Gokbori: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
+infobox |
+perubahan redaksi subjudul |
||
Baris 39:
Gökböri—bermakna "Serigala Biru" dalam [[bahasa Turkik Kuno]]—adalah putra Zain ad-Din Ali Kutchek, Emir Erbil (atau dikenal sebagai Arbela dalam literatur berbahasa Arab kontemporer). Leluhur Gökböri adalah [[Turkoman (etnonim)|Turkoman]] dan keluarganya, yang dikenal sebagai Begtegīnids, berhubungan dengan orang-orang [[Dinasti Seljuk|Turki Seljuk]]. Setelah ayahnya meninggal pada bulan Agustus 1168, Gökböri yang berusia empat belas tahun meneruskan jabatannya sebagai penguasa Erbil. Akan tetapi, [[atabeg]] Erbil, Kaimaz, menyingkirkan Gökböri dan menyerahkan kekuasaan kepada adiknya, Zain ad-Din Yusuf. Gökböri, yang kemudian diasingkan dari Erbil, akhirnya mengabdi pada pangeran dari dinasti [[Dinasti Zankiyah|Zanki]] yaitu [[Ghazi II Saifuddin|Saif ad-Din Ghazi ibn Maudud]] yang berkuasa di [[Mosul]]. Penguasa Mosul kemudian memberikan Gökböri kota [[Harran]] sebagai wilayah kekuasaannya.<ref>{{Cite book|last=Phillips|first=Jonathan|date=2019|title=The Life and Legend of the Sultan Saladin|publisher=Random House|page=391|language=English|chapter=Progress in Syria and Reynald's Red Sea Raid|quote=The Turkmen ruler of Harran, Muzaffar al-Din Keukburi ('Keukburi' is a Turkish name meaning 'Blue Wolf') approached Saladin offering to support his plans.}}</ref><ref>Ibn Khallikan, pp. 535-536</ref><ref>Nováček et al., p. 4</ref>
== Karir militer pada dinasti
Sekitar tahun 1164, [[Salahuddin Ayyubi|Salahuddin Al-Ayyubi]], yang awalnya merupakan penguasa di bawah [[Nuruddin Zanki]] dari dinasti Zanki di Syria, menaklukan Mesir. Salahuddin berambisi mempersatukan wilayah Mesir dan Suriah di bawah kekuasaannya, dan memisahkan diri dari dinasti Zanki, yang ditolak oleh Nuruddin. Pada tahun 1174 Nuruddin mempersiapkan pasukannya untuk menaklukan Mesir, namun ia meninggal sebelum dapat bergerak melawan Salahuddin. Setelah kematian Nuruddin, Salahuddin bergerak menaklukan Suriah. Gökböri pada saat itu memimpin sayap kanan pasukan dinasti Zanki yang dikalahkan oleh Salahuddin pada 13 April 1175 di [[Pertempuran Tanduk Hama|Pertarungan di Tanduk Hama]]. Selama pertempuran, sayap kanan pasukan dinasti Zanki berhasil menghancurkan sayap kiri pasukan Salahuddin, sebelum akhirnya dikalahkan oleh serangan pengawal Salahuddin.<ref>Baha' ad-Din, pp. 73-74</ref>
== Karir militer pada dinasti Ayyubiyah ==
[[Berkas:Begtiginids._Muzaffar_al-Din_Kökburi._AH_563-630_(AD_1167-1233)_Unlisted_(Irbil)_mint._Struck_circa_AD_1187-1191.jpg|jmpl| Koin Muzaffar al-Din Gökböri. Cetakan yang tidak terdaftar (Irbil). Dipukul sekitar tahun 1187-1191 M. ''Sisi Depan:'' Sosok yang sedang bertahta menghadap, memegang bola dunia; nama dan gelar Muzaffar al-Din Gökböri ada di sekelilingnya. ''Bagian belakang:'' Nama dan gelar penguasa Ayyubiyah dalam tiga baris di dalam kotak berpelet; kelanjutan nama dan gelar di margin luar. <ref>Whelan Type III, 251 and 253; CMM 826-36; Album 1888.1.</ref>]]
Setelah kekalahan dinasti Zanki di Hama, dan ketiadaan tokoh pemersatu setelah Nuruddin meninggal, Gökböri menyadari bahwa pengaruh Zanki memudar di Suriah dan ''Jazira'' dan akhirnya menyerahkan diri untuk mengabdi kepada Salahuddin pada tahun 1182. Saat itu, Salahuddin ditolak oleh penduduk kota [[Beirut]] dan bergerak menuju Aleppo ketika Gökböri menemuinya dengan ajakan untuk bergerak menyebrangi [[sungai Efrat]] menuju wilayah ''Jazira'', di mana ia diyakinkan akan disambut oleh penduduk di sana. Dukungan Gökböri terhadap Salahuddin berperan penting dalam menaklukan wilayah kekuasaan dinasti Zanki di wilayah ''Jazira''; tak lama berselang, hanya kota Mosul dan Aleppo yang tetap berada di bawah kendali dinasti Zanki.<ref name="N and N 17">Nicholson and Nicolle, p. 17</ref><ref>Hazard, pp. 576-577</ref>
Baris 50:
Setelah menaklukkan wilayah Suriah Utara dan ''Jazira'', Salahuddin menyerahkan wilayah [[Edessa, Mesopotamia|Edessa]] (kini wilayah [[Sanli Urfa|Urfa]]) dan [[Samsat]] sebagai imbalan kepada Gökböri. Salahuddin juga kemudian menikahkan saudara perempuannya, Siti Rabia [[Khatun]], dengan Gökböri.<ref name="N and N 17">Nicholson and Nicolle, p. 17</ref>
==
[[Berkas:Citadel_of_Hewlêr_(Erbil),_Iraqi_Kurdistan.jpg|jmpl| [[Benteng Erbil]], [[Kurdistan Irak]]]]
Gökböri kemudian dikenal sebagai pemimpin militer yang andal dan terampil. Sekretaris Salahuddin, sejarawan [[Imad ad-Din al-Isfahani]], menggambarkannya sebagai: "...seorang yang berani, pahlawan dalam strategi yang dipikirkan dengan matang, singa yang langsung menuju sasaran, pemimpin yang paling dapat diandalkan dan paling teguh." <ref name="N and N 17" />
|