Kartini: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
k Membatalkan 1 suntingan by 182.2.104.228 (bicara) (Star! ✨) Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
(25 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{refimprove|date=April 2019}}▼
{{Untuk|film dengan nama yang sama|R.A. Kartini (film)|Kartini (film)}}
▲{{refimprove|date=April 2019}}
{{Infobox Person
| pre-nominals = Raden Ayu Adipati
| name =
Kartini Djojoadhiningrat | image = COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van Raden Ajeng Kartini TMnr 10018776.jpg
| image_size = 200px
| caption = Repro negatif potret Raden Ajeng Kartini (foto [[1890-an]])
| birth_date = {{birth date|1879|4|21|mf=y}}
| birth_place = [[Mayong, Jepara|Mayong]], [[Jepara]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1904|9|17|1879|4|21|mf=y}}
| death_place = [[Rembang]], [[Hindia Belanda]]
| restingplace = TMP Bulu, Kec. Bulu, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah
| other_names = Raden Ayu Kartini
| known_for = Emansipasi wanita.
| spouse = K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojoadhiningrat (m. 1903 - 1904, kematiannya)
| children = [[Soesalit Djojoadhiningrat]]
| signature = Signature of Kartini 2.svg
}}
'''Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat''' ({{lahirmati|[[Mayong, Jepara|Mayong]], [[
Ia dilahirkan dalam keluarga bangsawan [[suku Jawa|Jawa]] di [[Hindia Belanda]] (sekarang [[Indonesia]]). Setelah bersekolah di sekolah dasar berbahasa Belanda, ia ingin melanjutkan pendidikan lebih lanjut, tetapi perempuan Jawa saat itu dilarang mengenyam pendidikan tinggi. Ia bertemu dengan berbagai pejabat dan orang berpengaruh, termasuk J.H. Abendanon, yang bertugas melaksanakan [[Kebijakan Etis Belanda]].
Setelah kematiannya, saudara perempuannya melanjutkan pembelaannya untuk mendidik anak perempuan dan perempuan.<ref>[http://www.san.beck.org/20-11-Indonesia1800-1950.html Indonesia 1800–1950] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170524100635/http://www.san.beck.org/20-11-Indonesia1800-1950.html |date=2017-05-24 }} Beck</ref> Surat-surat Kartini diterbitkan di sebuah majalah Belanda dan akhirnya, pada tahun 1911, menjadi karya: ''Habis Gelap Terbitlah Terang'', ''Kehidupan Perempuan di Desa'', dan ''Surat-Surat Putri Jawa''. Ulang tahunnya sekarang dirayakan di Indonesia sebagai Hari Kartini untuk menghormatinya, serta beberapa [[Sekolah Kartini|sekolah]] dinamai menurut namanya dan sebuah yayasan didirikan atas namanya untuk membiayai pendidikan anak perempuan bangsa Indonesia.
== Biografi ==
[[Berkas:Sosroningrat, regent van Djapara.jpg|al=|kiri|jmpl|214x214px|Ayah Kartini, R.M.A.A. Sosroningrat.]]
Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan [[priyayi
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang [[wedana]] di [[Mayong, Jepara|Mayong]]. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang [[bupati]] beristerikan seorang bangsawan. Karena
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari semua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran
[[Berkas:Kartini1900s.jpg|jmpl|Surat Kartini - Rosa Abendanon (fragmen)]]
Baris 38 ⟶ 39:
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang ''[[De Locomotief]]'' yang diasuh [[Pieter Brooshooft]]. Ia juga menerima ''leestrommel'' (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda ''De Hollandsche Lelie''. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di ''De Hollandsche Lelie''. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal [[emansipasi]] wanita, tetapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul ''[[Max Havelaar]]'' dan ''Surat-Surat Cinta'' karya [[Multatuli]], yang pada November [[1901]] sudah dibacanya dua kali. Selain itu, Kartini juga membaca ''De Stille Kraacht'' (''Kekuatan Gaib'') karya Louis Coperus dan karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, ''Die Waffen Nieder'' (''Letakkan Senjata''). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orang tuanya, Kartini dijodohkan dengan bupati [[Rembang]], K.R.M. Adipati
Berkat kegigihan Kartini, belakangan didirikan Sekolah Wanita oleh [[Van Deventer#Yayasan Kartini|Yayasan Kartini]] di [[Semarang]] pada [[1912]], dan kemudian di [[Surabaya]], [[Yogyakarta]], [[Malang]], [[Madiun]], [[Cirebon]], dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "[[Sekolah Kartini]]". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga [[Van Deventer]], seorang tokoh [[Politik Etis]].
Baris 72 ⟶ 73:
Terjemahan surat itu sebagai berikut:
<blockquote>"Saja ada satoe Botjah-Boedha, maka itoe ada mendjadi satoe alesan mengapa saja kini tiada memakan barang berdjiwa.
Ketika saja masih anak-anak, saja telah dapat sakit keras, dokter-dokter tidak bisa menolong, mereka poetoes asah.
Waktoe itoe, seorang Tionghoa (seorang hoekoeman dengan siapa kita masih anak-anak soeka bersahabatan) tawarkan
dirinja boeat menolong saja. Saja poenja orang toea menoeroet dan saja betoel-betoel djadi semboeh.
Apa jang obat-obatan dari orang-orang terpeladjar tidak mampoe, djoestroe obat-tachajoel jang menolongnja.
Ia menolong saja dengan tjoema-tjoema, saja disoeroe minoem aboe dari hioswa jang dibakar sebagi sembah-bakti
pada satoe Tepekong Tionghoa. Lantaran minoem obat itoe saja djadi anaknja Orang Soetji itoe, Santikkong Welahan.
Pada kira-kira satoe tahoen jang laloe saja mengoenjoengi Orang Soetji itoe. Ia ada hanja satoe Patoeng Emas
jang ketjil dan siang malam dilipoeti asep hio. Bilamana ada berdjangkit wabah penjakit heibat, patoeng ketjil ini
digotong-gotong kesana-sini dengan pake oepatjara boeat oesir pengaroeh djahat dari iblis-iblis."</blockquote>
Baris 106 ⟶ 107:
:Buku lain yang berisi terjemahan surat-surat Kartini adalah ''Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904''. Penerjemahnya adalah Joost Coté. Ia tidak hanya menerjemahkan surat-surat yang ada dalam ''Door Duisternis Tot Licht'' versi Abendanon. [[Joost Coté]] juga menerjemahkan seluruh surat asli Kartini pada Nyonya Abendanon-Mandri hasil temuan terakhir. Pada buku terjemahan Joost Coté, bisa ditemukan surat-surat yang tergolong sensitif dan tidak ada dalam ''Door Duisternis Tot Licht'' versi Abendanon. Menurut Joost Coté, seluruh pergulatan Kartini dan penghalangan pada dirinya sudah saatnya untuk diungkap.
:Buku ''Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904'' memuat 108 surat-surat Kartini kepada Nyonya Rosa Manuela Abendanon-Mandri dan suaminya JH Abendanon. Termasuk di dalamnya: 46 surat yang dibuat Rukmini, [[Kardinah]], Kartinah, dan Soematrie.
* '''''Panggil Aku Kartini Saja'''''
Baris 137 ⟶ 138:
Presiden [[Soekarno]] mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai '''Hari Kartini'''.
Pemerintahan Orde Lama [[Soekarno]] mendeklarasikan 21 April sebagai Hari Kartini untuk mengingatkan perempuan bahwa mereka harus berpartisipasi dalam "wacana negara hegemonik pembangunan".<ref name="bulbeck">{{cite book | last = Bulbeck | first = Chilla | author-link = Chilla Bulbeck | title = Sex, love and feminism in the Asia Pacific: a cross-cultural study of young people's attitudes | url = https://archive.org/details/sexlovefeminismi0000bulb | publisher = Routledge | location = London New York | series = ASAA women in Asia | year = 2009 | isbn = 9780415470063 }} [https://books.google.com/books?id=chqofjVED54C&pg=PA94 Preview.]</ref> Namun, setelah tahun 1965, pemerintahan [[Orde Baru]] [[Soeharto]] mengubah citra Kartini dari emansipator wanita radikal menjadi citra yang menggambarkannya sebagai istri yang patuh dan putri yang patuh, "sebagai hanya seorang wanita berpakaian kebaya yang bisa memasak."<ref name=Yulianto>{{cite news |last=Yulianto |first=Vissia Ita |title=Is celebrating Kartini's Day still relevant today? |url=http://www.thejakartapost.com/news/2010/04/21/is-celebrating-kartini%E2%80%99s-day-still-relevant-today.html |access-date=15 March 2013 |newspaper=The Jakarta Post |date=21 April 2010 |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20130807162432/http://www.thejakartapost.com/news/2010/04/21/is-celebrating-kartini%E2%80%99s-day-still-relevant-today.html |archive-date=7 August 2013 }}</ref> Pada kesempatan itu, yang dikenal sebagai Hari Ibu Kartini, "gadis-gadis muda harus mengenakan jaket ketat yang pas, kemeja batik, gaya rambut yang rumit, dan perhiasan berornamen ke sekolah, yang seharusnya meniru pakaian Kartini tetapi dalam kenyataannya, mengenakan pakaian ciptaan, dan ansambel yang lebih ketat daripada yang pernah dia lakukan."<ref name=Ramusack>{{cite book|last=Ramusack|first=Barbara N.|title=Women's History in Global Perspective|year=2005|publisher=University of Illinois Press|isbn=978-0-252-02997-4|pages=101–138 [129]|chapter-url=https://books.google.com/books?id=cQz2o883S38C&pg=PA129 |editor=Bonnie G. Smith|access-date=15 March 2013|chapter=Women and Gender in South and Southeast Asia}}</ref>
Melodi "Ibu Kita Kartini" oleh [[Wage Rudolf Supratman|W. R. Supratman]]:
Baris 197 ⟶ 198:
{{Authority control}}
{{lifetime|1879|1904|Kartini, Raden Adjeng}}
{{DEFAULTSORT:Kartini}}
[[Kategori:Pahlawan nasional Indonesia]]
Baris 203 ⟶ 205:
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Tengah]]
[[Kategori:Tokoh
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Mayong]]
[[Kategori:Kartini| ]]
[[Kategori:Aktivis kesetaraan gender Indonesia]]
|