Surat Ulu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Natsukusha (bicara | kontrib)
Natsukusha (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(68 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Redirect2|Aksara Rencong|Aksara Kaganga|aksara daerah yang berkembang di Alamdaerah sekitar Gunung Kerinci|Aksara Incung|nama senjata|Rencong}}
{{underconstruction}}
{{kembangkan}}
{{Redirect2|Aksara Rencong|Aksara Kaganga|aksara daerah yang berkembang di Alam Kerinci|Aksara Incung|nama senjata|Rencong}}
{{Infobox Writing system
|name=''Surat Ulu''
|altname=Aksara Rencong<br>Aksara Kaganga
|type=[[Abugida]]
|languages=[[Bahasa LampungMelayu Tengah|LampungMelayu Tengah]], [[Bahasa MelayuRejang|Rejang]], Tengah[[Bahasa Musi|MelayuMusi TengahUlu]], [[Bahasa RejangRawas|RejangRawas]], [[Bahasa KerinciCol|KerinciLembak]], dan lain-lain
|fam1={{hipotesis abjad aram-brahmi}}
|fam2=[[Aksara Pallawa]]
Baris 18 ⟶ 16:
|iso15924=
|imagesize=300px
|sample=SuratUluSample.png
|caption=
|caption=Contoh rumpun aksara Ulu: [[aksara Incung|Incung]] {{smaller|(atas)}}, [[aksara Lampung|Lampung]] {{smaller|(tengah)}}, dan [[aksara Rejang|Rejang]] {{smaller|(bawah)}}
}}
 
'''''Surat Ulu''''' atau adalah'''Aksara sebutanHulu''', untukjuga sejumlahdikenal aksarasebagai serumpun'''Aksara Rencong''' atau '''Aksara Kaganga''',{{sfn|Sarwono|Rahayu|2014|pp=2}}{{efn|Istilah surat ulu yang terutamamenunjuk digunakankepada diaksara pulauatau Sumatratulisan bagianrencong selatan.atau IstilahKa-Ga-Nga initerdapat palingantara umumlain digunakandalam untukmanuskrip-manuskrip merujukMal. pada6873, [[aksaraMal Incung]]6874, [[aksaraMal. Lampung]]6884, Mal. 6877, dan L.Or. 12.247 (Perpustakaan Universitas Leiden).{{sfn|Sarwono|Rahayu|2014|pp=2}}}} adalah sebutan untuk [[rumpun aksara RejangBrahmi]], tetapiyang jugaberkembang digunakandi untukpulau Sumatra bagian selatan. Istilah ini merujuk pada aksara sejenis-aksara yang pernah digunakan oleh masyarakat [[Suku Rawas|Rawas]], [[Suku Lintang|Lintang]], [[Suku Ogan|Ogan]], Lakitan (di [[Provinsi Sumatera Selatan|Sumatera Selatan]]), [[Suku Basemah|Pasemah]], [[Suku Lembak|Lembak]] (di Sumatera Selatan dan [[Bengkulu]]), [[SukuNaskah Ulu Serawai|Serawai]] (di Bengkulu), serta [[Suku Krui|Krui]] (di [[Lampung]]).<ref>{{Cite booksfn|last=Sarwono|first=Sarwit|last2=Rahayu|first22014|pp=Ngudining5}} ''Surat Ulu'' telah diakui sebagai [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia]] pada tahun 2018.<ref>{{Cite web|datetitle=2014Warisan Budaya Takbenda {{!}} Beranda|url=httphttps://repositorywarisanbudaya.unibkemdikbud.acgo.id/7492/1/Pusat%20penulisan.pdf|title?newdetail&detailTetap=Pusat Penulisan dan Para Penulis Manuskrip Ulu di Bengkulu619|locationwebsite=Universitas Bengkuluwarisanbudaya.kemdikbud.go.id|publisheraccess-date=UNIB Press|isbn=9782024-97909-9431-85-1|language=id20}}</ref>
 
== Asal nama ==
Nama '''''Surat Ulu''''' berasal dari kata ''surat'' dan ''ulu''. ''surat'' bermakna tulisan dan ''ulu'' bermakna wilayah dataran tinggi tempat berhulunya [[sungai Musi]] (dalam hal ini [[Pegunungan Bukit Barisan]]). Dengan definisi ini, maka [[Aksara Incung|aksara Kerinci]] dan [[aksara Lampung]] tidak termasuk ke dalam ''surat Ulu'', walau pun beberapa sarjana memasukkannya.{{efn|"Orang-orang tua di daerah Sumatra bagian Selatan sering kali menyebut aksara Lampung sebagai surat Ulu..."{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=46}}}} ''Surat Ulu'' merupakan istilah asli yang dipakai oleh masyarakat setempat untuk menamai rumpun aksara ini.<ref name=":1">{{Cite web|title=Aksara Kaganga Bengkulu – Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu|url=https://kantorbahasabengkulu.kemdikbud.go.id/aksara-kaganga-bengkulu/|language=id-ID|access-date=2021-11-10}}</ref>{{sfn|Sarwono|Rahayu|2014|pp=4}}{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=46}}{{efn|"Surat ulu adalah nama lokal dan merupakan istilah yang lazim bagi masyarakat pendukungnya untuk menyebut aksara yang oleh sarjana Barat disebut rencong atau Ka-Ga-Nga. Beberapa informan memberikan keterangan bahwa mereka menyebut aksara daerah turunan [[Aksara Pallawa|aksara pallava]] itu dengan nama surat ulu, sebagaimana yang dinyatakan oleh Jalil (dari desa Muara Timput) dan Meruki (dari desa Ujung Padang), serta Pidin (dari desa Napal Jungur). Catatan Westenenk (1922:95) seperti yang dimuat dalam TBG edisi 61,<ref name=":wes"/> menunjukkan bahwa istilah surat ulu memang merupakan nama lokal yang digunakan oleh masyarakat pendukung tradisi tulis Ulu."{{sfn|Sarwono|Rahayu|2014|pp=4 - 5}}}}
Nama{{efn|Mengenai penamaan aksara Rencong dan Surat Ulu, L C Westenenk menulis sebagaimana berikut:{{Verse translation|lang=nl
 
|Toen ik dit eerste opstel schreef, wist ik n.l. niet, of de bij Europeanen gebruikelijke term "rèntjong-schrift" inderdaad ergens door Maleisch wordt gebezigd. Het is mij nu gebleken, dat dit in het landschap Rawas (Palembang) het geval is. Elders noemt men het gewonlijk: soerat oeloe <nowiki>=</nowiki> bovenlandsch schrift.
Penamaan lain yang terkenal adalah '''aksara Rencong''' ({{Lang-nl|Rèntjong-schrift}}). Kata Rencong diperkirakan berasal dari bahasa Melayu Kuno ''mèncong'' yang bermakna serong/tidak lurus.<ref>{{Cite web|title=Carian Umum|url=https://prpm.dbp.gov.my/cari1?keyword=mencong|website=prpm.dbp.gov.my|access-date=2021-11-10}}</ref><ref>{{Cite web|title=Hasil Pencarian - KBBI Daring|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/mencong|website=kbbi.kemdikbud.go.id|access-date=2021-11-10}}</ref> Bisa juga berasal dari kata ''runcing'' karena mulanya rumpun aksara ini ditulis menggunakan ujung pisau yang runcing.<ref>{{Cite journal|last=Pitri|first=Nandia|date=Desember 2019|title=Batik Incung dan Islam di Kerinci|url=https://ejournal.iainkerinci.ac.id/index.php/islamika/article/download/450/322/1892|journal=Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman|volume=19|issue=2|pages=27 - 39}}</ref> Terlepas dari asal-usulnya, istilah ini sering digunakan oleh para sarjana Barat untuk menamai rumpun aksara ini.{{sfn|Sarwono|Rahayu|2014|pp=1}}{{efn|Mengenai hubungan penamaan antara aksara Rencong dan Surat Ulu, L. C. Westenenk menulis sebagaimana berikut:{{Verse translation|lang=nl
|Toen ik dit eerste opstel schreef, wist ik n.l. niet, of de bij Europeanen gebruikelijke term "rèntjong-schrift" inderdaad ergens door Maleisch wordt gebezigd. Het is mij nu gebleken, dat dit in het landschap Rawas (Palembang) het geval is. Elders noemt men het gewonlijk: soerat oeloe <nowiki>=</nowiki> bovenlandsch schrift.<ref name=":wes">{{Cite book|last=Westenenk|first=L. C.|date=1919|url=https://onesearch.id/Record/IOS1.INLIS000000000246518|title=Aanteekeningen omtrent het hoornopschrift van Loeboek Blimbing in de marga Sindang Bliti, onder-afdeeling Redjang, afdeeling Lebong, residentie Benkoelen|location=Weltevreden|publisher=Albrecht & Co.|pages=448 - 459|url-status=live}}</ref>
|Ketika saya menulis esai pertama ini, saya tidak tahu apakah istilah "aksara rencong" yang biasa digunakan di kalangan orang Eropa, memang digunakan di suatu tempat dimana orang Melayu tinggal. Sekarang menjadi jelas bagi saya bahwa (istilah) ini digunakan di kawasan Rawas (Palembang). Di kawasan lain (aksara ini) biasa disebut: surat ulu <nowiki>=</nowiki> aksara dataran tinggi.
|attr1=Westenenk (1919)
}} }} Nama ini memiliki variasi, misalnya ''surat ʁincung'' di [[bahasa Basemah]]''.''<ref>{{Cite book|last=Mahdi|first=Sutiono|date=2014|url=https://www.worldcat.org/oclc/906670726|title=Aksara base besemah : pelajaghan mbace nga nulis urup ulu (surat ghincung)|location=Bandung|isbn=978-602-9238-64-8|others=Dewi Saputri|oclc=906670726}}</ref>
}} }}
 
Istilah lainnya adalah '''aksara Kaganga'''. Istilah ini diciptakan oleh [[Mervyn Aubrey Jaspan|M. A. Jaspan]] (1926-1975), seorang [[Antropologi|antropolog]] di [[Universitas Hull]], untuk merujuk tidak terbatas kepada surat Ulu, melainkan seluruh keturunan aksara Brahmi.<ref>{{Cite book|last=M. A. Jaspan|date=1964|url=http://archive.org/details/folkliteratureof00maja|title=Folk literature of South Sumatra: Redjang Ka-Ga-Nga Texts|others=Internet Archive|language=English}}</ref> Istilah Kaganga berasal dari tiga huruf pertama dalam deret Panini yang digunakan dalam [[rumpun aksara Brahmi]] (India).{{sfn|Sarwono|Rahayu|2014|pp=1}}<ref name=":1" />{{efn|Hal ini diperkuat oleh pernyataan Mohammad Noeh yang menyatakan bahwa aksara-aksara ini "disebut sebagai tulisan Ka Ga Nga, yaitu sistem aksara kuno yang berasal dari India."{{sfn|Pudjiastuti|1996|pp=2}}}} Hal ini setara dengan kata "alfabet" yang berasal dari nama dua huruf pertama dalam [[alfabet Yunani]] (A-B, alfa-beta), atau kata "abjad" yang berasal dari empat huruf pertama dalam [[abjad Arab]] (ا-ب-ج-د, alif-ba-jim-dal).
Surat Ulu berasal dari kata "surat" dan "ulu"{{efn|Mengenai penamaan aksara Rencong dan Surat Ulu, Westenenk menulis sebagaimana berikut:{{Verse translation|lang=en
|{{sfn|Behrend|1996|pp=162}}
|Aksara Jawa digunakan sepanjang periode sastra Jawa modern, dan digunakan di seantero pulau Jawa, di masa ketika komunikasi antarwilayah sering kali sulit dan tidak terdapat dorongan untuk menstandarisasi aksara Jawa. Akibatnya, aksara Jawa memiliki berbagai langgam historis dan kedaerahan yang digunakan silih-berganti seiring waktu. Kemampuan seseorang untuk membaca naskah dluwang dari Demak yang ditulis pada tahun 1700-an, semisal, tidak menjadi jaminan orang yang sama dapat memahami aksara pada naskah lontar dari kaki gunung Merapi (sekitar 80 km dari Demak) yang ditulis pada periode waktu yang sama. Perbedaan yang sangat besar antara langgam-langgam daerah memberikan kesan bahwa "aksara Jawa" adalah sekumpulan aksara, alih-alih sebuah aksara tunggal.
 
== Unicode ==
}}}}
{{main|Aksara Rejang}}Untuk saat ini, baru aksara Rejang yang telah didaftarkan ke [[Unicode]]. Usaha untuk mendaftarkan seluruh ''surat Ulu'' telah dilakukan pada tahun 2021.<ref>{{Cite web|title=Unicode Status (Rejang)|url=https://scriptsource.org/cms/scripts/page.php?item_id=entry_detail&uid=72d3ce3834|website=ScriptSource}}</ref>
 
Nama Hanacaraka berasal dari lima huruf pertama dalam deret tradisional aksara Jawa. Hal ini setara dengan kata "alfabet" yang berasal dari nama dua huruf pertama dalam alfabet Yunani (A-B, alfa-beta) serta kata "abjad" yang berasal dari empat huruf pertama dalam abjad Arab (ا-ب-ج-د, alif-ba-jim-dal). Dalam urutan tersebut, ke-20 aksara dasar yang digunakan dalam bahasa Jawa modern membentuk sebuah pangram yang sering kali dikaitkan dengan legenda Aji Saka, meski variasi cerita yang berbeda-beda dapat ditemukan di berbagai sumber dan daerah.[1][2] Terdapat berbagai macam tafsiran mengenai makna filosofis dan esoteris yang konon terkandung dalam urutan dan legenda asal-usul hanacaraka.[3][4]
 
 
 
 
<ref>Miller, Christopher. (2011). [https://www.unicode.org/notes/tn35/indonesian-philippine.pdf ''Indonesian and Philippine Scripts and extensions not yet encoded or proposed for encoding in Unicode as of version 6.0: A report for the Script Encoding Initiative''.]</ref>
 
Dalam bahasa setempat, surat Ulu bermakna "aksara dari hulu". Dinamai demikian karena aksara ini pada mulanya berkembang di kawasan hulu-hulu sungai di [[Pegunungan Bukit Barisan]].<ref name=":0">{{Cite web|title=PUSAT PENULISAN DAN PARA PENULIS MANUSKRIP ULU DI BENGKULU – UPT Perpustakaan Universitas Bengkulu|url=http://library.unib.ac.id/?p=1516|website=library.unib.ac.id|access-date=2021-11-09}}</ref>
 
Para sarjana Barat lazim menyebut aksara ini sebagai '''aksara Rencong''' ({{Lang-nl|Rentjong-schrift}}) karena bentuk huruf-hurufnya yang serong.<ref>{{Cite web|title=De Talen en Letterkunde van Midden - Sumatra|url=http://katalog.kemdikbud.go.id/index.php?p=show_detail&id=245389|website=katalog.kemdikbud.go.id|access-date=2021-11-09}}</ref><ref>{{Cite web|title=Proeve eener beschrijving van het gebied van Palembang (Zuid-Oostelijk Gedeolele van Sumatra) / W.L. de Sturler {{!}} OPAC Perpustakaan Nasional RI.|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=565320|website=opac.perpusnas.go.id|access-date=2021-11-09}}</ref><ref>{{Cite book|last=Westenenk|first=L. C.|date=1919|url=https://onesearch.id/Record/IOS1.INLIS000000000246518|title=Aanteekeningen omtrent het hoornopschrift van loeboek blimbing in dermaga sindang bliti onder 7 deeling redjang afdeeling lebong residentie benkoeloen|publisher=albrecht}}</ref> Penamaan yang mirip bisa ditemukan di beberapa daerah. Di [[Suku Basemah|Alam Pasemah]] misalnya, aksara ini disebut ''surat ʁincung.''<ref>{{Cite book|url=http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Buku-Aksara-Base-Besemah.pdf|title=Aksara Base Besemah|url-status=live}}</ref> Jaspan dkk. menamai aksara ini sebagai '''aksara Kaganga''' karena aksara ini menggunakan urutan Panini yang dimulai dari huruf Ka-Ga-Nga.<ref>{{Cite book|last=Jaspan|first=M. A.|date=1964|url=https://onesearch.id/Record/IOS3553.ai:slims-3115|title=Redjang Ka-Ga-Nga Texts : Folk Literature of South Sumatra|publisher=The Australian National University}}</ref>
 
== Penggunaan ==
Surat Ulu lazim ditulis pada bambu, kulit kayu, tanduk, dan kertas.<ref name=":0" />
 
== Galeri ==
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
===Aksara Incung===
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
|-
==='''Penggunaan Aksara Rejang==='''
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed" heights=200px>
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Sum. W.K. Kerintji. Tentoonstelling van piagems oorkonden in rentjongschrift op de aloon-aloon te Soengaipenoeh TMnr 10000203.jpg|Pameran naskah beraksara Incung di alun-alun [[Kota Sungai Penuh]] pada masa [[Hindia Belanda]]
File:Kerinci MSS detail.jpg|Detail aksara Incung (KITLV Or. 239). Teks bertuliskan: ''"aku menangis menyeru kau, kau kuseru tiada datang, itu adik sa-..."''
Berkas:Nama_Instansi.jpg|Papan gedung kantor pemerintahan dwiaksara di [[Kabupaten Kerinci]]
Berkas:Nama_Jalan.jpg|Papan jalan dwiaksara Latin - Incung
</gallery>
|}
 
===Aksara Lampung===
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
|-
|align=center; colspan=2|
<gallery mode="packed" heights=200px>
Berkas:Gapurabandarlampung1.jpg|Dekorasi aksara Lampung yang berbunyi ''Selamat Datang di Kota Bandar Lampung'' pada Gapura Kota Bandarlampung
Berkas:Pendapa Pringsewu, Lampung.jpg|Dekorasi aksara Lampung yang berbunyi ''Selamat Datang di Pering Séwu'' pada gerbang Pendapa [[Kabupaten Pringsewu]]
Berkas:PLANG JALAN.jpg|Plang jalan dengan aksara Lampung
Berkas:Plang SDN 1 Podomoro, Pringsewu, Lampung.jpg|Papan tanda SDN 1 Podomoro, Pringsewu, Lampung
</gallery>
|}
 
===Aksara Rejang===
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
|-
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed" heights=200px>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Handschrift op 20 bamboelatjes TMnr A-3291.jpg|''Gelumpai'' bertuliskan aksara Rejang
Baris 85 ⟶ 47:
|}
 
===Aksara Pasemah=Lihat pula ==
* [[Aksara Nusantara]]
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
|-
|align=center colspan=2|
<gallery mode="packed" heights=200px>
 
</gallery>
|}
 
 
== Catatan ==
{{notelist}}
 
== Rujukan ==
{{reflist}}
 
=== Daftar pustaka ===
* {{cite book|last=Sarwono|first=Sarwit|last2=Rahayu|first2=Ngudining|date=2014|url=http://repository.unib.ac.id/7492/1/Pusat%20penulisan.pdf|title=Pusat Penulisan dan Para Penulis Manuskrip Ulu di Bengkulu|location=Universitas Bengkulu|publisher=UNIB Press|isbn=978-979-9431-85-1|language=id|ref=harv}}
*{{cite book|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/12730/1/Aksara%20dan%20naskah%20kuno%20lampung%20dalam%20pandangan%20masyarakat%20lampung%20kini.pdf|title=Aksara dan Naskah Kuno Lampung Dalam Pandangan Masyarakat Lampung Kini|last=Pudjiastuti|first=Titik|publisher=Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Pusat Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1996|location=Jakarta|language=ID|ref=harv}}
 
{{Authority control}}
{{Surat Ulu}}
{{jenis aksara|state=show|state2=show}}
 
[[Kategori:Aksara Nusantara]]