Raden Alit Prawatasari: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Cakkavatti (bicara | kontrib) |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(23 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
'''
▲[[File:Radenprawatasari.jpeg|thumb | Lukisan Raden Alit Prawatasari]]
== Kehidupan awal ==
Prawatasari merupakan putra tunggal dari [[Wira Tanu I]] dan istri keduanya Dewi Amriti, putri dari seorang patih di [[Kerajaan Jampang Manggung]] yang masih keturunan bangsawan dari daerah [[Panjalu, Ciamis|Panjalu,]] [[Kabupaten Ciamis]]. Masa kecilnya banyak dihabiskan di Kedaleman Cikundul (sekarang [[Cikalongkulon, Cianjur|Cikalongkulon]]), dimana ia mendapat julukan dari masyarakat sekitar sebagai Raden Alit (Alit berarti "kecil" atau "mungil" dalam [[Bahasa Sunda]]).<ref name=":0">{{Cite web|date=2020-06-19|title=Menak Pemberontak dari Jampang Manggung|url=https://historia.id/militer/articles/menak-pemberontak-dari-jampang-manggung-6m7zB|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-12-04}}</ref>
== Perlawanan Terhadap VOC ==
Prawatasari memulai perlawanan di Cianjur tahun 1703 dikarenakan setoran paksa [[belerang]] dari [[Gunung Gede]] dan buah [[kopi]] serta hasil pertanian lainnya yang diharuskan dikirim ke [[Batavia]] dianggap semakin memberatkan para petani di Cianjur. Hubungannya dengan bupati Cianjur yang juga merupakan kakak seayahnya [[Wira Tanu II]] semakin memburuk, dimana Wira Tanu II dengan dukungan VOC memburu Prawatasari yang dianggap sebagai pembawa masalah. Perburuan VOC atas Prawatasari dipimpin oleh Sersan [[Pieter Scipio van Oostende|Pieter Scipio]] dengan pasukan Letnan [[Ki Mas Tanuwijaya]], seorang letnan VOC pribumi sebagai bagian penerapan taktik adu domba, beserta para bupati yang tunduk kepada VOC, dimana Prawatasari dinyatakan sebagai '''''Karaman Van Java''''' (Penjahat besar dari [[Jawa]]).<ref>{{Cite web|date=2023-05-29|title=Drama Kolosal Pejuang Cianjur Melawan Penjajah VOC|url=https://republika.co.id/share/rvf8h0491|website=Republika Online|language=id|access-date=2023-12-04}}</ref>
==Bukti Sejarah==▼
Dikarenakan perburuan yang dilakukan VOC terhadapnya, Prawatasari berperang tidak secara frontal namun dengan cara bergerliya di daerah [[Mande, Cianjur|Jampang Mande]], yang terletak di perbatasan Cianjur-[[Kabupaten Bogor|Bogor]]. Wilayah operasi gerilya Prawatasari selanjutnya menyebar ke [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], seluruh [[Parahyangan Timur]], [[Kabupaten Cirebon|Cirebon]] dan [[Kabupaten Banyumas|Banyumas]], untuk menghindari perburuan VOC antara tahun 1703-1707.<ref>{{Cite book|last=Rosidi|first=Ajip|date=2000|url=https://books.google.com/books?id=8uoSAQAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Prawatasari+Banyumas&q=Prawatasari+Banyumas&hl=en|title=Ensiklopedi Sunda: alam, manusia, dan budaya, termasuk budaya Cirebon dan Betawi|publisher=Pustaka Jaya|isbn=978-979-419-259-7|language=id}}</ref> Selama melakukan perlawanan, Prawatasari mampu menghimpun kekuatan sampai 3000 orang pasukan (suatu jumlah yang besar mengingat jumlah penduduk waktu itu untuk satu kabupaten hanya sekitar 1000 keluarga) untuk melakukan perlawanan terhadap VOC.<ref name=":0" /><ref>{{Cite web|date=2022-06-19|title=Sepak Terjang dan Perlawanan Haji Prawatasari Berujung VOC Larang Ibadah Haji|url=https://www.merdeka.com/histori/sepak-terjang-dan-perlawanan-haji-prawatasari-berujung-voc-larang-ibadah-haji.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2023-12-04}}</ref> Pada Maret 1704, pasukan Prawatasari berhasil mengepung serta nyaris menghancurkan [[Regol Wetan, Sumedang Selatan, Sumedang|Regol Wetan]], ibu kota baru [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]]. Pasukan Prawatasari tercatat 3 kali berhasil mengalahkan pasukan VOC sampai Agustus 1705.<ref>{{Cite web|title=Tak Terima Tertindas, Haji Prawatasari Pimpin Gerilya|url=https://wartakota.tribunnews.com/2012/12/29/tak-terima-tertindas-haji-prawatasari-pimpin-gerilya|website=Wartakotalive.com|language=id-ID|access-date=2023-12-04}}</ref>
Kisah perburuan Prawatasari oleh Letnan Ki Mas Tanuwijaya tersirat dalam sebuah lagu Sunda yang masih dinyanyikan sampai sekarang, berjudul '''Ayang Ayang Gung''' yang menceritakan bagaimana Ki Mas Tanuwijaya bekerjasama dengan Kompeni untuk menangkap seorang penjahat (Prawatasari) dengan cara menipu agar bisa naik pangkat menjadi seorang [[Kewedanaan|wedana]].<ref>{{Cite web|last=admin|date=2016-01-09|title=Ayang Ayang Gung - Bogor Today|url=https://bogor-today.com/2016/01/09/ayang-ayang-gung/|language=id|access-date=2023-12-04}}</ref>
Salah satu bukti otentik catatan sejarah mengenai keberadaan Prawatasari adalah surat perintah dari Gubernur Jenderal VOC [[Joan van Hoorn]], bertanggal 22 Maret 1704, kepada seluruh bupati di Parahyangan dengan ancaman pemecatan, untuk segera menangkap Paap Prawatasari (Kyai Prawatasari) yang dijuluki Karaman van Java atau Penjahat Besar dari Jawa, baik hidup atau mati dangan hadiah 300 Ringgit.<ref>{{Cite web|date=2020-07-02|title=Akhir Petualangan Haji Prawatasari|url=https://historia.id/militer/articles/akhir-petualangan-haji-prawatasari-v5be4|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-12-04}}</ref>
==
Menurut sumber dari Belanda, Prawatasari meninggal di tahun 1707 setelah tertangkap dalam pertempuran di [[Bagelen, Purworejo|Bagelen]]. Ia lalu menjalani hukuman mati di benteng [[Kartasura, Sukoharjo|Kartasura]], dimana jasadnya lalu dikebumikan di daerah [[Dayeuhluhur, Cilacap|Dayeuhluhur]], [[Kabupaten Cilacap|Cilacap]] di tepi [[Sungai Cibeet]]. Masyarakat setempat menyebut kuburannya sebagai '''Keramat Turunan Panjalu''' yang keberadaannya saat ini terancam tenggelam dikarenakan adanya pembangunan [[Bendungan Dayeuhluhur]] mulai dari tahun 2020.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2012-12-14|title=8 Desa di Cilacap Ditenggelamkan untuk Bendungan|url=https://regional.kompas.com/read/2012/12/14/16142930/~Regional~Jawa|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-12-04}}</ref>[[Berkas:Keramatprawatasari.jpeg|jmpl|Kuburan Raden Prawatasari di tepi Sungai Cibeet, Dayeuhluhur.|234x234px]]
#^Aan Merdeka Permana▼
=== Kontroversi Tentang Kuburan Raden Prawatasari ===
[[Kategori:Tokoh Cianjur]]▼
Ahli sejarah dan ahli waris dari Raden Alit Prawatasari terkadang salah dalam menentukan letak kuburan yang benar dari Raden Alit Prawatasari dengan kuburan dari Raden Arya Salingsingan atau [[Arya Sacanata]] yang juga keturunan menak Panjalu dan sama-sama dikuburkan di tepi Sungai Cibeet di Dayeuhluhur. Letak kuburan sejati Raden Alit Prawatasari yang benar agak di sebelah hulu yang dikenali sebagai '''Kuburan Raja Karaman''' di '''Keramat Raja Kembang''' yang dipelihara oleh masyarakat adat Tejakembang yang merupakan penduduk dari Desa [[Cijeruk, Dayeuhluhur, Cilacap|Cijeruk]].
== Warisan ==
Nama Raden Alit Prawatasari saat ini diabadikan menjadi nama sebuah stadion ([[Lapang Prawatasari]]) dan taman kota ([[Taman Prawatasari]]) di Kel. [[Sawah Gede, Cianjur, Cianjur|Sawah Gede]], Kec. [[Cianjur, Cianjur|Cianjur]].<ref>{{Cite web|title=TAMAN PRAWATASARI CIANJUR JABAR - Jl. Surya Kencana No.1, Sawah Gede, Kec. Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 43212|url=https://bkppkutim.com/taman-prawatasari-cianjur-jabar-5363539478593691101/|website=bkppkutim.com|access-date=2023-12-04}}</ref>
== Rujukan ==
▲# ^Aan Merdeka Permana
{{Reflist}}
[[Kategori:Dayeuhluhur, Cilacap]]
[[Kategori:
|