Tanggomo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Etimologi: Tanggal |
|||
(5 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 2:
'''''Tanggomo''''' adalah sastra lisan bahasa [[Gorontalo]] yang diungkap secara berirama, berbentuk puisi naratif dan tidak terikat oleh baris. Arti kata ''tanggomo'' yang ditinjau dari makna katanya ialah "tampung". Kata ini dalam pembentukan verba menjadi dua jenis kata yang berbeda makna. Bentukan pertama adalah ''molanggomo'', yang berarti menampung sesuatu dengan tangan yang ditadahkan terbuka ke atas. Bentukan kedua ialah ''motanggomo'', kata ini mempunyai makna yang lebih dekat dengan kegiatan bercerita, yaitu "bercerita dengan ragam sastra ''tanggomo''".<ref name=":0">{{Cite book|last=Tuloli|first=Nani|date=1991|url=https://books.google.co.id/books/about/Tanggomo.html?hl=id&id=l1eBAAAAMAAJ|title=Tanggomo, salah satu ragam sastra lisan Gorontalo|location=Jakarta|publisher=Intermasa|pages=29-30|isbn=978-979-8114-80-9|language=Indonesian|}}</ref>
Tanggomo berisi peristiwa dan kejadian yang sumber ceritanya berasal dari kejadian atau peristiwa nyata, dari cerita rakyat, dan dari rekaman pencerita sendiri.<ref name=":0" /> Pada jamannya, Tanggomo merupakan alat untuk menyebarluaskan informasi berdasarkan fakta kepada masyarakat.<ref>{{Cite
== Etimologi ==
Tanggomo berasal dari kata dasar ''Tanggomo'' yang jika diartikan secara harfiah adalah menampung. Orang yang membawakan syair ''Tanggomo'' di sebut ''Ta Motanggomo''.<ref>{{
Syair tanggomo yang jumlahnya ratusan sampai ribuan baris diciptakan dan dihafal oleh orang yang memang ahli ''Tanggomo'' dan dilantunkan pada saat-saat tertentu, misalnya pada acara hajatan atau keramaian.<ref>{{Cite web|last=Editor|date=2017-04-21|title=Tanggomo, Sastra Lisan yang Berperan sebagai Media Jurnalistik|url=https://1001indonesia.net/tanggomo/|website=1001 Indonesia|language=en-US|access-date=2020-09-12}}</ref>
Pada awalnya ''tanggomo'' diucapkan layaknya membaca puisi tanpa iringan alat. Dalam perkembangan selanjutnya terdapat juga ''Tanggomo'' yang dilantunkan dengan diiringi petikan gambus atau kecapi.<ref>{{cite web|date=17 Desember 2015|title=Tanggomo, Gorontalo|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/2015/12/17/tanggomo-gorontalo/|publisher=kebudayaan.kemdikbud.go.id|accessdate=10 Februari 2017|archive-date=2017-02-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20170211081155/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/2015/12/17/tanggomo-gorontalo/|dead-url=yes}}</ref>
Nilai budaya yang paling menonjol dalam ''tanggomo'' adalah nilai sejarah, sebagai contoh adalah cerita peristiwa patriotik [[23 Januari]] [[1942]] tentang perjuangan rakyat Gorontalo merebut kemerdekaan dari penjajah [[Belanda]]. Akhir-akhir ini fungsi ''Tanggomo'' menjadi penyebar informasi faktual yang lebih bersifat sejarah, dengan ''Tanggomo'' informasi faktual seperti Keluarga Berencana (KB), program wajib belajar 9 tahun, gerakan Jumat Bersih, semuanya itu telah diciptakan tukang ''Tanggomo'' dan disampaikan kepada masyarakat.
== Syair Tanggomo tentang penyambutan ==
Berikut ini adalah syair ''tanggomo'' tentang "Peristiwa Patriotik 23 Januari 1942" yang juga sering disebut sebagai "hari kemerdekaan Gorontalo":
:''Bisimila momulayi''
Baris 22:
:''Botiya uyilowali''
:''Maso-maso to akali''
:''Wawu dila
:''23 januali''
:''42 yilowali''
:''Lali wungguli kakali''
:''Donggo to’u
:''Ra’ayati
:''Wawu malo
:''Walanta hemolihito''
:''Ngiyo-ngiyoto dungito''
Baris 35:
:''Oyinta lobohuliyo''
:''Lomobu hudungiliyo''
:''To
:''Talumolo
:''Odito kapaliliyo''
:''Kapali tikololiyo''
Baris 47:
:''Hudungu to uwanengo''
:''Walanta
:''Wawu malo hipalita''
:''Uweewo ma hidehita''
Baris 57:
:''Ra’ayati to sikisa''
:''
:''Tolipu Hulontalangi''
:''Tahu’a pomikilangi''
Baris 85:
:''Mongodula’a mongowutato''
:''Tanggomo
:''Wanu hila momatato''
:''Pona’o de Hulontalo''
:''Silita banta-bantalo''
== Masa Sekarang ==
Tradisi lisan Tanggomo di masa sekarang semakin sulit ditemukan di wilayah Provinsi Gorontalo.<ref name=":1">{{Cite
Dikhawatirkan dalam jangka waktu tidak lama tradisi lisan yang berfungsi sebagai media penyampai informasi ini akan benar-benar ditinggalkan warga Gorontalo. Di [[Kabupaten Gorontalo Utara]], hanya sedikit orang tua yang mampu menuturkan tradisi lisan ini. Salah satunya adalah Anis Husain, seorang penjaga kantor dan pemulung.<ref name=":1" />
|