Tupai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 120.188.83.103 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot Tag: Pengembalian |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(25 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Automatic taxobox
| name = Tupai
| status = CITES_A2
| fossil_range = [[Paleocene]] akhir - Kini▼
| status_system = CITES
| image = Anathana_ellioti.jpg▼
| status_ref = <ref>{{Cite web|title=Appendices {{!}} CITES|url=https://cites.org/eng/app/appendices.php|access-date=2022-01-14|website=cites.org}}</ref>
| image_caption = Tupai madras (''Anathana ellioti'')▼
▲| ordo = '''Scandentia'''
▲| ordo_authority = [[Johann Andreas Wagner|Wagner]], 1855
| subdivision_ranks = [[Familia|Suku]]
| subdivision = * [[Tupaiidae]]
* [[Ptilocercus|Ptilocercidae]]▼
▲* [[Ptilocercidae]]
}}
'''Tupai''' (
== Klasifikasi ==
Baris 20 ⟶ 19:
Tupai pernah dipisahkan dari cerurut dan [[tikus bulan]] yang tetap berada dalam bangsa Insectivora, dan dipindahkan ke dalam bangsa [[Primata]] yang beranggotakan [[kukang]], [[singapuar]], [[monyet]] dan [[kera]]. Pemindahan ini karena kemiripan internal tupai dengan bangsa monyet itu, sehingga dianggap sebagai golongan primata awal.
== Ciri-ciri ==
[[Thomas Stamford Raffles|Raffles]] mendeskripsikan genus ini memiliki moncong yang memanjang, delapan hingga 10 gigi seri, anggota badan yang berkembang dengan baik, kaki telanjang berjari lima, dan telapak kaki dilengkapi dengan bantalan yang menonjol dan cakar yang tajam, dengan kebiasaan dan ekor [[bajing]].<ref name=Raffles/>
[[Marcus Ward Lyon]] menerbitkan revisi genus tersebut pada tahun 1913, dan juga mencatat penampakan spesies ''Tupaia'' yang mirip [[bajing]] , yang hanya tidak memiliki kumis hitam panjang dan memiliki telinga yang lebih kecil. Mereka tidak memiliki tanda apa pun di wajah, area [[hidung]] yang telanjang memiliki retikulat halus, garis miring di bahu kurang lebih terlihat jelas, dan [[ekor]]nya berbulu tetapi tidak berumbai. Tempurung otak kira-kira selebar deretan gigi rahang atas . [[Fossa temporalis]] lebih kecil dari [[orbit (anatomi)]] . Pasangan [[gigi seri]] pertama atas lebih panjang dari gigi seri kedua, sedangkan pasangan gigi seri bawah kedua sedikit lebih besar dari pasangan gigi seri pertama dan ketiga. [[Gigi taring]] bawah lebih berkembang dibandingkan gigi taring atas dan berdiri tinggi di atas gigi [[geraham kecil]] yang berdekatan . Ukuran kepala, badan, dan ekor bervariasi antar spesies.<ref name=Lyon/>
Salah satu ciri khas spesies ''Tupaia'' dalah penglihatan warnanya. Mereka memiliki reseptor visual [[sel batang]] dan [[sel kerucut]] yang mirip dengan manusia dan primata lainnya.<ref>Shriver, J .G., Noback, C. R. (1967). ''Color Vision in the Tree Shrew'' (Tupaia glis). Folia Primatologia 6: 161−169.</ref>
== Sebaran ==
Spesies ''Tupaia'' berkisar dari timur laut [[India]] , [[Myanmar]] , [[Kepulauan Nikobar]] ke arah timur hingga beberapa Kepulauan [[Filipina]], dan dari [[Tiongkok]] tengah ke selatan hingga [[Jawa]] , [[Kalimantan]] dan [[Sumatra]] , termasuk pulau-pulau di pantai barat daya. Hewan ini tidak tersebar di [[Sulawesi]] , maupun di pulau-pulau di sebelah timur Jawa, kecuali [[Bali]].<ref name=Lyon/>
Mereka mendiami semak belukar yang lebat di hutan tropis. Kecuali ''T. minor'', mereka terutama hidup di darat dan mencari makan di lantai hutan, biasanya di bawah 1,5 m (4 kaki 11 inci). Karena mereka jarang terlihat melintasi jalan lebar, populasinya kemungkinan besar terkena dampak negatif dari fragmentasi hutan yang disebabkan oleh operasi penebangan kayu.<ref name=Emmons>Emmons, L. (2000). ''Tupai: A field study of Bornean treeshrews''. Berkeley and Los Angeles: University of California Press.</ref>
== Ekologi dan perilaku ==
Para naturalis awal menggambarkan spesimen ''Tupaia'' yang ditangkap di alam liar sebagai gelisah, gugup, dan bereaksi cepat terhadap suara dan gerakan.<ref name=Lyon/>[[Stimulus (fisiologi)|Sensitivitas]] [[pendengaran]] mereka sangat berkembang karena rentang frekuensi pendengaran mereka yang luas mencapai jangkauan [[ultrabunyi]] .<ref>Peterson, E. A., Wruble, S. D., Ponzoli, V. I. (1968). ''Auditory responses in tree shrews and primates''. Journal of Auditory Research 8(3): 345–355.</ref>
Bentuk gigi pipi spesies ''Tupaia'' menunjukkan bahwa mereka adalah pemakan [[serangga]] terkemuka . Spesimen penangkaran dilaporkan berburu [[semut]] , [[lalat]], [[jangkrik]] , [[belalang]] , [[kecoa]] , dan [[kumbang]] kecil. Mereka memegang makanan di antara kaki depannya sambil duduk di paha. Setelah makan, mereka menghaluskan kepala dan wajah dengan kedua kaki depannya, serta menjilat bibir dan telapak tangan. Mereka juga menyukai air, baik untuk minum maupun mandi. Mereka melengkapi pola makannya dengan buah-buahan lunak yang sebagian besar disebarkan oleh [[burung]]. Mereka menelan daging buahnya, tetapi menolak komponen berserat, yang tidak dapat mereka [[pencernaan|cerna]] karena [[usus]]nya yang panjang dan kecil serta [[sekum]] yang belum sempurna.<ref>Emmons, L. H. (1991). ''Frugivory in Treeshrews (Tupaia)''. The American Naturalist. 138(3): 642–649.</ref><ref name=Lyon/>
Persepsi [[penciuman]] yang berkembang dengan baik pada tikus pohon memungkinkan mereka dengan mudah mendeteksi makanan di antara serasah daun di lantai hutan. Sensitivitas mereka terhadap bau ditambah dengan penandaan aroma pada wilayah mereka penting dalam interaksi mereka dengan spesies sejenis.<ref>Gould, E. (1978). ''The behavior of the moonrat, Echinosorex gymnurus (Erinaceidae) and the pentail shrew,'' Ptilocercus lowi ''(Tupaiidae) with comments on the behavior of other insectivora''. Zeitschrift für Tierpsychologie 48(1): 1–27.</ref><ref name=Kawamichi79>Kawamichi, T. and Kawamichi, M. (1979). ''Spatial Organization and Territory of Tree Shrews'' (Tupaia glis). Animal Behavior 27(2): 381–393.</ref>
Pengamatan terhadap spesies ''Tupaia'' di habitat aslinya menunjukkan bahwa mereka biasanya membentuk pasangan monogami . Perilaku sosial berbeda antar spesies dan sumber makanan yang tersedia di wilayahnya. Jika makanan mencukupi dan cukup, mereka menoleransi spesies sejenis tanpa terlibat dalam sengketa wilayah.<ref name=Emmons/> Tupai yang umum diamati di [[Cagar Alam Bukit Timah]] mempertahankan sumber makanan yang semakin berkurang dengan mengusir penduduk di daerah sekitarnya.<ref name=Kawamichi79/>
Burung [[pemangsa]], [[ular]], dan [[karnivora]] kecil diketahui memangsa tupai. Manusia tidak tertarik membunuh mereka untuk dimakan karena rasanya yang tidak enak, dan mereka jarang dianggap sebagai [[hama]].<ref name=Cisneros>Cisneros, L. (2005). "Tupaia glis" (On-line), Animal Diversity Web.</ref>. Namun di beberapa daerah di Indonesia, tupai juga diburu dan diolah sebagai masakan, namun tidak sesering bajing, karena bajing lebih sering dianggap hama dibanding tupai.
=== Perkembangbiakan ===
Tupai memiliki lebih banyak kesamaan dengan hewan pengerat dan bajing dibandingkan dengan [[primata]] dalam hal [[reproduksi|berkembangbiak]] dan perkembangannya. Berbeda dengan [[primata]] yang menghasilkan satu bayi dengan masa [[kehamilan]] lebih lama, tupai umumnya melahirkan dua atau tiga anak dan hanya berada di dalam [[rahim]] sekitar 45 hari. Tupai betina melahirkan di sarang yang terbuat dari banyak daun kering, dan diketahui meninggalkan anak-anaknya tanpa pengawasan sambil sesekali kembali untuk memberi mereka susu. Pengasuhan orang tua terhadap ''Tupaia'' relatif terbatas.<ref>Collins, P. M. and Tsang, W. N. (1987). ''Growth and reproductive development in the male treeshrew'' (Tupaia belangeri) ''from birth to sexual maturity''. Biology of reproduction 37(2): 261–267.</ref>
Anak-anaknya rata-rata tinggal di dalam sarang selama 33 hari, berkembang secara bertahap sebelum mereka keluar dari sarang. Sepuluh tahap perkembangan [[embrio]] yang
teridentifikasi terlihat pada spesies ''Tupaia'' . Bayi tupai belum dewasa secara seksual hingga sekitar 90 hari setelah lahir.<ref>Kuhn, H, and Schwaier, A. (1973). ''Implantation, early placentation, and the chronology of embryogenesis in'' Tupaia belangeri. Zeitschrift für Anatomie und Entwicklungsgeschichte 142(3): 315–340.</ref> <ref name=Martin68/><ref name=Martin68/>
== Ragam jenis ==
Scandentia terdiri dari dua [[
Pulau Kalimantan ([[Borneo]]) kemungkinan merupakan pusat keragaman jenis-jenis tupai, mengingat sebelas (12 jika Palawan dimasukkan) dari 20 spesies tupai di dunia dijumpai di sana. Rincian jenis dan penyebarannya adalah sebagai berikut:
Baris 65 ⟶ 74:
*** Genus ''Urogale''
**** [[Tupai mindanao]] (''Urogale evereti''). Terbatas di Mindanao dan pulau-pulau sekitarnya, Filipina.
** Suku [[Ptilocercus|Ptilocercidae]]
*** Genus ''[[Ptilocercus]]''
**** [[Tupai ekor-sikat]], ''Ptilocercus lowii''. Semenanjung Malaya, Sumatra, '''Borneo''' dan pulau-pulau di sekitarnya.
**** ''[[Ptilocercus kylin]]'' (punah)
== Peribahasa ==
Baris 74 ⟶ 84:
* (Bagai) [[Mumbang ditebuk tupai]].
==
Ditulis dengan bahan-bahan dari Wikipedia bahasa Inggris dan rujukan berikut:
* Corbet, G.B. and J.E. Hill, 1992, ''The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review''. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford Univ. Press.
Baris 83 ⟶ 93:
* {{en}} [http://mbgnet.mobot.org/sets/rforest/animals/shrew.htm Hewan hutan hujan - Tupai]
* {{en}} [http://nationalzoo.si.edu/Animals/SmallMammals/fact-lessertreeshrew.cfm Fakta tentang tupai] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090425105628/http://nationalzoo.si.edu/Animals/SmallMammals/fact-lessertreeshrew.cfm |date=2009-04-25 }}
* {{id}} [http://www.kesimpulan.com/2013/01/aerodi-tupai-terbang-glaucomys-sabrinus.html Aerodi Tupai Terbang Glaucomys sabrinus] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160306191204/http://www.kesimpulan.com/2013/01/aerodi-tupai-terbang-glaucomys-sabrinus.html |date=2016-03-06 }} [http://www..kesimpulan.com News KeSimpulan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170220175602/http://acn.com.ve/ |date=2017-02-20 }}
{{Mamalia}}
{{Taxonbar|from=Q231550}}
[[Kategori:Hewan]]
[[Kategori:Tupai| ]]
[[Kategori:
[[Kategori:Scandentia]]
|