Rumah Betang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Membatalkan 1 suntingan oleh 139.228.4.145 (bicara) ke revisi terakhir oleh Ariandi Lie Tag: Pembatalan |
||
(15 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
[[Berkas:Rumah Betang Sei Pasah 180505002.JPG|jmpl|Rumah Betang Sei Pasah di [[Kabupaten Kapuas|Kapuas]], [[Kalimantan Tengah]].]]
'''Rumah betang''' adalah rumah adat khas ''Kalimantan'' yang terdapat diberbagai penjuru Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat ''Dayak'' terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat permukiman ''suku Dayak''.<ref name="Kalimantan">http://www.kalimantan-news.com/wisata.php?idw=4 {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150402122629/http://www.kalimantan-news.com/wisata.php?idw=4 |date=2015-04-02 }} Kalimantan news diakses 21 Maret 2015</ref>
Di Kalimantan Barat, rumah betang biasa disebut ''[[rumah panjang]]'', ''rumah radakng'', atau ''rumah panjai''. Di Kalimantan Tengah, ada yang menyebutnya ''lewu''. Di Kalimantan Timur, ada yang menyebutnya ''lou'' atau ''lamin''. Di Kalimantan Utara, rumah betang dikenal dengan ''lamin'' atau ''baloi''. Sedangkan di Kalimantan Selatan di sebut ''Balai''.
== Ciri-ciri ==
Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang.<ref name="Academia">https://www.academia.edu/8259028/Rumah_Betang Rumah betang diakses 21 Maret 2015</ref> Panjangnya bisa mencapai 30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang tingginya sekitar 3-5 meter.<ref
Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah Betang atau rumah panjang haruslah memenuhi beberapa persyaratan berikut di antaranya pada hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam.<ref name="Academia"/> Hal ini dianggap sebagai simbol dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga terbenam.Semua suku Dayak, terkecuali suku Dayak Punan yang hidup mengembara, pada mulanya berdiam dalam kebersamaan hidup secara komunal di rumah betang/rumah panjang, yang lazim disebut [[Lou]], [[Lamin]], Betang, dan [[Lewu Hante]].<ref name="kebudayaan Indonesia">http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1054/rumah-adat-betang {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150402165941/http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1054/rumah-adat-betang |date=2015-04-02 }} Rumah adat betang diakses 21 Maret 2015</ref> Betang memiliki keunikan tersendiri, keunikan dari rumah betang bisa dijelaskan sebagai berikut▼
Rumah betang bentuknya memanjang serta terdapat sebuah tangga dan pintu masuk ke dalam betang.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Tangga sebagai alat penghubung pada betang dinamakan [[hejot]].<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Betang yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang meresahkan para penghuni betang, seperti menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba, binatang buas, ataupun banjir yang terkadang datang melanda.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Hampir semua betang dapat ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan.<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
Bangunan betang biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu [[kayu ulin]], selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun, kayu ini juga anti [[rayap]].<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
Pada halaman depan betang biasanya terdapat balai sebagai tempat menerima tamu maupun sebagai tempat pertemuan adat.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Pada halaman depan betang selain terdapat balai juga dapat dijumpai [[sapundu]].<ref name="kebudayaan Indonesia"/> [[Sapundu]] merupakan sebuah [[patung]] atau [[totem]] yang pada umumnya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran yang khas.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Sapundu memiliki fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang akan dikurbankan untuk prosesi upacara adat.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Terkadang terdapat juga [[patahu]] di halaman betang yang berfungsi sebagai rumah pemujaan.<ref name="Blogspot">http://rocky-reinaldo.blogspot.com/ Rumah adat betang blogspot diakses 21 Maret 2015</ref>
Pada bagian belakang dari betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran kecil yang dinamakan [[tukau]] yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat pertanian, seperti [[lisung]] atau [[halu]].<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Pada betang juga terdapat sebuah tempat yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut [[bawong]].<ref name="Blogspot"/> Pada bagian depan atau bagian belakang betang biasanya terdapat pula [[sandung]].<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Sandung adalah sebuah tempat penyimpanan tulang-tulang keluarga yang sudah meninggal serta telah melewati proses upacara [[tiwah]].<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
▲Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah Betang haruslah memenuhi beberapa persyaratan berikut di antaranya pada hulunya haruslah searah dengan matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam. Hal ini dianggap sebagai simbol dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga terbenam.Semua suku Dayak, terkecuali suku Dayak Punan yang hidup mengembara, pada mulanya berdiam dalam kebersamaan hidup secara komunal di rumah betang/rumah panjang, yang lazim disebut [[Lou]], [[Lamin]], Betang, dan [[Lewu Hante]].
== Makna dan
Rumah Panjang/Rumah Betang bagi masyarakat Dayak tidak saja sekadar ungkapan legendaris kehidupan nenek moyang, melainkan juga suatu pernyataan secara utuh dan konkret tentang tata pamong desa, organisasi sosial serta sistem kemasyarakatan, sehingga tak pelak menjadi titik sentral kehidupan warganya.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Sistem nilai budaya yang dihasilkan dari proses kehidupan rumah panjang, menyangkut soal makna dari hidup manusia; makna dari pekerjaan; karya dan amal perbuatan; persepsi mengenai waktu; hubungan manusia dengan alam sekitar; soal hubungan dengan sesama.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Dapat dikatakan bahwa rumah betang memberikan makna tersendiri bagi masyarakat Dayak.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Rumah betang adalah pusat kebudayaan mereka karena disanalah seluruh kegiatan dan segala proses kehidupan berjalan dari waktu ke waktu.<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
Baris 16 ⟶ 24:
Rumah betang selain sebagai tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan tradisional warga masyarakat.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Apabila diamati secara lebih saksama, kegiatan di rumah panjang menyerupai suatu proses pendidikan tradisional yang bersifat non-formal. Rumah betang menjadi tempat dan sekaligus menjadi sarana yang efektif bagi masyarakat Dayak untuk membina keakraban satu sama lain.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Di tempat inilah mereka mulai berbincang-bincang untuk saling bertukar pikiran mengenai berbagai pengalaman, pengetahuan dan keterampilan satu sama lain.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Hal seperti itu bukanlah sesuatu yang sukar untuk dilakukan, meskipun pada malam hari atau bahkan pada saat cuaca buruk sekalipun, sebab mereka berada di bawah satu atap.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Demikianlah pengalaman, pengetahuan dan keterampilan diwariskan secara lisan kepada generasi penerus.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Dalam suasana kehidupan rumah panjang, setiap warga selalu dengan sukarela dan terbuka terhadap warga lainnya dalam memberikan petunjuk dan bimbingan dalam mengerjakan sesuatu.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Kesempatan seperti itu juga terbuka bagi kelompok dari luar rumah panjang.<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
== Kehidupan
[[Berkas:Rumah Betang Ensaid Panjang 4.jpg|jmpl|Rumah Betang Ensaid Panjang, salah satu rumah betang yang masih dihuni di [[Kalimantan Barat]].]]
Rumah betang yang tersisa pada masyarakat Dayak merupakan contoh kehidupan budaya tradisional yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Kiranya perlu diungkapkan lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Dayak dapat mempertahankan rumah betang mereka.<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
Baris 23 ⟶ 31:
Pola permukiman rumah betang erat hubungannya dengan sumber-sumber makanan yang disediakan oleh alam sekitarnya, seperti lahan untuk berladang, sungai yang banyak ikan, dan hutan-hutan yang dihuni binatang buruan.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Namun dewasa ini, ketergantungan pada alam secara bertahap sudah mulai berkurang.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Masyarakat Dayak telah mulai mengenal perkebunan dan peternakan.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Rumah betang menggambarkan keakraban hubungan dalam keluarga dan pada masyarakat.<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
== Seni
Rumah betang selain tempat kediaman juga merupakan pusat segala kegiatan tradisional warga masyarakat.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Apabila diamati secara lebih saksama, kegiatan di rumah betang menyerupai proses pendidikan tradisional yang bersifat non formal.<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
Dalam masyarakat Dayak terdapat pembagian tugas atau perbedaan dalam mengerjakan seni tradisional.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Kaum pria terampil dalam [[ngamboh]] (pandai besi), menganyam, dan mengukir, sedangkan wanita lebih terampil dalam menenun dan menganyam yang halus.<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
Dalam kelompok yang relatif kecil lebih mudah bagi setiap warga untuk berusaha menambah pengetahuan dan keterampilannya, sehingga mereka dapat berguna dalam masyarakat, sebab apabila mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai mereka dianggap pemalas.<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
== Beberapa Aspek
Meski terbilang sangat sederhana dan jauh dari kesan mewah, rumah betang tetaplah menjadi hunian yang bernilai tinggi bagi masyarakat Dayak.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Oleh karena itu sangat penting kiranya bagi kita untuk mencermati lebih jauh pandangan masyarakat Dayak mengenai rumah betang yang tercermin dalam beberapa aspek berikut ini:<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
Baris 37 ⟶ 45:
'''Aspek ekonomi'''. Rumah panjang memegang peranan penting dalam distribusi arus tenaga kerja dan hasil kerja antar keluarga.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Pemakaian tenaga kerja tambahan dari keluarga lain, merupakan kunci dari sistem perladangan yang mereka jalankan.<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
== Bagian-bagian Rumah Betang ==
Berdasarkan kepercayaan suku Dayak ada ketentuan khusus dalam peletakan ruang pada Rumah Betang yaitu:<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
#
#
#
#
#
#
#
#
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Kalimantan Tengah]]
|