Revolusi Prancis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k typo |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
(411 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox historical event
|Event_Name = Revolusi Prancis<br /> ''Révolution française''
|Image_Name = Anonymous - Prise de la Bastille.jpg
|Image_Caption = [[Penyerbuan Bastille]], 14 Juli 1789.
|Participants = Rakyat Prancis
|Location = [[Prancis]]
|Date = 1789–1799
|Result = * Dihapuskannya kekuasaan raja, aristokrat, gereja, dan digantikan oleh republik demokratik sekuler dan radikal yang lebih otoriter dan termiliteristik.
* Perubahan sosial radikal yang berdasarkan pada prinsip-prinsip [[nasionalisme]], [[demokrasi]], dan [[Zaman Pencerahan|Pencerahan]] mengenai [[kewarganegaraan]] dan [[hak asasi manusia|hak asasi]].
* Naiknya [[Napoleon Bonaparte]].
* [[Perang Revolusi Prancis|Konflik bersenjata]] dengan negara-negara [[Eropa]] lainnya.
}}
{{Sejarah Prancis}}
'''Revolusi Prancis''' ({{lang-fr|Révolution française}}; 1789–1799), adalah suatu periode pergolakan politik dan sosial [[Radikalisme politik|radikal]] di [[Prancis]] yang memiliki dampak abadi terhadap [[sejarah Prancis]], dan lebih luas lagi, terhadap [[Eropa]] secara keseluruhan. Revolusi ini merupakan salah satu dari revolusi besar dunia yang mampu mengubah tatanan kehidupan masyarakat.<ref>{{Cite news|last=Welianto|first=Ari|title=Penyebab Terjadinya Revolusi Perancis|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/27/160000869/penyebab-terjadinya-revolusi-perancis|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2020-08-31|editor-last=Welianto|editor-first=Ari}}</ref> [[Monarki absolut]] yang telah memerintah Prancis selama berabad-abad runtuh dalam waktu tiga tahun. Rakyat Prancis mengalami transformasi sosial politik yang epik; [[feodalisme]], [[aristokrasi]], dan [[monarki mutlak]] diruntuhkan oleh kelompok politik radikal [[sayap kiri]], oleh [[Sans-culottes|massa di jalan-jalan]], dan oleh masyarakat petani di perdesaan.<ref>{{cite web|title=French Revolution|url=http://faculty.ucc.edu/egh-damerow/french_revolution.htm|access-date=2013-05-05|archive-date=2013-05-24|archive-url=https://web.archive.org/web/20130524140750/http://faculty.ucc.edu/egh-damerow/french_revolution.htm|dead-url=yes}}</ref>
Ide-ide lama yang berhubungan dengan tradisi dan hierarki monarki, aristokrat, dan Gereja Katolik digulingkan secara tiba-tiba dan digantikan oleh prinsip-prinsip baru; [[Liberté, égalité, fraternité]] (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Ketakutan terhadap penggulingan menyebar pada monarki lainnya di seluruh Eropa, yang berupaya mengembalikan tradisi-tradisi monarki lama untuk mencegah pemberontakan rakyat. Pertentangan antara pendukung dan penentang Revolusi terus terjadi selama dua abad berikutnya.
Di tengah-tengah krisis keuangan yang melanda Prancis, [[Louis XVI]] naik takhta pada tahun 1774. Pemerintahan Louis XVI yang tidak kompeten semakin menambah kebencian rakyat terhadap monarki. Didorong oleh sedang berkembangnya ide [[Zaman Pencerahan|Pencerahan]] dan sentimen radikal, Revolusi Prancis pun dimulai pada tahun 1789 dengan diadakannya pertemuan ''[[Etats-Généraux 1789|Etats-Généraux]]'' pada bulan Mei. Tahun-tahun pertama Revolusi Prancis diawali dengan diproklamirkannya [[Sumpah Lapangan Tenis]] pada bulan Juni oleh ''Etats'' Ketiga, diikuti dengan [[Penyerbuan Bastille|serangan terhadap Bastille]] pada bulan Juli, [[Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara]] pada bulan Agustus, dan [[Mars perempuan di Versailles|mars kaum wanita di Versailles]] yang memaksa istana kerajaan pindah kembali ke Paris pada bulan Oktober. Beberapa tahun kedepannya, Revolusi Prancis didominasi oleh perjuangan kaum liberal dan sayap kiri pendukung monarki yang berupaya menggagalkan reformasi.
[[Republik Prancis Pertama|Sebuah negara republik]] didirikan pada bulan Desember 1792 dan Raja Louis XVI dieksekusi setahun kemudian. [[Perang Revolusi Prancis]] dimulai pada tahun 1792 dan berakhir dengan kemenangan Prancis secara spektakuler. Prancis berhasil menaklukkan [[Semenanjung Italia]], [[Negara-Negara Rendah]], dan sebagian besar wilayah di sebelah barat [[Rhine]]{{ndash}}prestasi terbesar Prancis selama berabad-abad.
Secara internal, sentimen radikal Revolusi berpuncak pada naiknya kekuasaan [[Maximilien Robespierre]], [[Klub Jacobin|Jacobin]], dan kediktatoran virtual oleh [[Komite Keamanan Publik]] selama [[Pemerintahan Teror]] dari tahun 1793 hingga 1794. Selama periode ini, antara 16.000 hingga 40.000 rakyat Prancis tewas.<ref>Donald Greer, ''The Incidence of the Terror during the French Revolution: A
Statistical Interpretation'' (1935).</ref> Setelah jatuhnya Jacobin dan pengeksekusian Robespierre, [[Direktori Prancis|Direktori]] mengambilalih kendali negara pada 1795 hingga 1799, lalu ia digantikan oleh Konsulat di bawah pimpinan [[Napoleon Bonaparte]] pada tahun 1799.
Revolusi Prancis telah menimbulkan dampak yang mendalam terhadap perkembangan [[sejarah Modern]]. Pertumbuhan republik dan [[demokrasi liberal]], menyebarnya [[sekularisme]], perkembangan [[ideologi]] modern, dan penemuan gagasan [[perang total]] adalah beberapa warisan Revolusi Prancis.<ref>{{Cite book|title=The First Total War: Napoleon's Europe and the birth of warfare as we know it|last=Bell|first=David Avrom|year=2007|publisher=Houghton Mifflin Harcourt|location=New York|isbn=0-618-34965-0|page=[https://archive.org/details/firsttotalwarnap00bell/page/51 51]|url=https://archive.org/details/firsttotalwarnap00bell|quote=The French Revolution, which began in 1789 and led to the total war of 1792–1815.... }}</ref> Peristiwa berikutnya yang juga terkait dengan Revolusi ini adalah [[Peperangan era Napoleon|Perang Napoleon]], dua peristiwa restorasi monarki terpisah; [[Restorasi Bourbon]] dan [[Monarki Juli]], serta dua revolusi lainnya pada tahun [[Revolusi Juli|1834]] dan [[Revolusi Prancis 1848|1848]] yang melahirkan [[Prancis modern]].
== Penyebab ==
{{Main|Penyebab Revolusi Prancis}}
[[Berkas:Ludvig XVI av Frankrike porträtterad av AF Callet.jpg|jmpl|ki|Pemerintah Prancis menghadapi krisis keuangan pada tahun 1780-an, dan [[Louis XVI dari Prancis|Louis XVI]] dikritik karena tidak mampu menangani masalah ini.]]
Sebagian besar [[sejarawan]] berpendapat bahwa sebab utama Revolusi Prancis adalah ketidakpuasan terhadap ''[[Ancien Régime]]''. Lebih khusus, para sejarawan juga menekankan adanya konflik kelas dari perspektif [[Marxis]]; hal yang umum terjadi pada akhir abad ke-19. Perekonomian yang tidak sehat, panen yang buruk, kenaikan harga pangan, dan sistem transportasi yang tidak memadai adalah hal-hal yang memicu kebencian rakyat terhadap pemerintah. Rentetan peristiwa yang mengarah ke revolusi dipicu oleh kebangkrutan pemerintah karena sistem pajak yang buruk dan utang yang besar akibat keterlibatan Prancis dalam berbagai perang besar. Upaya Prancis dalam menantang [[Inggris]]{{ndash}}kekuatan militer utama di dunia pada saat itu{{ndash}}dalam [[Perang Tujuh Tahun]] berakhir dengan bencana, menyebabkan hilangnya jajahan Prancis di [[Amerika Utara]] dan hancurnya Angkatan Laut Prancis. Tentara Prancis dibangun kembali dan kemudian berhasil menang dalam [[Perang Revolusi Amerika]], tetapi perang ini sangat mahal dan secara khusus tidak menghasilkan keuntungan yang nyata bagi Prancis. Sistem keuangan Prancis terpuruk dan kerajaan tidak mampu menangani utang negara yang besar. Karena dihadapkan pada krisis keuangan ini, menteri keuangan Charles-Alexandre de Calonne menyarankan raja untuk memanggil [[Majelis Bangsawan]] pada 1787, pertama kalinya selama lebih dari satu abad.<ref name=":0">{{Cite book|last=Stone|first=Bailey|date=1994|title=The Genesis of the French Revolution: A Global Historical Interpretation|url=https://archive.org/details/genesisoffrenchr0000ston_k4x0|location=Cambridge|publisher=Cambridge University Press|pages=[https://archive.org/details/genesisoffrenchr0000ston_k4x0/page/148 148]-195|chapter=The approaches to revolution, 1774–1788: the sociopolitical challenge|url-status=live}}</ref> Majelis Bangsawan bertemu dua kali, yakni Februari 1787 dan November 1788. Calonne mengajukan proposal stimulus ekonomi dan reformasi pajak, tetapi proposalnya ditolak. Menteri keuangan selanjutnya, Brienne, juga mengajukan serangkaian reformasi yang mirip. Ia berhasil melakukan beberapa reformasi, tetapi pajak tanah tanpa pengecualian ditolak oleh parlemen dan Majelis Bangsawan.<ref>{{Cite web|last=Llewellyn|first=Jennifer|last2=Thompson|first2=Steve|date=2019-09-18|title=The Assembly of Notables|url=https://alphahistory.com/frenchrevolution/assembly-of-notables/|website=Alpha History|language=en-US|access-date=2024-02-05}}</ref>
Sementara itu, keluarga kerajaan hidup nyaman di [[Istana Versailles|Versailles]] dan terkesan acuh tak acuh terhadap krisis yang semakin meningkat. Meskipun secara teori pemerintahan [[Louis XVI dari Prancis|Raja Louis XVI]] berbentuk [[monarki absolut]], tetapi dalam praktiknya ia sering ragu-ragu dan akan mundur jika menghadapi oposisi yang kuat. [[Louis XVI]] memang berusaha mengurangi pengeluaran pemerintah, tetapi lawannya di ''[[parlement]]'' berhasil menggagalkan upayanya untuk memberlakukan reformasi yang lebih luas. Penentang kebijakan Louis semakin banyak dan berupaya menjatuhkan kerajaan dengan berbagai cara, misalnya dengan membagikan pamflet yang melaporkan informasi palsu dan dilebih-lebihkan untuk mengkritik pemerintah dan aparatnya, yang semakin memperkuat opini publik dalam melawan monarki.<ref name="britannicatraite">{{cite web|url=http://www.britannica.com/EBchecked/topic/602094/traite|title=Encyclopædia Britannica — Traite|accessdate=16 October 2008}}</ref>
Faktor lainnya yang dianggap sebagai penyebab Revolusi Prancis adalah kebencian terhadap pemerintah, yang muncul seiring dengan berkembangnya cita-cita [[Zaman Pencerahan|Pencerahan]]. Ini termasuk kebencian terhadap absolutisme [[kerajaan]]; kebencian oleh masyarakat petani, buruh, dan [[kaum borjuis]] terhadap hak-hak istimewa yang dimiliki oleh kaum bangsawan; kebencian terhadap [[Gereja Katolik]] atas pengaruhnya dalam kebijakan publik dan di lembaga-lembaga negara; keinginan untuk memperjuangkan [[kebebasan beragama]]; kebencian para pendeta perdesaan miskin terhadap uskup aristokrat; keinginan untuk mewujudkan kesetaraan sosial, politik, ekonomi, serta (khususnya saat Revolusi berlangsung) [[republikanisme]]; kebencian terhadap Ratu [[Marie Antoinette]], yang dituduh sebagai seorang pemboros dan mata-mata [[Kekaisaran Romawi Suci|Austria]]; serta kemarahan terhadap Raja karena memecat bendahara keuangan [[Jacques Necker]], salah satu orang yang dianggap sebagai wakil rakyat di kerajaan.<ref>William Doyle, ''The Oxford History of the French Revolution'' (2nd ed. 2003), hal.73–74</ref>
== Pra-revolusi ==
=== Krisis keuangan ===
[[Berkas:Troisordres.jpg|jmpl|Karikatur ''Etats'' Ketiga yang membawa ''Etats'' Pertama (pendeta) dan ''Etats'' Kedua (bangsawan) di punggungnya.]]
[[Louis XVI]] naik takhta menjadi raja Prancis di tengah-tengah [[krisis keuangan]]; negara sudah hampir bangkrut dan pengeluaran negara melebihi pendapatan.<ref>Frey, hal. 3</ref> Krisis ini terutama sekali disebabkan oleh keterlibatan Prancis dalam [[Perang Tujuh Tahun]] dan [[Perang Revolusi Amerika]].<ref>{{cite web|url=http://www.sparknotes.com/history/european/frenchrev/section1.html|title=France's Financial Crisis: 1783–1788|accessdate=26 October 2008}}</ref> Pada bulan Mei [[1776]], menteri keuangan [[Anne Robert Jacques Turgot, Baron de Laune|Turgot]] dipecat setelah ia gagal melaksanakan reformasi keuangan. Setahun kemudian, seorang warga asing bernama [[Jacques Necker]] ditunjuk menjadi Bendahara Keuangan. Necker tidak bisa menjadi menteri keuangan resmi karena ia adalah seorang [[Protestan]].{{butuh rujukan}}
Necker menyadari bahwa sistem pajak di Prancis sangat [[pajak regresif|regresif]]; masyarakat kelas bawah dikenakan pajak yang lebih besar,<ref name="Hib35">Hibbert, hal. 35, 36</ref> sementara kaum bangsawan dan pendeta diberikan banyak pengecualian.<ref name="Frey2">Frey, hal. 2</ref> Necker beranggapan bahwa pembebasan pajak untuk kaum bangsawan dan pendeta harus dikurangi, dan mengusulkan untuk meminjam lebih banyak uang agar permasalahan keuangan negara bisa teratasi. Necker menerbitkan sebuah laporan untuk mendukung anggapannya ini, yang menunjukkan bahwa defisit negara menembus angka 36 juta livre. Necker juga mengusulkan pembatasan kekuasaan ''[[parlement]]''.<ref name="Hib35"/>
Usulan Necker ini tidak diterima dengan baik oleh para menteri Raja, dan Necker, yang berharap bisa memperkuat posisinya, berpendapat bahwa ia harus diangkat sebagai menteri, tetapi Raja menolaknya. Necker dipecat dan [[Charles Alexandre de Calonne]] ditunjuk menjadi bendahara yang baru.<ref name="Hib35"/> Calonne dengan cepat menyadari situasi keuangan negara yang sedang kritis dan mengusulkan pembentukan [[kode pajak]] yang baru.<ref name="D34">Doyle, ''The French Revolution: A very short introduction'', hal. 34</ref>
Usulan Calonne ini termasuk penarikan [[pajak bumi dan bangunan|pajak bumi]] yang konsisten, yang juga dipungut pada kaum bangsawan dan pendeta. Karena ditentang oleh ''parlement'', Calonne mengadakan pertemuan dengan [[Majelis Bangsawan]], berharap mendapat dukungan. Namun bukannya mendukung rencana Calonne, Majelis malah melemahkan posisi Calonne dengan mengkritiknya.<ref name=":0" /> Sebagai tanggapan, untuk pertama kalinya sejak 1614, Raja memanggil [[Etats-Généraux 1789|''Etats-Généraux'' pada bulan Mei 1789]]. Pemanggilan ini sekaligus menjadi pertanda bahwa [[Wangsa Bourbon|monarki Bourbon]] sedang dalam keadaan lemah dan tunduk pada tuntutan rakyatnya.<ref name="D36">Doyle 2003, hal. 93</ref>
=== ''Etats-Généraux'' 1789 ===
{{Main|Etats-Généraux 1789}}
''Etats-Généraux'' (wakil rakyat dari berbagai golongan) terbagi menjadi tiga golongan (''etats''): pendeta (''Etats'' Pertama), kaum bangsawan (''Etats'' Kedua), dan sisanya adalah rakyat biasa Prancis (''Etats'' Ketiga).<ref name="Frey 4"/> Dalam pertemuan terakhir ''Etats-Généraux'' pada tahun 1614, masing-masing golongan memiliki satu suara, dan dua diantaranya bisa membatalkan suara ketiga. ''Parlement'' Paris khawatir bahwa pemerintah akan berusaha meng-''[[gerrymandering|gerrymander]]'' majelis untuk mencurangi hasil. Oleh sebab itu, mereka memutuskan bahwa susunan ''Etats'' harus sama dengan susunan 1614.<ref name="D38">Doyle 2001, hal. 38</ref> Aturan ''Etats'' 1614 ini berbeda dengan praktik pada majelis daerah; di daerah-daerah, masing-masing anggota memiliki satu suara dan ''Etats'' Ketiga memiliki anggota dua kali lipat lebih banyak dari ''Etats'' lainnya. Sebagai contoh, di [[Dauphiné]], majelis provinsi sepakat untuk menggandakan jumlah anggota ''Etats'' Ketiga, mengadakan pemilihan keanggotaan, dan memperbolehkan satu suara per anggota, bukannya satu suara per ''etats''.<ref>Doyle 1989, hal.89</ref>
Sebelum pertemuan berlangsung, "Komite Tiga Puluh", sebuah kelompok liberal yang beranggotakan warga Paris, mulai melakukan agitasi terhadap suara ''etats''. Kelompok ini sebagian besarnya terdiri dari orang-orang kaya, dan mereka berpendapat bahwa sistem suara di ''Etats-Généraux'' harus sama dengan sistem yang berlaku di Dauphiné. Kelompok ini beranggapan bahwa sistem lama sudah tidak efisien karena "rakyatlah yang berdaulat".<ref name="Neely 56">Neely, hal. 56</ref> Necker lalu menggelar Sidang Kedua Majelis, yang menghasilkan keputusan penolakan terhadap usulan perwakilan ganda, dengan suara 111-333.<ref name="Neely 56"/><ref name=h42>Hibbert, hal.42–45</ref>
Pemilihan diadakan pada musim semi 1789; persyaratan hak pilih untuk ''Etats'' Ketiga adalah harus laki-laki kelahiran Prancis atau [[naturalisasi]], setidaknya berusia 25 tahun, berkediaman di lokasi tempat pemilihan berlangsung, dan membayar pajak.
<blockquote>
''Pour être électeur du tiers état, il faut avoir 25 ans, être français ou naturalisé, être domicilié au lieu de vote et compris au rôle des impositions.''<ref>[http://www.assemblee-nationale.fr/histoire/suffrage_universel/suffrage-1789.asp Assemblée Nationale (French)]</ref>
</blockquote>
Pemilihan menghasilkan 1.201 delegasi, yang terdiri dari: 291 bangsawan, 300 pendeta, dan 610 anggota ''Etats'' Ketiga.<ref name=h42/> Untuk mengarahkan delegasi, "Dokumen Keluhan" (''Cahiers de Doléances'') disusun sebagai pengarah yang memuat daftar permasalahan yang dihadapi negara.<ref name="Frey 4">Frey, hal. 4, 5</ref><ref name="D38"/><ref name="Neely35">Neely, hal. 63, 65</ref>
Pamflet yang disebarkan oleh para bangsawan dan pendeta liberal semakin merebak setelah dicabutnya penyensoran pers.<ref name="Neely 56"/> [[Abbé Sieyès]], seorang teoretikus dan pendeta Katolik, berpendapat mengenai betapa pentingnya keberadaan ''Etats'' Ketiga dalam pamflet ''Qu'est-ce que le tiers état?'' (bahasa Inggris: "[[What is the Third Estate?]]"), yang diterbitkan pada bulan Januari 1789. Ia menegaskan: "Apa itu ''Etats'' Ketiga? Segalanya. Apa posisinya dalam tatanan politik? Tidak ada. Ia ingin menjadi apa? Sesuatu."<ref name="D38"/><ref>Furet, hal. 45</ref>
[[Berkas:Estatesgeneral.jpg|jmpl|ka|Pertemuan ''Etats-Généraux'' pada tanggal 5 Mei [[1789]] di [[Versailles]].]]
''Etats-Généraux'' kembali menggelar pertemuan di Grands Salles des Menus-Plaisirs, [[Versailles]], pada tanggal 5 Mei 1789. Pertemuan ini dibuka dengan pidato tiga jam oleh Necker. ''Etats'' Ketiga menuntut agar verifikasi deputi secara kredensial harus dilakukan bersama oleh semua deputi, bukannya masing-masing ''etats'' memverifikasi anggotanya secara internal; negosiasi dengan ''etats'' lainnya gagal mewujudkan hal ini.<ref name="Neely35"/> Golongan rakyat jelata bersitegang dengan kaum pendeta yang menjawab kalau mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk memutuskan. Necker pada akhirnya memutuskan bahwa setiap ''etats'' harus memverifikasi anggotanya masing-masing dan "Raja bertindak sebagai penengah".<ref name="Hib54">Hibbert, hal. 54</ref> Namun, negosiasi dengan dua ''etats'' lainnya tetap tidak berhasil.<ref>Schama 2004, hal.300–301</ref>
=== Majelis Nasional (1789) ===
{{Main|Majelis Nasional (Revolusi Prancis)}}
[[Berkas:Le Serment du Jeu de paume.jpg|jmpl|ka|Majelis Nasional mengambil [[Sumpah Lapangan Tenis]] (sketsa oleh [[Jacques-Louis David]]).]]
Pada 10 Juni 1789, Abbé Sieyès pindah keanggotaan menjadi ''Etats'' Ketiga, dan sekarang mengikuti pertemuan sebagai ''Communes'' (Rakyat Biasa). Ia mengajak dua ''etats'' lainnya untuk ikut serta, tetapi ajakannya ini tidak diindahkan.<ref>John Hall Stewart. ''A Documentary Survey of the French Revolution''. New York: Macmillan, 1951, hal. 86.</ref> ''Etats'' Ketiga yang sekarang menjadi lebih radikal mendeklarasikan diri sebagai [[Majelis Nasional (Revolusi Prancis)|Majelis Nasional]], majelis yang bukan berasal dari ''etats'', tetapi dari golongan "Rakyat". Mereka mengajak yang lainnya untuk bergabung, tetapi menegaskan bahwa "dengan atau tanpa bantuan, mereka tetap akan mengatasi permasalahan bangsa."<ref>Schama 2004, hal.303</ref>
Dalam upayanya untuk tetap mengontrol dan mencegah Majelis mengadakan pertemuan, Louis XVI memerintahkan penutupan Salle des États, tempat Majelis biasanya mengadakan pertemuan. Di saat yang bersamaan, cuaca tidak memungkinkan Majelis untuk menggelar pertemuan di luar ruangan, sehingga Majelis pada akhirnya memindahkan pertemuan mereka ke sebuah lapangan [[tenis]] dalam ruangan. Di tempat ini, mereka mengambil [[Sumpah Lapangan Tenis]] pada 20 Juni 1789, yang menyatakan bahwa Majelis tidak akan berpisah hingga mereka bisa memberikan sebuah [[konstitusi]] bagi Prancis.<ref name="Schama">Schama 2004, hal.312</ref>
Mayoritas perwakilan pendeta segera bergabung dengan Majelis, serta 47 orang dari kaum bangsawan. Pada tanggal 27 Juni, pihak kerajaan secara terang-terangan telah menunjukkan penentangannya terhadap Majelis, dan sejumlah besar pasukan militer mulai diterjunkan ke seantero [[Paris]] dan Versailles. Dukungan bagi Majelis juga mengalir dari warga Paris dan dari kota-kota lainnya di Prancis. Pada tanggal 9 Juli, majelis itu disusun kembali menjadi [[Majelis Konstituante Nasional]].<ref name="Schama" />
== Majelis Konstituante Nasional (1789–1791) ==
{{Main|Majelis Konstituante Nasional}}
=== Penyerbuan Bastille ===
{{Main|Penyerbuan Bastille}}
Penyerbuan Bastille menjadi pertanda dimulainya Revolusi Perancis''.''<ref>{{Cite news|title=Sejarah Revolusi Perancis Bermula dari Penyerbuan Penjara Bastille|url=https://tirto.id/sejarah-revolusi-perancis-bermula-dari-penyerbuan-penjara-bastille-cN53|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2020-08-31}}</ref> Setelah sidang parlemen, Louis XVI justru melakukan blunder dengan memecat Menteri Keuangan Jacques Necker. Sementara itu, Necker semakin dimusuhi oleh keluarga kerajaan Prancis karena dianggap memanipulasi opini publik secara terang-terangan. Ratu [[Marie Antoinette]], adik Raja [[Charles X dari Prancis|Comte d'Artois]], dan anggota konservatif lainnya dari [[dewan privy]] mendesak Raja agar memecat Necker sebagai penasihat keuangan. Pada 11 Juli 1789, setelah Necker menerbitkan laporan keuangan pemerintah kepada publik, Raja memecatnya, dan segera merestrukturisasi kementerian keuangan tidak lama berselang.<ref>Schama 2004, hal.317</ref>
Kebanyakan warga Paris menganggap bahwa tindakan Louis secara tak langsung ditujukan pada Majelis dan segera memulai pemberontakan terbuka setelah mereka mendengar kabar tersebut pada keesokan harinya. Mereka juga khawatir terhadap banyaknya tentara{{ndash}}kebanyakan tentara asing{{ndash}}yang ditugaskan untuk menutup Majelis Konstituante Nasional. Dalam sebuah pertemuan di Versailles, Majelis bersidang secara non-stop untuk berjaga-jaga jika nanti tempat pertemuan digusur secara tiba-tiba. Paris dengan cepat dipenuhi oleh berbagai kerusuhan, kekacauan, dan penjarahan. Massa juga mendapat dukungan dari beberapa [[Gardes Françaises|Garda Prancis]] yang dipersenjatai dan dilatih sebagai tentara.<ref>Schama 2004, hal.331</ref>
[[Berkas:Declaration of Human Rights.jpg|jmpl|[[Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara]], 26 Agustus 1789.]]
Pada tanggal [[14 Juli]], para pemberontak mengincar sejumlah besar senjata dan amunisi di benteng dan penjara [[Bastille]], yang juga dianggap sebagai simbol kekuasaan monarki. Setelah beberapa jam pertempuran, benteng jatuh ke tangan pemberontak pada sore harinya. Meskipun terjadi gencatan senjata untuk mencegah pembantaian massal, Gubernur Marquis [[Bernard de Launay]] dipukuli, ditusuk, dan dipenggal, kepalanya diletakkan di ujung tombak dan diarak ke sekeliling kota. Walaupun hanya menahan tujuh tahanan (empat pencuri, dua bangsawan yang ditahan karena tindakan tak bermoral, dan seorang tersangka pembunuhan), Bastille telah menjadi simbol kebencian terhadap ''[[Ancien Régime]]''. Di [[Hôtel de Ville, Paris|Hôtel de Ville]] (balai kota), massa menuduh ''[[Provost (sipil)|prévôt des marchands]]'' (setara dengan wali kota) [[Jacques de Flesselles]] sebagai pengkhianat, dan membantainya.<ref>Schama 2004, hal.344</ref>
Raja Louis yang khawatir dengan tindak kekerasan terhadapnya mundur untuk sementara waktu. [[Marquis de la Fayette]] mengambilalih komando Garda Nasional di Paris. [[Jean-Sylvain Bailly]], presiden Majelis pada saat [[Sumpah Lapangan Tenis]], menjadi wali kota di bawah struktur pemerintahan baru yang dikenal dengan [[komune]]. Raja mengunjungi Paris pada tanggal 17 Juli dan menerima sebuah simpul pita [[Bendera Prancis|triwarna]], diiringi dengan teriakan ''Vive la Nation'' ("Hidup Bangsa") dan ''Vive le Roi'' ("Hidup Raja").<ref>Schama 2004, hal.357</ref>
Necker kembali menduduki jabatannya, tetapi kejayaannya berumur pendek. Necker memang seorang ahli keuangan yang cerdik, tetapi sebagai politisi, ia kurang terampil. Necker dengan cepat kehilangan dukungan rakyat setelah menuntut amnesti umum.<ref>Schama 2004, hal.248</ref>
Setelah kemenangan Majelis, situasi di Prancis masih tetap memburuk. Kekerasan dan penjarahan terjadi di seantero negeri. Kaum bangsawan yang mengkhawatirkan keselamatan mereka berbondong-bondong pindah ke negara tetangga. Dari negara-negara tersebut, para ''[[émigré]]'' ini mendanai kelompok-kelompok kontra-revolusi di Prancis dan mendesak monarki asing untuk memberikan dukungan pada [[kontra-revolusi]].<ref>Lefebvre, hal.187–188.</ref>
Pada akhir Juli, semangat [[kedaulatan rakyat]] telah menyebar di seluruh Prancis. Di daerah pedesaan, rakyat jelata mulai membentuk milisi dan mempersenjatai diri melawan invasi asing: beberapa di antaranya menyerang [[chateau|châteaux]] kaum bangsawan sebagai bagian dari pemberontakan agraria umum yang dikenal dengan ''"la Grande Peur"'' ("[[Ketakutan Besar]]"). Selain itu, rumor liar dan paranoia kolektif menyebabkan meluasnya kerusuhan dan kekacauan sipil yang berkontribusi terhadap runtuhnya hukum dan kacaunya ketertiban.<ref>Hibbert, 93</ref>
=== Perumusan konstitusi baru ===
Pada tanggal 4 Agustus 1789, Majelis Konstituante Nasional menghapuskan [[feodalisme]] (meskipun pada saat itu telah terjadi pemberontakan petani yang hampir mengakhiri feodalisme). Keputusan ini dituangkan dalam dokumen yang dikenal dengan [[Dekret Agustus]], yang menghapuskan seluruh hak istimewa kaum ''Estate'' Kedua dan hak ''[[:wikt:tithe|dîme]]'' (menerima zakat) yang dimiliki oleh ''Estate'' Pertama. Hanya dalam waktu beberapa jam, bangsawan, pendeta, kota, provinsi, dan perusahaan kehilangan hak-hak istimewanya.<ref>{{Cite book|last=Stone|first=Bailey|date=1994|title=The Genesis of the French Revolution: A Global Historical Interpretation|url=https://archive.org/details/genesisoffrenchr0000ston_k4x0|location=Cambridge|publisher=Cambridge University Press|pages=[https://archive.org/details/genesisoffrenchr0000ston_k4x0/page/196 196]-235|chapter=The onset of revolution: from August 1788 to October 1789|url-status=live}}</ref>
Pada tanggal 26 Agustus 1789, Majelis menerbitkan [[Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara]], yang memuat pernyataan prinsip, bukannya konstitusi dengan efek hukum. Majelis Konstituante Nasional tidak hanya berfungsi sebagai [[legislatif]], tetapi juga sebagai [[Majelis konstituen|badan untuk menyusun konstitusi baru]].{{butuh rujukan}}
Necker, Mounier, Lally-Tollendal dan yang lainnya tidak berhasil mencapai kesepakatan dengan senat, yang keanggotaannya ditunjuk oleh Raja dan dicalonkan oleh rakyat. Sebagian besar bangsawan mengusulkan agar [[majelis tinggi]] dipilih oleh kaum bangsawan. Sidang segera dilakukan pada hari itu, yaang memutuskan bahwa Prancis akan memiliki majelis tunggal dan unikameral. Kekuasaan Raja terbatas hanya untuk "menangguhkan [[veto]]"; ia bisa menunda implementasi undang-undang, tetapi tidak bisa membatalkannya. Pada akhirnya, Majelis menggantikan [[Provinsi di Prancis|provinsi]] bersejarah di Prancis dengan 83 ''départements,'' yang dikelola secara seragam menurut daerah dan jumlah penduduk.{{butuh rujukan}}
Di tengah kegiatan Majelis yang disibukkan dengan urusan konstitusional, krisis keuangan terus berlanjut, sebagian besarnya belum terselesaikan, dan [[defisit]] negara semakin meningkat. [[Honoré Gabriel Riqueti, comte de Mirabeau|Honoré Mirabeau]] kemudian memimpin gerakan untuk mengatasi permasalahan ini, dan Majelis memberi Necker hak penuh untuk mengelola keuangan negara.{{butuh rujukan}}
=== Mars perempuan di Versailles ===
{{Main|Mars perempuan di Versailles}}
[[Berkas:Women's March on Versailles01.jpg|jmpl|264px|Lukisan Mars perempuan di Versailles, 5 Oktober 1789.]]
Dipicu oleh rumor telah diinjak-injaknya simpul pita nasional saat penerimaan pengawal Raja pada tanggal 1 Oktober 1789, kerumunan perempuan mulai berkumpul di pasar Paris pada tanggal 5 Oktober 1789. Kerumunan pertama berbaris menuju [[Hôtel de Ville, Paris|Hôtel de Ville]], menuntut agar pejabat kota segera menindak permasalahan mereka.<ref>Doyle 1989, hal.121</ref> Para perempuan ini mencurahkan segala permasalahan ekonomi yang mereka hadapi, terutama masalah kekurangan roti. Mereka juga menuntut agar kerajaan menghentikan upayanya dalam memblokir Majelis Nasional, dan menyerukan agar Raja dan keluarganya segera pindah ke Paris sebagai bentuk itikad baik dalam mengatasi kemiskinan yang semakin meluas.
Karena mendapatkan respon yang tidak memuaskan dari pejabat kota, sebanyak 7.000 wanita bergerak menuju Versailles dengan membawa [[meriam]] dan berbagai senjata ringan. Sekitar 20.000 pasukan Garda Nasional di bawah komando La Fayette ditugaskan untuk mengawasi jalannya protes, tetapi situasi menjadi tidak terkendali. Massa yang marah menyerbu istana, membunuh beberapa penjaga. La Fayette akhirnya berhasil membujuk Raja untuk menyetujui permintaan massa, dan Raja beserta keluarganya bersedia untuk kembali ke Paris. Pada tanggal 6 Oktober 1789, Raja dan keluarga kerajaan pindah dari Versailles ke Paris di bawah "perlindungan" dari Garda Nasional.<ref>Doyle 1989, hal.122</ref>
=== Revolusi dan Gereja ===
{{Main|Dekristenisasi Prancis selama Revolusi Prancis|Konstitusi Sipil Pendeta}}
[[Berkas:Decret de l'Assemblée National qui supprime les Ordres Religieux et Religieuses.jpg|jmpl|Dalam karikatur ini, biarawan dan biarawati menikmati kebebasan mereka setelah dekret 16 Februari 1790.]]
Revolusi ini menyebabkan perubahan besar kekuasaan, dari yang sebelumnya dikuasai oleh [[Gereja Katolik Roma]] menjadi dikuasai negara. Berdasarkan ''[[Ancien Régime]]'', Gereja menjadi pemilik tanah terbesar di Prancis, memiliki sekitar 10% tanah kerajaan.<ref name="ReferenceA">Censer and Hunt, Liberty, Equality, Fraternity: Exploring the French Revolution, 4.</ref> Gereja dibebaskan dari kewajiban membayar pajak kepada pemerintah, dan juga berhak menerima ''dîme'' ([[zakat]]) 10% dari [[pajak penghasilan]], sering kali dikumpulkan dalam bentuk bahan pangan, dan hanya sebagian kecil dari ''dîme'' tersebut yang diberikan kepada masyarakat miskin.<ref name="ReferenceA"/> Kekuatan dan kekayaan Gereja yang begitu besar telah menimbulkan kebencian dari beberapa kelompok. Kelompok minoritas penganut [[Protestan]] yang tinggal di Prancis seperti [[Huguenots]], menginginkan rezim yang anti-Katolik dan berhasrat untuk membalas dendam kepada para pendeta yang melakukan diskriminasi terhadap mereka. Pemikir Pencerahan seperti [[Voltaire]] membantu mengobarkan semangat anti-Katolik dengan merendahkan Gereja Katolik dan mendestabilisasi monarki Prancis.<ref>Censer and Hunt, Liberty, Equality, Fraternity: Exploring the French Revolution, 16.</ref> Menurut sejarawan [[John McManners]], "Pada abad kedelapan belas, takhta Prancis dan altar berhubungan erat; dan hubungan ini runtuh..."<ref>John McManners, The French Revolution and the Church, 5.</ref>
Kebencian terhadap Gereja melemah kekuatannya saat dibukanya pertemuan ''Etats-Généraux'' pada bulan Mei 1789. Gereja memiliki sekitar 130.000 anggota pendeta dalam ''Etats'' Pertama. Ketika [[Majelis Nasional (Revolusi Prancis)|Majelis Nasional]] didirikan pada bulan Juni 1789 oleh ''Etats'' Ketiga, para pendeta memilih untuk bergabung dengan Majelis.<ref>John McManners, The French Revolution and the Church, 50, 4.</ref> Majelis Nasional mulai memberlakukan reformasi sosial dan ekonomi. Undang-undang baru pada tanggal 4 Juli 1789 menghapuskan kewenangan gereja untuk memungut zakat. Dalam upayanya untuk mengatasi krisis keuangan, pada tanggal 2 November 1789, Majelis memutuskan bahwa properti Gereja menjadi "milik negara".<ref>National Assembly legislation cited in John McManners, The French Revolution and the Church, 27.</ref> Properti ini digunakan untuk mendukung peredaran mata uang baru, [[assignats]]. Dengan demikian, mulai saat itu keberlangsungan Gereja juga menjadi tanggungjawab negara, termasuk membayar para pendeta untuk merawat orang-orang miskin, orang sakit, dan yatim piatu.<ref>John McManners, The French Revolution and the Church, 27.</ref> Pada bulan Desember, Majelis mulai menjual tanah-tanah milik Gereja kepada penawar tertinggi untuk meningkatkan pendapatan negara. Hal ini efektif menaikkan nilai assignats sebesar 25% dalam waktu dua tahun.<ref name="ReferenceB">Censer and Hunt, Liberty, Equality, Fraternity: Exploring the French Revolution, 61.</ref> Pada musim gugur 1789, undang-undang baru yang menghapuskan [[sumpah monastik]] dirumuskan, dan pada 13 Februari 1790, semua ordo keagamaan dibubarkan.<ref>Emmet Kennedy, A Cultural History of the French Revolution, 148.</ref> Para [[biarawan]] dan [[biarawati]] disarankan untuk kembali ke kehidupan pribadi mereka, dan beberapa di antaranya akhirnya menikah.<ref name="ReferenceC">Censer and Hunt, Liberty, Equality, Fraternity: Exploring the French Revolution, 92.</ref>
[[Konstitusi Sipil Pendeta]], yang disahkan pada tanggal 12 Juli 1790, menetapkan bahwa pendeta adalah pekerja negara. Keputusan ini membentuk sistem pemilihan pastor dan uskup paroki, serta menetapkan upah bagi para pendeta. Sebagian besar pendeta Katolik keberatan dengan sistem pemilihan ini karena hal itu berarti bahwa mereka secara efektif menolak otoritas [[Paus (Katolik Roma)|Paus]] di Roma atas Gereja Prancis. Akhirnya, pada bulan November 1790, Majelis Nasional mulai mewajibkan "sumpah setia pada Konstitusi Sipil" bagi semua pendeta Katolik.<ref name="ReferenceC"/> Hal ini menyebabkan timbulnya perpecahan antara pendeta yang mengambil sumpah dengan pendeta yang tetap setia kepada Paus. Secara keseluruhan, 24% dari semua pendeta di Prancis telah mengambil sumpah.<ref>Emmet Kennedy, A Cultural History of the French Revolution, 151.</ref> Pendeta yang menolak bersumpah setia pada konstitusi akan "dibuang, dideportasi secara paksa, atau dieksekusi dengan tuduhan pengkhianat."<ref name="ReferenceB"/> [[Paus Pius VI]] tidak pernah mengakui Konstitusi Sipil Pendeta ini, yang berakibat pada semakin terisolasinya Gereja Prancis. Selama [[Pemerintahan Teror]], upaya besar-besaran de-Kristianisasi di Prancis terjadi, termasuk memenjarakan dan membantai para pendeta, serta pengrusakan Gereja dan gambar-gambar relijius di seluruh Prancis. Upaya untuk menggantikan kedudukan Gereja Katolik dilakukan, misalnya dengan mengganti festival agama dengan festival sipil. Pembentukan [[Kultus Akal Budi]] adalah langkah terakhir dalam de-Kristenisasi radikal di Prancis. Peristiwa ini menyebabkan munculnya kekecewaan dan penentangan terhadap Revolusi di seluruh Prancis. Warga sering kali menolak de-Kristenisasi dengan cara menyerang agen revolusioner dan menyembunyikan pendeta yang sedang diburu. Pada akhirnya, [[Maximilien Robespierre|Robespierre]] dan [[Komite Keamanan Publik]] dipaksa untuk menentang kampanye dengan menggantikan Kultus Akal Budi yang bersifat [[deisme|deistik]], walaupun masih non-Kristen.<ref>Censer and Hunt, Liberty, Equality, Fraternity: Exploring the French Revolution, 92–94.</ref> [[Konkordat 1801]] antara Napoleon dan Gereja mengakhiri periode de-Kristenisasi dan mulai membentuk aturan-aturan yang mengatur mengenai hubungan antara Gereja Katolik dengan negara, yang tetap berlaku hingga tahun 1905, kemudian diubah oleh [[Republik Ketiga Prancis|Republik Ketiga]] dengan memisahkan urusan Gereja dengan urusan negara pada tanggal 11 Desember 1905. Penganiayaan terhadap pendeta menyebabkan munculnya gerakan-gerakan kontra-revolusi, yang berpuncak dalam [[Perang Vendee|Pemberontakan Vendee]].
<!--
'''Revolusi Prancis''' adalah masa dalam [[sejarah Prancis]] antara tahun [[1789]] dan [[1799]] di mana para [[demokrasi|demokrat]] dan pendukung [[republikanisme]] menjatuhkan [[monarki absolut]] di [[Prancis]] dan memaksa [[Gereja Katolik Roma]] menjalani restrukturisasi yang radikal.
Meski Prancis kemudian akan berganti sistem antara [[republik]], [[kekaisaran]], dan [[monarki]] selama 1 bulan setelah [[Republik Pertama Prancis]] jatuh dalam [[kudeta]] yang dilakukan oleh [[Napoleon Bonaparte]], revolusi ini dengan jelas mengakhiri ''ancien régime'' ([[bahasa Indonesia]]: Rezim Lama; merujuk kepada kekuasaan dinasti seperti [[Valois]] dan [[Bourbon]]) dan menjadi lebih penting daripada revolusi-revolusi berikutnya yang terjadi di Prancis.{{butuh rujukan}}
== Penyebab ==
Banyak faktor yang menyebabkan revolusi ini. Salah satu di antaranya adalah karena sikap orde yang lama terlalu kaku dalam menghadapi dunia yang berubah. Penyebab lainnya adalah karena ambisi yang berkembang dan dipengaruhi oleh ide [[Pencerahan]] dari kaum [[borjuis]], kaum petani, para buruh, dan individu dari semua kelas yang merasa disakiti. Sementara revolusi berlangsung dan kekuasaan beralih dari monarki ke badan [[legislatif]], kepentingan-kepentingan yang berbenturan dari kelompok-kelompok yang semula bersekutu ini kemudian menjadi sumber konflik dan pertumpahan darah.
Sebab-sebab Revolusi Prancis mencakup hal-hal di bawah ini:
* Kemarahan terhadap [[absolutisme politik|absolutisme]] kerajaan.
* Kemarahan terhadap [[sistem seigneurialisme]] di kalangan kaum petani, para buruh, dan—sampai batas tertentu—kaum borjuis.
* Bangkitnya gagasan-gagasan [[Pencerahan]]
* [[Utang]] nasional yang tidak terkendali, yang disebabkan dan diperparah oleh sistem [[pajak]] yang tak seimbang.
* Situasi ekonomi yang buruk, sebagian disebabkan oleh keterlibatan Prancis dan bantuan terhadap [[Revolusi Amerika]].
* Kelangkaan [[makanan]] pada bulan-bulan menjelang revolusi.
* Kemarahan terhadap hak-hak istimewa kaum bangsawan dan dominasi dalam kehidupan publik oleh kelas profesional yang ambisius.
* Kebencian terhadap intoleransi agama.
* Kegagalan Louis XVI untuk menangani gejala-gejala ini secara efektif.
Aktivitas proto-revolusioner bermula ketika raja Prancis [[Louis XVI dari Prancis|Louis XVI]] (memerintah [[1774]]-[[1792]]) menghadapi krisis dana kerajaan. Keluarga raja Prancis, yang secara keuangan sama dengan negara Prancis, memiliki utang yang besar. Selama pemerintahan [[Louis XV dari Prancis|Louis XV]] ([[1715]]-[[1774]]) dan Louis XVI sejumlah menteri, termasuk [[Anner Robert Jacques Turgot, Baron de Laune|Turgot]] (Pengawas Keuangan Umum [[1774]]-[[1776]]) dan [[Jacques Necker]] (Direktur-Jenderal Keuangan [[1777]]-[[1781]]), mengusulkan sistem perpajakan Prancis yang lebih seragam, tetapi gagal. Langkah-langkah itu mendapatkan tantangan terus-menerus dari ''[[parlement]]'' (pengadilan hukum), yang didominasi oleh "Para Bangsawan", yang menganggap diri mereka sebagai pengawal nasional melawan pemerintahan yang sewenang-wenang, dan juga dari fraksi-fraksi pengadilan. Akibatnya, kedua menteri itu akhirnya diberhentikan. [[Charles Alexandre de Calonne]], yang menjadi Pengawas Umum Keuangan pada [[1783]], mengembangkan strategi pengeluaran yang terbuka sebagai cara untuk meyakinkan calon kreditur tentang kepercayaan dan stabilitas keuangan Prancis.
Namun, setelah Callone melakukan peninjauan yang mendalam terhadap situasi keuangan Prancis, menetapkan bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan, dan karenanya ia mengusulkan [[pajak tanah]] yang seragam sebagai cara untuk memperbaiki keuangan Prancis dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, dia berharap bahwa dukungan dari Dewan Kaum Terkemuka yang dipilih raja akan mengemalikan kepercayaan akan keuangan Prancis, dan dapat memberikan pinjaman hingga pajak tanah mulai memberikan hasilnya dan memungkinkan pembayaran kembali dari utang tersebut.
Meskipun Callone meyakinkan raja akan pentingnya pembaharuannya, Dewan Kaum Terkemuka menolak untuk mendukung kebijakannya, dan berkeras bahwa hanya lembaga yang betul-betul representatif, seyogyanya ''[[Estates-General]]'' (wakil-wakil berbagai golongan) Kerajaan, dapat menyetujui pajak baru. Raja, yang melihat bahwa Callone akan menjadi masalah baginya, memecatnya dan menggantikannya dengan [[Étienne Charles de Loménie de Brienne]], Uskup Agung Toulouse, yang merupakan pemimpin oposisi di Dewan. Brienne sekarang mengadopsi pembaruan menyeluruh, memberikan berbagai hak sipil (termasuk kebebasan beribadah kepada kaum Protestan), dan menjanjikan pembentukan ''Etats-Généraux'' dalam lima tahun, tetapi ssementara itu juga mencoba melanjutkan rencana Calonne. Ketika langkah-langkah ini ditentang di ''Parlement'' Paris (sebagian karena Raja tidak bijaksana), Brienne mulai menyerang, mencoba membubarkan seluruh "parlement" dan mengumpulkan pajak baru tanpa peduli terhadap mereka. Ini menyebabkan bangkitnya perlawanan massal di banyak bagian di Prancis, termasuk "Day of the Tiles" yang terkenal di [[Grenoble]]. Yang lebih penting lagi, kekacauan di seluruh Prancis meyakinkan para kreditor jangka-pendek. Keuangan Prancis sangat tergantung pada mereka untuk mempertahankan kegiatannya sehari-hari untuk menarik pinjaman mereka, menyebabkan negara hampir bangkrut, dan memaksa Louis dan Brienne untuk menyerah.
Raja setuju pada [[8 Agustus]] [[1788]] untuk mengumpulkan ''Estates-General'' pada Mei [[1789]] untuk pertama kalinya sejak [[1614]]. Brienne mengundurkan diri pada [[25 Agustus]] [[1788]], dan Necker kembali bertanggung jawab atas keuangan nasional. Dia menggunakan posisinya bukan untuk mengusulkan langkah-langkah pembaruan yang baru, melainkan untuk menyiapkan pertemuan wakil-wakil nasional.
== Sejarah ==
=== Etats-Généraux 1789 ===
{{untuk|penjelasan lebih terinci mengenai peristiwa-peristiwa pada [[8 Agustus]] [[1788]]- [[17 Juni]] [[1789]]|Etats-Généraux 1789}}
Pembentukan ''Etats-Généraux'' menyebabkan berkembangnya keprihatinan pada pihak oposisi bahwa pemerintah akan berusaha seenaknya membentuk sebuah Dewan sesuai keinginannya. Untuk menghindarinya, ''Parlement'' Paris, setelah kembali ke kota dengan kemenangan, mengumumkan bahwa ''Etats-Généraux'' harus dibentuk sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam pertemuan sebelumnya. Meskipun kelihatannya para politikus tidak memahami "ketentuan-ketentuan 1614" ketika mereka membuat keputusan ini, hal ini membangkitkan kehebohan. Estates [[1614]] terdiri dari jumlah wakil yang sama dari setiap kelompok dan pemberian suara dilakukan menurut urutan, yaitu [[Kelompok Pertama]] (para rohaniwan), [[Kelompok Kedua]] (para bangsawan), dan [[Kelompok Ketiga]] (lain-lain), masing-masing mendapatkan satu suara.
Segera setelah itu, "Komite Tiga Puluh", sebuah badan yang terdiri atas
penduduk Paris yang liberal, mulai melakukan agitasi melawannya, menuntut agar Kelompok Ketiga digandakan dan pemungutan suara dilakukan per kepala (seperti yang telah dilakukan dalam berbagai dewan perwakilan daerah). Necker, yang berbicara untuk pemerintah, mengakui lebih jauh bahwa Kelompok Ketiga harus digandakan, tetapi masalah pemungutan suara per kepala harus diserahkan kepada pertemuan Etats sendiri. Namun kemarahan yang dihasilkan oleh pertikaian itu tetap mendalam, dan pamflet-pamflet, seperti tulisan [[Abbé Sieyès]] ''Apakah Kelompok Ketiga itu?'' yang berpendapat bahwa ordo-ordo yang memiliki hak-hak istimewa adalah parasit, dan Kelompok Ketiga adalah bangsa itu sendiri, membuat kemarahan itu tetap bertahan.
Ketika Etats-Généraux bertemu di [[Versailles]] pada [[5 Mei]] [[1789]], pidato-pidato panjang oleh Necker dan Lamoignon, yang bertugas menyimpan meterai, tidak banyak membantu untuk memberikan bimbingan kepada para wakil, yang dikembalikan ke tempat-tempat pertemuan terpisah untuk membuktikan kredensi para panggotanya. Pertanyaan tentang apakah pemilihan suara akhirnya akan dilakukan per kepala atau diambil dari setiap orde sekali lagi disingkirkan untuk sementara waktu, tetapi Kelompok Ketiga kini menuntut agar pembuktian kredensi itu sendiri harus dilakukan sebagai kelompok. Namun, perundingan-perundingan dengan kelompok-kelompok lain untuk mencapai hal ini tidak berhasil, karena kebanyakan rohaniwan dan kaum bangsawan tetap mendukung pemungutan suara yang diwakili oleh setiap orde.
=== Majelis Nasional ===
{{Untuk|gambaran lebih jelas tentang peristiwa [[17 Juni]] - [[9 Juli]] [[1789]]|Majelis Nasional (Revolusi)}}
Pada tanggal [[28 Mei]] 1789, Romo [[Emmanuel Joseph Sieyès|Sieyès]] memindahkan Estate Ketiga itu, kini bertemu sebagai ''Communes'' (bahasa Indonesia: "Majelis Perwakilan Rendah"), memulai pembuktian kekuasaannya sendiri dan mengundang 2 estate lainnya untuk ambil bagian, tetapi bukan untuk menunggu mereka. Mereka memulai untuk berbuat demikian, menyelesaikan proses itu pada tanggal [[17 Juni]]. Lalu mereka mengusulkan langkah yang jauh lebih radikal, menyatakan diri sebagai [[Majelis Nasional (Revolusi Prancis)|Majelis Nasional]], majelis yang bukan dari estate namun dari "rakyat". Mereka mengundang golongan lain untuk bergabung dengan mereka, tetapi kemudian nampak jelas bahwa mereka cenderung memimpin urusan luar negeri dengan atau tanpa mereka.
Louis XVI menutup Salle des États di mana majelis itu bertemu. Majelis itu memindahkan pertemuan ke lapangan tenis raja, di mana mereka mereka mulai mengucapkan [[Sumpah Lapangan Tenis]] ([[20 Juni]] 1789), di mana mereka setuju untuk tidak berpisah hingga bisa memberikan sebuah [[konstitusi]] untuk Prancis. Mayoritas perwakilan dari pendeta segera bergabung dengan mereka, begitupun 57 anggota bangsawan. Dari tanggal [[27 Juni]] kumpulan kerajaan telah menyerah pada lahirnya, meski militer mulai tiba dalam jumlah besar di sekeliling [[Paris]] dan Versailles. Pesan dukungan untuk majelis itu mengalir dari Paris dan kota lainnya di Prancis. Pada tanggal [[9 Juli]], majelis itu disusun kembali sebagai [[Majelis Konstituante Nasional]].
=== Majelis Konstituante Nasional ===
[[Berkas:Eugène Delacroix - La liberté guidant le peuple.jpg|right|thumb|[[Kemerdekaan Memimpin Rakyat]] ''(La liberté guidant le peuple)''.]]
==== Serbuan ke Bastille ====
{{Untuk|diskusi lebih jelas|Penyerbuan ke Bastille}}
Pada tanggal [[11 Juli]] 1789, Raja Louis, yang bertindak di bawah pengaruh bangsawan konservatif dari [[dewan kakus umum]]nya, begitupun permaisurinya [[Marie Antoinette]], dan saudaranya [[Charles X dari Prancis|Comte d'Artois]], membuang menteri reformis Necker dan merekonstruksi kementerian secara keseluruhan. Kebanyakan rakyat Paris, yang mengira inilah mulainya kup kerajaan, turut ke huru-hara terbuka. Beberapa anggota militer bergabung dengan khalayak; lainnya tetap netral.
Pada tanggal [[14 Juli]] 1789, setelah pertempuran 4 jam, massa menduduki [[penjara]] [[Bastille]], membunuh gubernur, Marquis [[Bernard de Launay]], dan beberapa pengawalnya. Walaupun orang Paris hanya membebaskan 7 tahanan; 4 pemalsu, 2 orang gila, dan seorang penjahat seks yang berbahaya, Bastille menjadi simbol potensial bagi segala sesuatu yang dibenci pada masa ''[[ancien régime]]''. Kembali ke [[Hôtel de Ville, Paris|Hôtel de Ville]] (balai kota), massa mendakwa ''[[Provost (sipil)|prévôt]] des marchands'' (seperti wali kota) [[Jacques de Flesselles]] atas pengkhianatan; pembunuhan terhadapnya terjadi ''dalam perjalanan'' ke sebuah pengadilan pura-pura di [[Palais Royal]].
Raja dan pendukung militernya mundur turun, setidaknya sejak beberapa waktu yang lalu. [[Marquis de la Fayette|Lafayette]] menerima komando Garda Nasional di Paris; [[Jean-Sylvain Bailly]], presiden Majelis Nasional pada masa [[Sumpah Lapangan Tenis]], menjadi wali kota di bawah struktur baru pemerintahan yang dikenal sebagai ''commune''. Raja mengunjungi Paris, di mana, pada tanggal [[27 Juli]], ia menerima kokade [[triwarna]], begitupun pekikan ''vive la Nation'' "Hidup Negara" diubah menjadi ''vive le Roi'' "Hidup Raja".
Namun, setelah kekacauan ini, para bangsawan, yang sedikit terjamin oleh rekonsiliasi antara raja dan rakyat yang nyata dan, seperti yang terbukti, sementara, mulai pergi dari negeri itu sebagai ''[[émigré]]'', beberapa dari mereka mulai merencanakan perang saudara di kerajaan itu dan menghasut koalisi Eropa menghadapi Prancis.
Necker, yang dipanggil kembali ke jabatannya, mendapatkan kemenangan yang tak berlangsung lama. Sebagai seorang pemodal yang cerdik namun bukan politikus yang lihai, ia terlalu banyak meminta dan menghasilkan amnesti umum, kehilangan sebagian besar dukungan rakyat dalam masa kemenangannya yang nyata.
Menjelang akhir Juli huru-hara dan jiwa [[kedaulatan rakyat]] menyebar ke seluruh Prancis. Di daerah pedesaan, hal ini ada di tengah-tengah mereka: beberapa orang membakar akta gelar dan tak sedikit pun terdapat [[chateau|châteaux]], sebagai bagian pemberontakan petani umum yang dikenal sebagai "la Grande Peur" ([[Ketakutan Besar]]).
==== Penghapusan feodalisme ====
:''Untuk diskusi lebih rinci, lihat [[Revolusi Prancis dari penghapusan feodalisme ke Konstitusi Sipil Pendeta|Penghapusan feodalisme]].''
Pada tanggal [[4 Agustus]] 1789, Majelis Nasional menghapuskan [[feodalisme]], hak ketuanan Estate Kedua dan sedekah yang didapatkan oleh Estate Pertama. Dalam waktu beberapa jam, sejumlah bangsawan, pendeta, kota, provinsi, dan perusahaan kehilangan hak istimewanya.
Sementara akan ada tanda mundur, penyesalan, dan banyak argumen atas ''rachat au denier 30'' ("penebusan pada pembelian 30 tahun") yang dikhususkan dalam legislasi [[4 Agustus]], masalah masih mandek, meski proses penuh akan terjadi di 4 tahun yang lain.
==== Dekristenisasi ====
{{untuk|diskusi lebih jelas|Dekristenisasi Prancis selama Revolusi Prancis}}
Revolusi membawa perubahan besar-besaran pada kekuasaan dari [[Gereja Katolik Roma]] kepada negara. Legislasi yang berlaku pada tahun [[1790]] menghapuskan otoritas gereja untuk menarik [[pajak]] hasil bumi yang dikenal sebagai ''dîme'' (sedekah), menghapuskan hak khusus untuk pendeta, dan menyita kekayaan geraja; di bawah ''ancien régime'', gereja telah menjadi pemilik tanah terbesar di negeri ini. [[Konstitusi Sipil Pendeta|Legislasi berikutnya]] mencoba menempatkan pendeta di bawah negara, menjadikannya pekerja negeri. Tahun-tahun berikutnya menyaksikan penindasan penuh kekerasan terhadap para pendeta, termasuk penahanan dan pembantaian para [[pendeta]] di seluruh Prancis. [[Concordat 1801]] antara Napoleon dan gereja mengakhiri masa dekristenisasi dan mendirikan aturan untuk hubungan antara Gereja Katolik dan Negara Prancis yang berlangsung hingga dicabut oleh [[Republik Ketiga]] pada [[pemisahan gereja dan agama]] pada tanggal [[11 Desember]] [[1905]].-->
=== Kemunculan berbagai faksi ===
{{untuk|diskusi lebih jelas|Majelis Konstituante Nasional}}
Faksi-faksi dalam majelis tersebut mulai bermunculan. Kaum [[keningratan|ningrat]] [[Jacques Antoine Marie Cazalès]] dan pendeta [[Jean-Sifrein Maury]] memimpin yang kelak dikenal sebagai [[politik sayap kanan|sayap kanan]] yang menentang revolusi. "Royalis Demokrat" atau ''Monarchien'', bersekutu dengan Necker, cenderung mengorganisir Prancis sejajar garis yang mirip dengan model [[Konstitusi Britania Raya|Konstitusi Inggris]]: mereka termasuk [[Jean Joseph Mounier]], [[Comte de Lally-Tollendal]], [[Comte de Clermont-Tonnerre]], dan [[Pierre Victor Malouet]], Comte de Virieu.{{butuh rujukan}}
"Partai Nasional" yang mewakili faksi tengah atau kiri-tengah majelis tersebut termasuk [[Honoré Mirabeau]], Lafayette, dan Bailly; sedangkan [[Adrien Duport]], [[Antoine Pierre Joseph Marie Barnave|Barnave]] dan [[Alexander Lameth]] mewakili pandangan yang lebih ekstrem.{{Cn}} Sementara itu, terdapat seorang tokoh radikalisme di faksi kiri yakni seorang pengacara bernama [[Arras]] [[Maximilien Robespierre]].<ref>{{Cite book|last=Syaefudin, M., Pudjitriherwanti, A., dan Asikin, S.|date=2020|url=https://lib.unnes.ac.id/43787/1/HAKI%20DAN%20BUKU%20SEJARAH%20PRANCIS.pdf|title=Sejarah Prancis: Pergulatan Peradaban Benua Biru|location=Bantul|publisher=Penerbit Samudra Biru|editor-last=Surahmat|pages=298|url-status=live}}</ref>
[[Emmanuel Joseph Sieyès|Sieyès]] memimpin pengusulan legislasi pada masa ini dan berhasil menempa konsensus selama beberapa waktu antara pusat politik dan [[politik sayap kiri|pihak kiri]].{{butuh rujukan}}
Di Paris, sejumlah komite, wali kota, majelis perwakilan, dan distrik-distrik perseorangan mengklaim otoritas yang bebas dari yang. Kelas menengah [[Garda Nasional (Prancis)|Garda Nasional]] yang juga naik pamornya di bawah Lafayette juga perlahan-lahan muncul sebagai kekuatan dalam haknya sendiri, begitupun majelis yang didirikan sendiri lainnya.{{butuh rujukan}}
Melihat model [[Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat]], pada tanggal [[26 Agustus]] 1789, majelis mendirikan [[Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warganegara]]. Seperti Deklarasi AS, deklarasi ini terdiri atas pernyataan asas daripada [[konstitusi]] dengan pengaruh resmi.{{butuh rujukan}}
=== Dari Peringatan Bonjour ke Kematian Mirabeau ===
''Untuk diskusi lebih detail tentang peristiwa antara [[14 Juli]] [[1790]] - [[30 September]] [[1791]], lihat [[Revolusi Prancis dari musim panas 1790 ke pendirian Majelis Legislatif|Dari peringatan Bastille ke kematian Mirabeau]].''
Majelis itu menghapuskan perlengkapan simbolik ''ancien régime'', baringan lapis baja, dll., yang lebih lanjut mengasingkan bangsawan yang lebih konservatif, dan menambahkan pangkat ''[[émigré]]''.{{butuh rujukan}}
Pada tanggal [[14 Juli]] [[1790]], dan beberapa hari berikutnya, kerumunan di [[Champ-de-Mars]] memperingati jatuhnya Bastille; Talleyrand melakukan sumpah massal untuk "setia pada negara, hukum, dan raja"; raja dan keluarga raja ikut serta secara aktif.{{butuh rujukan}}
Para pemilih awalnya memilih anggota [[Dewan Jenderal Prancis|Dewan Jenderal]] untuk bertugas dalam setahun, tetapi dengan [[Sumpah Lapangan Tenis]], ''commune'' tersebut telah sepakat tetap bertemu hingga Prancis memiliki konstitusi baru. Kelompok sayap kanan mengusulkan pemilu baru, tetapi Mirabeau menang, menegaskan bahwa status majelis itu telah berubah secara fundamental, dan tiada pemilu baru yang terjadi sebelum sempurnanya konstitusi.{{butuh rujukan}}
Pada akhir 1790, beberapa huru-hara kontrarevolusi kecil-kecilan pecah dan berbagai usaha terjadi untuk mengembalikan semua atau sebagian pasukan-pasukan terhadap revolusi yang semuanya gagal. Pengadilan kerajaan, dalam kata-kata [[François Mignet]], "mendorong setiap kegiatan antirevolusi dan tak diakui lagi." [http://www.outfo.org/literature/pg/etext06/8hfrr10.txt]
Militer menghadapi sejumlah kerusuhan internal: Jenderal [[François Claude Amour, marquis de Bouillé|Bouillé]] berhasil meredam sebuah pemberontakan kecil, yang meninggikan reputasinya (yang saksama) untuk simpatisan kontrarevolusi.{{butuh rujukan}}
Kode militer baru menerapkan peraturan kenaikan pangkat berdasarkan kompetensi dan senioritas mengubah peraturan lama yang menerapkan promosi lewat status kebangsawanan saja. Hal ini membawa pengaruh baik dalam kinerja korps perwira yang baru sekaligus membuat kelompok militer yang lama menjadi kelompok émigrés atau kontrarevolusi dari dalam.{{butuh rujukan}}
Masa ini menyaksikan kebangkitan sejumlah "klub" politik dalam politik Prancis, yang paling menonjol di antaranya adalah [[Klub Jacobin]]: menurut [[1911 Encyclopædia Britannica]], 152 klub berafiliasi dengan Jacobin pada tanggal [[10 Agustus]] 1790. Saat Jacobin menjadi organisasi terkenal, beberapa pendirinya meninggalkannya untuk membentuk [[Klub '89]]. Para royalis awalnya mendirikan ''[[Club des Impartiaux]]'' yang berumur pendek dan kemudian ''[[Club Monarchique]]''. Klub ini gagal mengambil hati rakyat untuk mencari nama dengan membagi-bagikan roti; hasilnya, mereka sering menjadi sasaran protes dan sumber huru-hara, dan pemerintah kotamadya Paris akhirnya menutup Club Monarchique pada bulan Januari [[1791]].{{butuh rujukan}}
Di tengah-tengah intrik itu, majelis terus berusaha untuk mengembangkan sebuah konstitusi. Sebuah organisasi yudisial membuat semua hakim sementara dan bebas dari tahta. Legislator menghapuskan jabatan turunan, kecuali untuk monarki sendiri. Pengadilan juri dimulai untuk kasus-kasus kejahatan. Raja akan memiliki kekuasaan khusus untuk mengusulkan perang, kemudian legislator memutuskan apakah perang diumumkan atau tidak. Majelis kemudian menghapus semua penghalang perdagangan dan menghapuskan [[gilda (perhimpunan)|gilda]], ketuanan, dan organisasi pekerja. Setiap orang kemudian berhak berdagang melalui pembelian surat izin; selain itu pemogokan menjadi ilegal.
Di musim dingin 1791, untuk pertama kalinya majelis tersebut mempertimbangkan legislasi terhadap ''émigré''. Debat itu mengadu keamanan negara terhadap kebebasan perorangan untuk pergi. Mirabeau menang atas tindakan itu, yang disebutnya "patut ditempatkan di kode [[Drako]]." [http://www.outfo.org/literature/pg/etext06/8hfrr10.txt]
Namun, Mirabeau meninggal pada tanggal [[2 Maret]] [[1791]]. Mignet berkata, "Tak seorang pun yang menyamainya dalam hal kekuatan dan popularitas," dan sebelum akhir tahun, Majelis Legislatif yang baru akan mengadopsi ukuran "drako" ini.{{butuh rujukan}}
=== Pelarian ke Varennes ===
{{untuk|diskusi lebih jelas|Pelarian ke Varennes}}
Louis XVI, yang ditentang pada masa revolusi, tetapi menolak bantuan yang kemungkinan berbahaya dari penguasa Eropa lainnya, membuat kesepakatan dengan Jenderal Bouillé yang setia kepada kerajaan untuk menjanjikannya pengungsian dan dukungan di kampnya di [[Montmedy]].{{butuh rujukan}}
Pada malam [[20 Juni]] [[1791]], keluarga kerajaan lari ke Tuileries. Namun, keesokan harinya, sang Raja yang terlalu yakin itu dengan sembrono menunjukkan diri. Dirinya dikenali dan ditangkap di [[Varennes]] (di ''[[département di Prancis|département]]'' [[Meuse]]) di akhir [[21 Juni]], ia dikembalikan ke Paris di bawah pengawalan.{{butuh rujukan}}
[[Jérôme Pétion de Villeneuve|Pétion]], [[Marie Victor de Fay, Marquis de Latour-Maubourg|Latour-Maubourg]] dan [[Antoine Pierre Joseph Marie Barnave]] yang mewakili majelis, bertemu anggota kerajaan itu di [[Épernay]] dan kembali dengan mereka. Dari saat ini, Barnave menjadi penasihat dan pendukung keluarga raja.{{butuh rujukan}}
Saat mencapai Paris, kerumunan itu tetap hening. Majelis untuk sementara menangguhkan sang raja. Ia dan Ratu [[Marie Antoinette]] tetap ditempatkan di bawah pengawalan.{{butuh rujukan}}
Upaya melarikan diri berdampak besar pada opini publik; karena jelas Louis telah mencari perlindungan di Austria, Majelis sekarang menuntut sumpah setia kepada rezim, dan mulai mempersiapkan perang, sementara ketakutan akan 'mata-mata dan pengkhianat' menyebar luas.{{butuh rujukan}}
=== Hari-hari terakhir Majelis Konstituante Nasional ===
''Untuk diskusi lebih jelas, silakan lihat [[Revolusi Prancis dari musim panas 1790 ke pendirian Majelis Legislatif|Hari-hari terakhir Majelis Konstituante Nasional]].''
Dengan sebagian besar anggota majelis yang masih menginginkan [[monarki konstitusional]] daripada [[republik]], sejumlah kelompok itu mencapai kompromi yang membiarkan Louis XVI tidak lebih dari penguasa boneka: ia terpaksa bersumpah untuk konstitusi, dan sebuah dekret menyatakan bahwa mencabut sumpah, mengepalai militer untuk mengumumkan perang atas bangsa, atau mengizinkan tiap orang untuk berbuat demikian atas namanya berarti turun tahta secara ''de facto''.{{butuh rujukan}}
[[Jacques Pierre Brissot]] mencadangkan sebuah petisi, bersikeras bahwa di mata bangsa Louis XVI dijatuhkan sejak pelariannya. Sebuah kerumunan besar berkumpul di [[Champ-de-Mars]] untuk menandatangani petisi itu. [[Georges Danton]] dan [[Camille Desmoulins]] memberikan pidato berapi-api. Majelis menyerukan pemerintah kotamadya untuk "memulihkan tatanan masyarakat". Garda Nasional di bawah komando Lafayette menghadapi kerumuman itu. Pertama kali para prajurit membalas serangan batu dengan menembak ke udara; kerumunan tidak bubar, dan Lafayette memerintahkan orang-orangnya untuk menembak ke kerumunan, menyebabkan pembunuhan sebanyak 50 jiwa.{{butuh rujukan}}
Segera setelah pembantaian itu pemerintah menutup banyak klub patriot, seperti surat kabar radikal seperti ''[[L'Ami du Peuple]]'' milik [[Jean-Paul Marat]]. Danton lari ke Inggris; Desmoulins dan Marat lari bersembunyi.{{butuh rujukan}}
Sementara itu, ancaman baru dari luar muncul: [[Leopold II, Kaisar Romawi Suci]], [[Friedrich Wilhelm II dari Prusia]], dan saudara raja [[Charles X dari Prancis|Charles-Phillipe, comte d'Artois]] mengeluarkan [[Deklarasi Pilnitz]] yang menganggap perkara Louis XVI seperti perkara mereka sendiri, meminta pembebasannya secara penuh dan pembubaran majelis itu, dan menjanjikan serangan ke Prancis atas namanya jika pemerintah revolusi menolak syarat tersebut.{{butuh rujukan}}
Pernyataan itu secara langsung membahayakan Louis sendiri. Orang Prancis tidak mengindahkan perintah penguasa asing itu, dan ancaman militer hanya menyebabkan militerisasi perbatasan.
Justru sebelum "Pelarian ke Varennes", para anggota majelis telah menentukan peraturan untuk melarang para anggota untuk mengikuti pemilihan majelis yang baru, yaitu [[Majelis Legislatif Prancis|Majelis Legislatif]]. Kini mereka mengumpulkan sejumlah UU yang telah mereka sahkan ke dalam [[Konstitusi Prancis 1791]], menunjukkan keuletan yang luar biasa dalam memilih untuk tidak menggunakan hal ini sebagai kesempatan untuk amandemen utama, dan mengajukannya ke Louis XVI yang dipulihkan saat itu, yang langsung menyetujuinya. Louis menulis "Saya mengajak mempertahan Konstitutsi ini di dalam negeri, mempertahankannya dari semua serangan luar; dan memutuskan pengesahannya dari saya". Raja memuji majelis dan menerima tepukan tangan penuh antusias dari para anggota dan penonton. Majelis mengakhiri masa jabatannya pada tanggal [[29 September]] [[1791]].{{butuh rujukan}}
Mignet menulis, "Konstitusi 1791... adalah karya kelas menengah, kemudian yang terkuat; seperti yang diketahui benar, karena kekuatan yang mendominasi pernah mengambil kepemilikan lembaga itu... Dalam konstitusi ini rakyat adalah sumbernya, tetapi tak melaksanakan apapun." [http://www.outfo.org/literature/pg/etext06/8hfrr10.txt]
== Majelis Legislatif dan kejatuhan monarki ==
{{untuk|penjelasan lebih jelas tentang peristiwa antara [[1 Oktober]] [[1791]] - [[19 September]] [[1792]]|Majelis Legislatif dan jatuhnya monarki Prancis}}
=== Majelis Legislatif ===
Di bawah Konstitusi 1791, Prancis berfungsi sebagai monarki konstitusional. Raja harus berbagi kekuasaan dengan [[Majelis Legislatif (Prancis)|Majelis Legislatif]] yang terpilih, tetapi ia masih bisa mempertahankan vetonya dan kemampuan memilih menteri.{{butuh rujukan}}
Majelis Legislatif pertama kali bertemu pada tanggal [[1 Oktober]] 1791, dan jatuh dalam keadaan kacau hingga kurang dari setahun berikutnya. Dalam kata-kata [[1911 Encyclopædia Britannica]]: "Dalam mencba memerintah, majelis sama sekali telah gagal. Majelis Legislatif membiarkan kekosongan keuangan, ketidakdisiplinan pasukan dan angkatan laut, dan rakyat yang rusak moralnya oleh huru-hara yang aman dan berhasil."{{butuh rujukan}}
Majelis Legislatif terdiri atas sekitar 245 anggota [[Feuillant]] (monarkis konstitusional) di [[politik sayap kanan|sisi kanan]], sekitar 136 [[Girondin]] (republikan liberal) dan [[Jacobin]] (revolusioner radikal) di [[politik sayap kiri|sisi kiri]], dan sekitar 345 wakil yang tak berafiliasi dengan faksi apapun. Faksi Jacobin dipimpin oleh Brissot dan biasa disebut ''Brissotins''.{{butuh rujukan}}
Meskipun merupakan minoritas di Majelis, kuasa atas komite-komite utama memungkinkan keluarga Brissotin memprovokasi Louis untuk menggunakan hak vetonya. Mereka pertama kali berhasil mengeluarkan keputusan menyita properti emigran, dan mengancam mereka dengan hukuman mati, kemudian raja memveto legislasi yang mengancam ''émigré'' dengan kematian ini.{{butuh rujukan}}
Majelis menyetujui sebuah dekrit yang memberikan waktu delapan hari kepada pendeta refraktori untuk mematuhi, atau menghadapi tuduhan 'konspirasi terhadap bangsa', tindakan yang ditentang bahkan oleh Robespierre. Ketika Louis memveto lagi, lawan-lawannya dapat menggambarkannya sebagai kebalikan dari reformasi secara umum, Setahun kemudian, ketidaksetujuan atas hal ini akan menimbulkan [[krisis konstitusi]].<ref>{{Cite web|title=The French Revolutionary Wars, 1792–1802|url=https://academic.oup.com/book/599/chapter/135318460|website=OUP Academic|language=en|access-date=2024-01-14}}</ref>
=== Perang ===
Politik masa itu membawa Prancis secara tak terelakkan ke arah perang terhadap [[Austria]] dan sekutu-sekutunya. Sang Raja, kelompok Feuillant dan Girondin khususnya menginginkan perang. Sang Raja (dan banyak Feuillant bersamanya) mengharapkan perang akan menaikkan popularitasnya; ia juga merencanakan untuk memanfaatkan tiap kekalahan: yang hasilnya akan membuatnya lebih kuat. Kelompok kiri Girondin ingin menyebarkan revolusi ke seluruh Eropa. Hanya beberapa Jacobin radikal yang menentang perang, mereka lebih memilih konsolidasi dan mengembangkan revolusi di dalam negeri. Kaisar Austria [[Leopold II, Kaisar Romawi Suci|Leopold II]], saudara [[Marie Antoinette]], berharap menghindari perang, tetapi meninggal pada tanggal [[1 Maret]] [[1792]].{{butuh rujukan}}
Prancis menyatakan perang pada [[Austria]] ([[20 April]] [[1792]]) dan [[Prusia]] bergabung di pihak Austria beberapa minggu kemudian. [[Perang Revolusi Prancis]] telah dimulai dan Prancis menderita serangkaian kekalahan telak.{{butuh rujukan}}
Dalam upaya untuk memobilisasi dukungan rakyat, pemerintah memerintahkan pendeta non-juri untuk bersumpah atau dideportasi, membubarkan [[Garda Konstitusi]] dan menggantinya dengan 20.000 fédérés ; Louis setuju untuk membubarkan Garda Konstitusi, tetapi memveto dua proposal lainnya, sementara Lafayette meminta Majelis untuk menekan faksi-faksi yang ada didalam Majelis.{{butuh rujukan}}
Setelah pertempuran kecil awal berlangsung sengit untuk Prancis, pertempuran militer yang berarti atas perang itu terjadi saat [[Pertempuran Valmy]] yang terjadi antara Prancis dan Prusia ([[20 September]] 1792). Meski hujan lebat menghambat resolusi yang menentukan, artileri Prancis membuktikan keunggulannya. Namun, dari masa ini, Prancis menghadapi huru-hara dan monarki telah menjadi masa lalu.{{butuh rujukan}}
=== Krisis konstitusi ===
[[Berkas:Jacques Bertaux - Prise du palais des Tuileries - 1793.jpg|jmpl|10 Agustus 1792 di Komune Paris]]
{{utama|10 Agustus (Revolusi Prancis)}}
Kemarahan rakyat meningkat ketika rincian [[Manifesto Brunswick]] yang dianggap menghina revolusi mencapai Paris pada tanggal 1 Agustus. Isi Manifesto itu antara lain berisi ancaman 'balas dendam yang tak terlupakan' jika ada yang menentang Sekutu dalam upaya memulihkan kekuasaan monarki.{{butuh rujukan}}
Pada malam [[10 Agustus]] 1792, para pengacau, yang didukung oleh kelompok revolusioner baru [[Komuni Paris (Revolusi Prancis)|Commune Paris]], menyerbu Istana Tuileries, membunuh banyak [[Garda Swiss]] yang menjaga istana tersebut. Raja dan ratu akhirnya menjadi tahanan dan sidang muktamar Majelis Legislatif menangguhkan monarki: tak lebih dari sepertiga wakil, hampir semuanya Jacobin.{{butuh rujukan}}
Akhirnya sebagian besar pemerintahan nasional bergabung dengan commune. Saat commune mengirimkan sejumlah kelompok pembunuh ke penjara untuk menjagal 1400 korban, dan mengirimkan surat edaran ke kota lain di Prancis untuk mengikuti contoh mereka, Majelis hanya bisa melancarkan perlawanan yang lemah. Keadaan ini berlangsung terus menerus hingga [[Konvensi Nasional Prancis|Konvensi]], yang diminta membuat konstitusi baru, bertemu pada tanggal [[20 September]] 1792 dan menjadi pemerintahan ''de facto'' baru di Prancis. Pada hari berikutnya konvensi itu menghapuskan monarki dan mendeklarasikan republik. Tanggal ini kemudian diadopsi sebagai awal [[Tahun Satu]] dari [[Kalender Revolusi Prancis]].{{butuh rujukan}}
== Republik Pertama (1792-1795) ==
[[Berkas:LouisXVIExecutionBig.jpg|jmpl|Eksekusi Louis XVI]]
{{untuk|penjelasan lebih lanjut tentang peristiwa antara [[20 September]] [[1792]]- [[26 September]] [[1795]]|Konvensi Nasional|Pembantaian September}}
Akhir Agustus, [[Pemilihan Konvensi Nasional Prancis 1792|Pemilihan Konvensi]] digelar. Kelompok ''Brissotins'' terpecah menjadi dua kelompok, yaitu [[Girondins]] moderat pimpinan Brissot dan kelompok ''[[Montagnards]]'' radikal yang dipimpin Robespierre, [[Georges Danton]] dan [[Jean-Paul Marat]].
Kuasa legislatif di [[Republik Prancis Pertama|Republik]] baru jatuh ke [[Konvensi Nasional]], sedangkan kekuasaan eksekutif kelak akan jatuh kepada [[Komite Keamanan Publik]], komite yang dibentuk untuk merespon pemberontakan royalis yang muncul di beberapa kota besar yang mengancam Republik. Kaum Girondin pun menjadi partai paling berpengaruh dalam konvensi dan komite itu.{{butuh rujukan}}
Dalam [[Manifesto Brunswick]], tentara kerajaan dan Prusia mengancam pembalasan ke penduduk Prancis jika hal itu menghambat langkah majunya atau dikembalikannya monarki. Sebagai akibatnya, Raja Louis dipandang berkonspirasi dengan musuh-musuh Prancis. Tanggal [[17 Januari]] [[1793]] menjadi hari diumumkannya tuntutan mati kepada Raja Louis yang diputuskan melakukan "konspirasi terhadap kebebasan publik dan keamanan umum" oleh mayoritas lemah di konvensi. Eksekusi dilakukan di ''Place de la Révolution'' pada tanggal 21 Januari. Permaisuri Louis yang kelahiran Austria, Marie Antoinette, menyusulnya ke guillotine pada tanggal [[16 Oktober]].{{butuh rujukan}}
Eksekusi Raja menimbulkan reaksi dari negara konservatif Eropa lainnya. Mereka menyerukan penghancuran Revolusioner Prancis dan pada bulan Februari, Konvensi merespon dengan mengeluarkan Deklarasi Perang terhadap [[Kerajaan Britania Raya (1707–1800)|Kerajaan Britania Raya]] dan [[Republik Belanda]]. Beberapa negara lain juga menyatakan perang terhadap Prancis sekaligus menjadi awal dari [[Perang Koalisi Pertama]].{{butuh rujukan}}
Saat perang bertambah sengit, harga naik dan [[sans-culottes]] (buruh miskin dan Jacobin radikal) memberontak; kegiatan kontrarevolusi mulai bermunculan di beberapa kawasan. Hal ini mendorong kelompok Jacobin merebut kekuasaan melalui ''[[kudeta|kup]]'' parlemen, yang ditunggangi oleh kekuatan yang didapatkan dengan menggerakkan dukungan publik terhadap faksi Girondin serta memanfaatkan kekuatan khayalak ''sans-culottes'' Paris. Persekutuan Jacobin dan unsur-unsur ''sans-culottes'' menjadi pusat yang efektif bagi pemerintahan baru membuat kebijakan menjadi lebih radikal.{{butuh rujukan}}
[[Berkas:Badische Guillotine.JPG|jmpl|kiri|[[Guillotine]]: antara 18.000-40.000 jiwa dieksekusi selama [[Pemerintahan Teror]]]]
[[Komite Keamanan Publik]] di bawah kendali [[Maximilien Robespierre]] serta faksi Jacobin menerapkan [[Pemerintahan Teror]] ([[1793]]-[[1794]]). Setidaknya 1200 jiwa menemui kematiannya dengan [[guillotine]] dsb; setelah tuduhan kontrarevolusi. Gambaran yang sedikit saja atas pikiran atau kegiatan kontrarevolusi (atau, pada kasus [[Jacques Hébert]], semangat revolusi yang melebihi semangat kekuasaan) bisa menyebabkan seseorang dicurigai, dan pengadilan tidak berjalan dengan teliti.{{butuh rujukan}}
Pada tahun 1794 [[Robespierre]] memerintahkan tokoh-tokoh Jacobin yang ultraradikal dan moderat dieksekusi; namun, sebagai akibatnya, dukungan rakyat terhadapnya benar-benar terkikis. Pada tanggal [[27 Juli]] [[1794]], orang-orang Prancis memberontak terhadap Pemerintahan Teror yang sudah kelewatan dalam [[Reaksi Thermidor]], yang menyebabkan anggota konvensi yang moderat menjatuhkan hukuman mati untuk Robespierre dan beberapa anggota terkemuka lainnya di Komite Keamanan Publik.{{butuh rujukan}}
Pemerintahan baru sebagian besar tersusun atas Girondis yang lolos dari teror, dan setelah merebut kekuasaan, mereka menuntut balas dengan penyiksaan yang juga dilakukan terhadap Jacobin yang telah membantu Robespierre, melarang Klub Jacobin dan menghukum mati sejumlah besar bekas anggotanya pada apa yang disebut sebagai [[Teror Putih]].{{butuh rujukan}}
Konvensi menyetujui "Konstitusi Tahun III" yang baru pada tanggal [[17 Agustus]] [[1795]]; sebuah [[plebisit]] meratifikasinya pada bulan September; dan mulai berpengaruh pada tanggal [[26 September]] [[1795]].{{butuh rujukan}}
== Direktorat (1795-1799)==
{{untuk|informasi lebih banyak tentang peristiwa antara [[26 September]] [[1795]] - [[9 November]] [[1799]]|Direktorat Prancis}}
Konstitusi baru itu melantik [[Direktorat Prancis|''Directoire'']] ([[bahasa Indonesia]]: ''Direktorat'') dan menciptakan [[legislatur bikameral]] pertama dalam sejarah Prancis. Parlemen ini terdiri atas 500 perwakilan (''Conseil des Cinq-Cents''/Dewan Lima Ratus) dan 250 senator (''Conseil des Anciens''/Dewan Senior). Kuasa eksekutif dipindahkan ke 5 "direktur" itu, dipilih tahunan oleh ''Conseil des Anciens'' dari daftar yang diberikan oleh ''Conseil des Cinq-Cents''.{{butuh rujukan}}
[[Rezim|Régime]] baru berhadapan dengan oposisi dari Jacobin dan royalis yang tersisa. Pasukan pemerintah meredam semua pemberontakan dan kegiatan kontrarevolusi. Dengan cara ini pasukan tersebut dan jenderalnya yang berhasil, [[Napoleon I dari Prancis|Napoleon Bonaparte]] memperoleh lebih banyak kekuasaan.{{butuh rujukan}}
Pada tanggal [[9 November]] [[1799]] ([[18 Brumaire]] dari Tahun VIII) [[Napoleon]] mengadakan ''[[kup]]'' yang melantik dirinya sebagai [[Konsulat Prancis|Konsulat]]; secara efektif hal ini memulai kediktatorannya dan akhirnya di tahun (1804) mengangkat dirinya sebagai kaisar, yang membawa mendekati fase [[republikan]] spesifik pada masa Revolusi Prancis.{{butuh rujukan}}
== Dampak ==
=== Bidang agama ===
Revolusi Prancis menimbulkan sekularisme atas paham agama Kristen. Sekularisme ini kemudian menghilangkan agama dan mengubahnya menjadi bidang sosial dan bidang politik. Teologi Kristen yang menyatakan bahwa hanya agama Kristen satu-satunya agama yang benar, diubah dengan mengembangkan konsep [[inklusivisme]] dan [[pluralisme]]. Dalam bidang organisasi keagamaan, konsep agama formal dihilangkan dengan mengembangkan konsep agama sebagai aktivitas Dalam bidang kajian [[kitab suci]], kaum sekularis mengadakan dekonstruksi konsep Alkitab sebagai Firman Tuhan melalui [[hermeneutika]]. Lalu, mereka mengembangkan metode [[Kritik sejarah (Alkitab)|kritik sejarah atas Alkitab]].<ref>{{Cite book|last=Husaini|first=Adian|date=2005|title=Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler Liberal|location=Jakarta|publisher=Gema Insani|isbn=978-602-250-517-4|pages=55-56|url-status=live}}</ref>
=== Bidang politik ===
Dampa utama yang ditimbulkan revolusi Prancis terhadap sistem politik jelas berupa kekuasaan absolut yang sangat dikecam oleh rakyat. Lebih dari itu, paham liberal yang muncul dengan adanya revolusi Prancis sangat pesat menyebar hingga ke penjuru dunia seperti [[Spanyol]], Jerman, Rusia, Austria, dan Italia. Dengan adanya revolusi Prancis tumbuh pula paham demokrasi, parlementer, republik, dan lain sebagainya yang tentunya juga mulai tumbuh di negara lain.{{Butuh rujukan}}
=== Bidang sosial ===
Dalam perjuangan revolusi Prancis jelas dapat kita ketahui bahwa stratifikasi sosial di negara tersebut dihapuskan, memberikan hak dan kewajiban yang sama terhadap seluruh rakyat serta memberikan kebebasan dalam menentukan agama, [[pendidikan]], dan pekerjaan.{{Butuh rujukan}}
=== Bidang ekonomi ===
Dihapusnya sistem gilde, yakni sistem dalam peraturan [[perdagangan]]. Dengan dihapusnya sistem ini maka perdagangan dan industri dapat berkembang dengan cukup baik di Prancis pasca revolusi Prancis.{{Butuh rujukan}}
Disisi lain kehidupan petani juga memiliki peningkatan, hal ini tidak lain karena dihapusnya pajak feodal dan selain sebagai penggarap tanah, petani juga diberikan hak untuk memiliki [[tanah]]. Dengan demikian pendapatan dan taraf hidup petani perlahan semakin meningkat.{{Butuh rujukan}}
== Pengaruh Revolusi Prancis Terhadap Indonesia ==
Salah satu wilayah yang terkena dampak positif dari terjadinya revolusi Prancis adalah Indonesia. Meskipun pada saat itu kedaulatan NKRI dan kemerdekaan Indonesia belum menemu jalannya, tetapi peristiwa revolusi Prancis memberikan inspirasi bagi para tokoh di Indonesia. Beberapa paham yang turut dijadikan sebagai motor penggerak massa mencari jalan Indonesia dalam kebabasan dan kemerdekaan adalah sebagai berikut:
=== Paham Nasionalisme ===
Sebagaimana catatan sejarah yang ada, paham nasionalisme muncul dan berkembang di daratan Eropa. Setelah adanya revolusi Prancis paham ini menyebar dengan cepat di daratan Asia dan Afrika, tidak terkecuali Indonesia dalam melawan negara imperialis Barat yang telah lama berkongko di Indonesia.{{butuh rujukan}}
Boedi Oetomo adalah salah satu organisasi nasional yang telah mengikuti paham nasionalisme dan berdiri pada tanggal 20 Mei 1908. Dari organisasi nasional pertama di Indonesia ini kemudian paham nasionalisme semakin terkenal dan menyebar di Indonesia sehingga bermunculan pergerakan nasional di Indonesia.{{butuh rujukan}}
=== Paham Demokrasi ===
Meskipun tidak secara langsung terkena dampak dari terjadinya revolusi Prancis, tetapi secara tidak langsung paham demokrasi yang mulai muncul di Indonesia pada Abad ke-20 merupakan bukti menyebarnya paham demokrasi ke seluruh penjuru dunia. Hal ini dibuktikan pada saat pemerintah Belanda yang pada waktu itu berkuasa di Indonesia memutuskan kaum bumi putera wajib militer guna memperkuat keamanan. Mendengar keputusan tersebut yang terjadi pada tahun 1916 ini maka Boedi Oetomo mengirimkan wakilnya yakni Dwidjosewoyo untuk melakukan perundingan dan negosiasi terhadap para pemimpin Belanda di Indonesia. Dari hasil negosiasi tersebut pemerintah Belanda tidak jadi memberikan wajib militer bagi penduduk pribumi melainkan diganti dengan pendirian Volksraad yakni Dewan Perwakilan Rakyat Hindia Belanda yang diresmikan pada tanggal 16 bulan Desember tahun 1916.{{butuh rujukan}}
Selain hal tersebut diatas, bukti paham demokrasi muncul di Indonesia setelah adanya revolusi Prancis ialah adanya tuntutan Indonesia Ber-parlemen. Bentuk perjuangan dan asas yang dianut dalam sistem parlemen tetunya sedikit banyak terinspirasi oleh perjuangan rakyat Prancis pada masa revolusi Prancis. Dengan adanya paham ini kemudian partai-partai politik di Indonesia bergabung membentuk wadah baru yang disebut dengan Gabungan Politik Indonesia atau yang sering disingkat GAPI. Dalam perjuangannya GAPI menyerukan bahwa Indonesia Berparlemen. Hal ini dilakukan guna menghindari paham fasisme yang pada saat itu sangat meresahkan dunia khususnya pada masa perang dunia II.{{butuh rujukan}}
=== Persatuan ===
Sebagaimana kita ketahui bahwa revolusi Prancis dapat berjalan dengan lancar karena adanya persatuan dari rakyat-nya. Hal itu pula menginspirasi Indonesia untuk menumbuhkan sikap persatuan dalam perjuangan merebut kemerdekaan. Salah satu bukti awal lahirnya persatuan di Indonesia setelah adanya revolusi Prancis adalah digunakannya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Hal ini diikrarkan oleh para pemuda Indonesia yang kemudian kita kenal dengan “Sumpah Pemuda”.{{butuh rujukan}}
== Lihat pula ==
* [[Kalender Revolusi Prancis]]
* [[Perang Revolusi Prancis]]
* [[Daftar istilah Revolusi Prancis]]
* [[Sejarah demokrasi]]
* [[Daftar tokoh Revolusi Prancis]]
* [[Daftar tokoh yang dianugerahi status warganegara terhormat Prancis selama Revolusi Prancis]]
* [[Reaksioner]]
* [[Garis waktu Revolusi Prancis]]
=== Revolusi lain dalam sejarah Prancis ===
* [[Revolusi 1848 di Prancis]]
* [[
* [[Mei 1968]], huru-hara yang cukup penting, meski tidak cukup untuk dikatakan sebagai revolusi
=== Revolusi besar lain dalam sejarah ===
* [[
* [[Revolusi Amerika]]
* [[Revolusi Komunis Cina|Revolusi Tiongkok]]
* [[Revolusi Rusia]]
* [[Revolusi Mesir]]
* [[Revolusi Indonesia]]
== Tokoh-tokoh ==
Beberapa tokoh dalam Revolusi Prancis:
* [[Karl XIV Johan Bernadotte|Jean Baptiste Jules Bernadotte]], kelak menjadi Raja [[Swedia]]
* [[Jean-Paul Marat]]
* [[Louis XVI dari Prancis]]
* [[Louis XVII dari Prancis]]
* [[Marie Antoinette]]
* [[Napoleon Bonaparte]]
* [[Voltaire]]
== Referensi ==
{{reflist|3}}
{{Revolusi Prancis}}
[[Kategori:Revolusi Prancis| ]]
[[Kategori:Perang kemerdekaan]]
[[Kategori:Revolusi]]
[[Kategori:Sejarah]]
[[Kategori:Konflik tahun 1790-an]]
|