ke-19 seluruh kawasan sekitar [[Menara Syahbandar]] yang ditinggali para elit [[Belanda]] dan [[Eropa]] menjadi tidak sehat. Dan segera sesudah wilayah sekeliling [[Batavia]] bebas dari ancaman binatang buas dan gerombolan budak pelarian, banyak orang Sunda Kalapa berpindah ke wilayah selatan.
Baris 41 ⟶ 65:
Pada masa pendudukan oleh bala tentara [[Jepang|Dai Nippon]] yang mulai pada tahun [[1942]], Batavia diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala tentara Dai Nippon keluar pada tahun 1945, nama ini tetap dipakai oleh Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Kemudian pada masa [[Orde Baru]], nama Sunda Kelapa dipakai kembali. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.D.IV a.4/3/74 tanggal [[6 Maret]] [[1974]], nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama pelabuhan. Pelabuhan ini juga biasa disebut Pasar Ikan karena di situ terdapat pasar ikan yang besar.
== Sunda Kelapa
[[Berkas:Watchtower Sunda Kelapa.jpg|ka|jmpl|250px|Menara pengawas Sunda Kelapa]]Pada saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan [[wisata]] karena nilai sejarahnya yang tinggi. Saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu [[pelabuhan]] yang dikelola oleh [[PT Pelindo II]] yang tidak disertifikasi ''[[International Ship and Port Security]]'' karena sifat pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau.▼
▲Pada saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan [[wisata]] karena nilai sejarahnya yang tinggi. Saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu [[pelabuhan]] yang dikelola oleh [[PT Pelindo II]] yang tidak disertifikasi ''[[International Ship and Port Security]]'' karena sifat pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau.
Saat ini pelabuhan Sunda Kelapa memiliki luas daratan 760 hektare serta luas perairan kolam 16.470 hektare, terdiri atas dua pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utama memiliki panjang area 3.250 meter dan luas kolam lebih kurang 1.200 meter yang mampu menampung 70 perahu layar motor. Pelabuhan Kalibaru panjangnya 750 meter lebih dengan luas daratan 343.399 meter persegi, luas kolam 42.128,74 meter persegi, dan mampu menampung sekitar 65 kapal antar pulau dan memiliki lapangan penumpukan barang seluas 31.131 meter persegi.
Baris 54 ⟶ 75:
Di sebelah selatan pelabuhan ini terdapat pula Galangan Kapal VOC dan gedung-gedung VOC yang telah direnovasi. Selain itu pelabuhan ini direncanakan akan menjalani [[reklamasi]] pantai untuk pembangunan terminal multifungsi [[Ancol Timur]] sebesar 500 hektare.
== Galeri ==
<gallery class="center" widths=200px>
Sunda Kelapa Februari 2020.jpg|Dua kapal sedang bersandar di Pelabuhan Sunda Kelapa Pada 22 Februari 2020.
Old harbour of Jakarta, 2005.jpg|Sunda Kelapa masa kini
Fort sunda kelapa.jpg|Gudang-gudang tua di dekat pelabuhan Sunda Kelapa, yang sekarang dikenal sebagai menjadi [[Museum Bahari]].
Padrao sunda kelapa.jpg|[[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal]], sebuah tugu batu untuk memperingati perjanjian antara Kerajaan Portugal dan Sunda yang saat ini berada di [[Museum Nasional Indonesia]], [[Jakarta]].
</gallery>
== Catatan kaki ==
Baris 66 ⟶ 95:
== Pranala luar ==
{{commons cat|Sunda Kelapa}}
* {{id}} [http://www.jakartautara.com/ Portal Berita dan Informasi Jakarta Utara]
* {{id}} [http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0404/25/0903.htm Menyusuri Kota Tua Jakarta, Pikiran Rakyat] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20050508175402/http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0404/25/0903.htm |date=2005-05-08 }}
* {{id}} [http://www.kompas.com/kompas-cetak/0312/18/metro/754153.htm Pelabuhan Sunda Kelapa yang Terabaikan]
{{Pelabuhan Pelindo}}{{Batavia}}
[[Kategori:Sejarah Jakarta]]
|