Buddhabhāva: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pengetik-AM (bicara | kontrib)
Definisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Xqbot (bicara | kontrib)
k Bot: Memperbaiki pengalihan ganda ke Kebuddhaan
Tag: Perubahan target pengalihan Pengembalian manual
 
(10 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
#ALIH [[Kebuddhaan]]
[[Berkas:Gandhara Buddha (tnm).jpeg|thumb|Sang Buddha, dalam gaya Buddha-Yunani, abad pertama-kedua, Gandhara (sekarang Pakistan). (Buddha Berdiri).]]
 
[[Berkas:Vajradhara7.jpg|thumb|Lukisan Adibuddha, Vajradhara, seorang tokoh tradisi Buddhis Indo-Tibet]]
 
Dalam Buddhisme, '''Buddha''' ({{IPAc-en|ˈ|b|uː|d|ə|,_|ˈ|b|ʊ|d|ə}}; Pali, Sanskerta: 𑀩𑀼𑀤𑁆𑀥, "yang terbangun"){{sfn|Buswell|2004|p=71}} adalah gelar bagi mereka yang terjaga, dan telah mencapai nirwana dan kebuddhaan melalui usaha dan pandangan terang mereka sendiri, tanpa seorang guru untuk menunjukkan dharma (Sanskrit: 𑀥𑀭𑁆𑀫; Pali: ''dhamma''; "cara hidup yang benar"). Gelar ini paling sering digunakan untuk Siddhartha Gautama, pendiri agama Buddha, yang sering hanya dikenal sebagai "Sang Buddha". '''Kebuddhaan''' ({{lang-sa|𑀩𑀼𑀤𑁆𑀥𑀢𑁆𑀯}}, buddhatva; {{lang-pi|buddhatta}} or {{lang|pi|buddhabhāva|italic=no}}; {{zh|c=成佛}}) adalah kondisi dan peringkat seorang Buddha "yang telah terbangun".<ref>buddhatva, बुद्धत्व. [http://spokensanskrit.de/index.php?script=HK&beginning=0+&tinput=buddhatva&trans=%E7%BF%BB%E8%A8%B3&direction=AU Spoken Sanskrit Dictionary]. (accessed: January 10, 2016)</ref> Keadaan spiritual tertinggi ini juga disebut '''''sammā-sambodhi''''' (Sanskerta: samyaksaṃbodhi) (Kebangkitan Lengkap Penuh).
 
Gelar ini juga digunakan untuk makhluk lain yang telah mencapai ''bodhi'' (kebangkitan) dan ''vimutti'' (pelepasan dari nafsu keinginan), seperti Buddha manusia lainnya yang mencapai pencerahan sebelum Gautama, lima Buddha surgawi yang disembah terutama di Mahayana, dan Bodhisattva bernama Maitreya, yang akan mencapai pencerahan di masa depan dan menggantikan Siddhartha Gautama sebagai Buddha tertinggi dunia.
 
Tujuan dari jalan bodhisattva Mahayana adalah Kebuddhaan yang sempurna, sehingga seseorang dapat memberi manfaat bagi semua makhluk dengan mengajari mereka jalan lenyapnya ''dukkha''.<ref name="gethin1998p224">{{cite book |last=Gethin|first=Rupert |title = The foundations of Buddhism |year=1998|publisher=Oxford University Press|location=Oxford [England]|isbn=0-19-289223-1|pages=[https://archive.org/details/foundationsofbud00rupe/page/224 224–234] |edition=1st publ. paperback |url = https://archive.org/details/foundationsofbud00rupe/page/224 }}</ref> Teori Mahayana mengontraskan hal ini dengan tujuan jalan Theravada, di mana tujuan yang paling umum adalah kearahan individu<ref name="gethin1998p224" /> dengan mengikuti dhamma; ajaran Buddha tertinggi.
 
== Definisi ==
 
{{Buddhisme}}
 
Kebuddhaan adalah keadaan makhluk yang terbangun, yang, setelah menemukan jalan lenyapnya dukkha<ref>{{cite book|last1=Gethin|first1=Rupert|title=The foundations of Buddhism|date=1998|publisher=Oxford University Press|location=Oxford [England]|isbn=0-19-289223-1|page=[https://archive.org/details/foundationsofbud00rupe/page/32 32]|edition=1. publ. paperback|url=https://archive.org/details/foundationsofbud00rupe/page/32}}</ref> ("penderitaan", yang diciptakan oleh kemelekatan pada keinginan dan persepsi serta pemikiran yang menyimpang) berada dalam keadaan "Tidak Belajar lagi".<ref>{{cite book|author1=Damien Keown |author2=Charles S. Prebish |title=Encyclopedia of Buddhism |url=https://books.google.com/books?id=NFpcAgAAQBAJ |year=2013|publisher=Routledge |isbn=978-1-136-98588-1|page=90}}</ref><ref>{{cite book|author=Rinpoche Karma-raṅ-byuṅ-kun-khyab-phrin-las|title=The Dharma: That Illuminates All Beings Impartially Like the Light of the Sun and Moon|url=https://books.google.com/books?id=N4wVW91BLAYC |year=1986|publisher=State University of New York Press|isbn=978-0-88706-156-1|pages=32–33}}; Quote: "There are various ways of examining the Complete Path. For example, we can speak of Five Paths constituting its different levels: the Path of Accumulation, the Path of Application, the Path of Seeing, the Path of Meditation and the Path of No More Learning, or Buddhahood."</ref><ref>{{cite book|author1=Robert E. Buswell|author2=Robert M. Gimello|title=Paths to liberation: the Mārga and its transformations in Buddhist thought|url=https://books.google.com/books?id=hu0oIf0n87IC |year=1990|publisher=University of Hawaii Press|isbn=978-0-8248-1253-9|page=204}}</ref>
 
Ada spektrum pendapat yang luas tentang universalitas dan metode pencapaian Kebuddhaan, tergantung pada ajaran Siddhartha Gautama yang ditekankan oleh sekolah Buddhis. Tingkat di mana manifestasi ini membutuhkan praktik pertapaan bervariasi dari tidak ada sama sekali hingga persyaratan mutlak, tergantung pada doktrin. Buddhisme Mahayana menekankan cita-cita bodhisattva untuk mencapai Kebuddhaan daripada pencerahan sebagai arhat.
 
Dalam Buddhisme Theravada, "Buddha" mengacu pada seseorang yang telah menjadi sadar melalui upaya dan wawasan mereka sendiri, tanpa seorang guru untuk menunjukkan dharma. Seorang samyaksambuddha menemukan kembali kebenaran dan jalan menuju pencerahan dan mengajarkannya kepada orang lain setelah kebangkitannya. Seorang pratyekabuddha juga mencapai Nirwana melalui usahanya sendiri, tetapi tidak mampu mengajarkan dharma kepada orang lain. Seorang arhat perlu mengikuti ajaran Buddha untuk mencapai Nirvana, tetapi juga dapat mengajarkan dharma setelah mencapai Nirwana.<ref name="Snelling, John 1987 Page 81">Snelling, John (1987), ''The Buddhist handbook. A Complete Guide to Buddhist Teaching and Practice''. London: Century Paperbacks. p. 81</ref> Dalam satu contoh istilah buddha juga digunakan dalam Theravada untuk merujuk pada semua yang mencapai Nirwana, menggunakan istilah Sāvakabuddha untuk menunjuk seorang arhat, seseorang yang bergantung pada ajaran Buddha untuk mencapai Nirwana.<ref name="autogenerated1">''Udana Commentary''. Translation Peter Masefield, volume I, 1994. Pali Text Society. p. 94.</ref> Dalam pengertian yang lebih luas ini setara dengan arhat.
 
Doktrin Tathagatagarba dan sifat-Buddha dari Buddhisme Mahayana menganggap Kebuddhaan sebagai sifat universal dan bawaan dari kebijaksanaan mutlak. Kebijaksanaan ini terungkap dalam kehidupan seseorang saat ini melalui praktik Buddhis, tanpa pelepasan kesenangan atau "keinginan duniawi".
 
Umat ​​Buddhis tidak menganggap Siddhartha Gautama sebagai satu-satunya Buddha. Kanon Pāli merujuk pada banyak kitab sebelumnya (lihat daftar nama Buddha), sedangkan tradisi Mahayana juga memiliki banyak Buddha yang berasal dari surga (lihat Amitābha atau Vairocana sebagai contoh. Untuk daftar ribuan nama Buddha, lihat ''Taishō Tripiṭaka'' nomor 439–448).
 
== Jenis Buddhabhāva ==
Dalam pemahaman [[Buddhisme]], terdapat tiga jenis ''Buddhabhāva''.<ref name="autogenerated1" />
* '''Samyaksambuddha''' ({{small|Pāli}}: ''sammasambuddha''), sering kali digunakan untuk merujuk sebagai ''Buddha'', ia yang telah mencapai ''samyaksambodhi''
* '''[[Pratyekabuddha]]''' ({{small|Pāli}}: ''paccekabuddha'')
* '''[[Savakabuddha|Śrāvakabuddha]]''' ({{small|Pāli}}: ''sāvakabuddha'')
 
Dua jenis pertama mencapai [[Nirvana]] melalui usaha mereka sendiri, tanpa panduan seorang guru untuk menjelaskan tentang [[Dhamma]]. Istilah ''Sāvakabuddha'' tidak tampil dalam naskah [[Kanon Pali]] Theravada tetapi disebut dalam tiga karya komentar Theravada{{dubious|date=November 2008}} dan merujuk kepada seorang [[Sravaka|pengikut]] Buddha yang mencapai [[bodhi|pencerahan]].
 
=== Samyaksambuddha ===
'''Samyaksambuddhas''' ({{small|[[Pali|Pāli]]}}: ''sammasambuddha'') mencapai [[Nirvana]] dengan usaha sendiri, dan menemukan [[Dhamma]] tanpa bimbingan seorang guru. Mereka selanjutnya memimpin lainnya untuk mencapai pencerahan dengan mengajarkan Dhamma dalam suatu waktu atau dunia di mana telah dilupakan atau yang sebelumnya belum pernah diajarkan, karena Samyaksambuddha tidak bergantung pada sebuah tradisi yang berasal dari Samyaksambuddha sebelumnya, akan tetapi menemukan langkah baru.<ref>Dalam ''Bahudhātuka Sutta'' ("Many Kinds of Elements Discourse," [[Majjhima Nikaya|MN]] 115), Sang Buddha mengatakan kepada Ven. Ānanda:
:'It is impossible, it cannot happen that two Accomplished Ones, Fully Enlightened Ones, could arise contemporaneously in one world-system—there is no such possibility.' (Bhikkhu Ñā{{IAST|ṇ}}amoli & Bhikkhu Bodhi, 2001, ''The Middle Length Discourses of the Buddha: A Translation of the Majjhima Nikāya'', Wisdom Pubs, p. 929, para. 14)
According to Ñā{{IAST|ṇ}}amoli & Bodhi (2001), pp. 1325-6, ''n''. 1089, the Pali [[atthakatha|commentary]] associated with the above text from MN 115 states:
:The arising of another Buddha is impossible from the time a bodhisatta takes his final conception in his mother's womb until his Dispensation has completely disappeared. The problem is discussed at [[Milindapanha|Miln]] 236–39.
The referenced Milindapanha section is entitled, ''Ekabuddhadhāra{{IAST|ṇ}}ī - pañho''.</ref> Buddha dalam sejarah, [[Buddha Gautama]] merupakan seorang Samyaksambuddha. Lihat pula [[Daftar duapuluh-delapan Buddha|daftar 28 Buddha]].
 
Tiga perbedaan dapat dikenali dalam upaya mencapai tahapan Samyaksambuddha. Dengan kebijaksanaan yang lebih ('''prajñādhika'''), dengan upaya yang lebih ('''vīryādhika''') atau dengan kepercayaan yang lebih ('''śraddhādhika'''). Śākyamuni adalah seorang Buddha Prajñādhika (melalui kebijaksanaan yang lebih). Buddha yang datang kemudian di dunia ini, [[Maitreya]] ({{small|Pāli}}: Metteyya) akan menjadi seorang Buddha Vīryādhika (melalui upaya yang lebih).
 
=== Pratyekabuddha ===
'''Pratyekabuddha''' ({{small|[[Pali|Pāli]]}}: ''paccekabuddha'') serupa dengan Samyaksambuddha dalam upaya mencapai {{IAST|Nirvāṇa}} tanpa bimbingan seorang guru. Akan tetapi, tidak seperti Samyaksambuddha, mereka tidak mengajarkan [[Dhamma]] yang mereka temukan. Mereka juga tidak membentuk [[Sangha|{{IAST|Saṅgha}}]] bagi para pengikutnya untuk menlanjutkan pengajaran, oleh karena pada awalnya mereka sendiri tidak mengajar. Dalam beberapa karya, mereka disebut pula sebagai "Buddha diam". Beberapa naskah Buddhis membandingkan (dari sumber kemudian; setelah manggatnya Buddha, seperti [[Jataka|Jātakas]]), menceritakan Pratyekabuddha memberikan pengajaran. Seorang Paccekabuddha terkadang dapat mengajar dan menegur orang, tetapi teguran mereka bertujuan untuk tingkah laku baik dan layak ({{small|Pāli}}: ''abhisamācārikasikkhā''), dan bukan mengenai Nirvana.
 
Dalam beberapa naskah, mereka digambarkan sebagai 'ia yang mengerti Dhamma melalui upayanya sendiri, tetapi mencapai kemahatahuan atau keahalian akan Buah' (phalesu vasībhāvam).<ref>{{en}} Buddhist Dictionary of Pali Proper Names, [http://www.palikanon.com/english/pali_names/pa/pacceka_buddha.htm Pacceka Buddha]</ref>
 
=== Śrāvakabuddha ===
[[Sravaka|''{{IAST|Śrāvaka}}'']] ({{small|[[Sanskerta]]; [[Pali|Pāli]]}}: ''sāvaka''; berarti "pendengar" atau "pengikut") adalah seorang pengikut Samyaksambuddha. Pengikut ''tercerahkan'' biasanya disebut [[arahant|Arahat]] (Yang Mulia) atau ''ariya-sāvaka'' (Pengikut Mulia). (Istilah ini memiliki artian sedikit beragam tetapi keduanya dapat digunakan untuk menggambarkan pengikut yang tercerahkan.) Komentar versi [[Theravada]] untuk [[Udana]] menggunakan istilah '''[[Shravakabuddha|sāvaka-buddha]]''' ({{small|Pāli; Sanskerta}}: ''śrāvakabuddha'') untuk menggambarkan pengikut yang tercerahkan<ref>{{en}}''Udana Commentary'', tr Peter Masefield, volume I, 1994, Pali Text Society, hal. 94).</ref>
 
Para pengikut yang tercerahkan juga mencapai Nirvana seperti kedua jenis Buddha yang disebutkan terdahulu. Setelah mencapai pencerahana, para pengikut dapat pula membimbing lainnya ke arah pencerahan. Seseorang tidak dapat menjadi pengikut Buddha dalam suatu waktu atau dunia di mana ajaran Buddha telah dilupakan atau belum pernah diajarkan sebelumnya, karena jenis pencerahan seperti ini tergantung kepada tradisi yang ditarik mundur ke tradisi seorang Samyaksambuddha.
 
Kata yang jarang digunakan, '''''anubuddha''''', adalah sebuah istilah yang digunakan Buddha dalam ''[[Khuddakapatha]]''<ref>Ratanasutta:56. Lihat pula [[Anguttara Nikaya|AN]] 4.1, berjudul "Anubuddha Sutta" [http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an04/an04.001.than.html (Thanissaro, 1997)].</ref> untuk mereka yang menjadi buddha setelah mendapatkan petunjuk.
 
Dalam [[Kanon Pali|Kanon Pāli]] sendiri, dua nama terdahulu disebutkan dengan menggunakan nama tersebut, sedangkan beragam contoh dari tipe ketiga, tidak menggunakan istilah itu. Tipe-tipe Buddha tidak disebutkan secara langsung, walau kata buddha itu sendiri memang beberapa kali tertulis guna mencakup artian luas dari semua tipe di atas.
 
== Karakteristik Buddha ==
=== Sepuluh Gelar ===
Beberapa umat Buddhis melakukan meditasi (atau perenungan) mengenai Buddha yang memiliki sepuluh karakteristik ({{small|Tionghoa}} {{small|Jepang}}: 十號):
# '''''Tathāgata''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}): [[Tathāgata|yang telah pergi, yang telah kembali]]<ref>Vacchagotta-samyutta, Khanda Vagga, Samyutta Nikaya 33</ref>
# '''''Arahat''''' ({{small|Sanskerta}}; {{small|Pali}}: ''Arhat''): [[Arahat|yang patut dipuja]]<ref>Majjhima Nikaya 1, Mulapariyaya Sutta, 22-23</ref> Juga berarti seorang suci tingkat tertinggi dalam tradisi [[Theravada]] sedangkan dalam tradisi [[Mahayana]] dikenal dengan sebutan [[Bodhisattva]]
# '''''{{IAST|Samyak-saṃbuddha}}''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}: ''Samma-Sambuddha''):<!-- 'Dia' yang telah mencapai Penerangan Sempurna dan Maha mengetahui. -->
# '''''{{IAST|vidyā-caraṇa-saṃpanna}}''''' ({{small|Sanskerta}}):<!-- (Skt.) ; (Vijja-Carana-Sampanno): Yang berbakat Pengertian Kesucian Leluhur, Yang mencapai Bodhi Teragung ( Pengetahuan-perbuatan-sempurna). -->
# '''''Sugata''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}:Sugato)<!-- Yang Maha Mulia; Yang telah mencapai Jalan yang benar. -->
# '''''Anuttara''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}): <!-- (Skt.; Pali ): Yang tak dapat dibandingkan; yang telah memperoleh segala-galanya dan mencapai setinggi-tingginya ( Anuttara-Samyak-Sambuddha) -->
# '''''Loka-vid''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}} ''Loka-Vidu''): <!-- (Skt.; Pali: Loka-Vidu): Yang telah mengetahui atau memahami Kebenaran sejagad. -->
# '''''{{IAST|Puruṣa-damya-sārathi}}''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}: Purisa-dhamma-sarathi):<!-- Purusa-Damya-Sārathi (Skt. ); (Pali: Purisa-Damma-Sarathi): Penunjuk, Pendidik serta pemimpin seluruh makhluk yang memerlukan Pembinaan-Nya. Penjinak hawa nafsu. -->
# '''''{{IAST|śāsta deva-manuṣyāṇaṃ}}''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}: ''Sattha-Deva-Manussanam''): <!-- Guru junjungan para Dewa-Dewi serta manusia. -->
# '''''{{IAST|Bhagavān}}''''' ({{small|Sanskerta}} ; {{small|Pali}}: ''Bhagava'') (Buddha-Lokanatha): <!-- 10.Buddha-Lokanatha atau Bhagavān (Bhagavat) (Skt. ); ( Pali: Bhagava): Sang Maha Suci yang sempurna Kebijaksanaan-Nya. Yang dihormati dunia, Buddha sempurna. -->
 
Karakteristik ini disebutkan berulang kali di [[Kanon Pali]] dan juga dalam pengajaran [[Mahayana]], dan digumamkan (''berdoa'') di banyak biara Buddhis.
 
Kebanyakan kelompok Buddhis juga mempercayai bahwa Buddha adalah Maha Tahu (Sabbanu). Akan tetapi, beberapa naskah awal menuliskan penolakan jelas akan pernyataan tersebut mengenai Buddha.<ref>{{en}} [[A. K. Warder]], ''Indian Buddhism.'' Third edition published by Motilal Banarsidass Publ., 2000, pages 132–133.</ref><ref>[[David J. Kalupahana]], ''A History of Buddhist Philosophy: Continuities and Discontinuities.'' University of Hawaii Press, 1992, page 43: [http://books.google.com/books?id=SlDArya3YvcC&pg=PA43&dq=inauthor:Kalupahana+omniscience].</ref>
 
Sepuluh gelar juga sering kali dimasukkan dalam "Dunia Menghormati Yang Tercerahkan" ({{small|Inggris}}: ''"The World Honored Enlightened One"'') ({{small|Sanskerta}}: ''Buddha-Lokanatha'') atau "Sang Tercerahkan yang Terberkati" ({{small|Inggris}}:''"The Blessed Enlightened One"'') ({{small|Sanskerta}}: ''Buddha-Bhagavan'').<ref>{{en}}[http://www.tientai.net/teachings/dharma/buddha/10titles.htm 10 Titles] {{Webarchive|url=https://www.webcitation.org/69mZfXsgU?url=http://www.tientai.net/teachings/dharma/buddha/10titles.htm |date=2012-08-09 }}, also see [[Thomas Cleary]] and [[J. C. Cleary]] ''The Blue Cliff Record'', page 553.</ref>
 
Dalam komentar yang ditulis oleh Yang Mulis Guru [[Hsuan Hua]] mengenai [[Surangama Sutra]], ia menjelaskan perumpamaan lucu berikut.
:Pada dasarnya setiap Buddha memiliki puluhan ribu nama. Dari puluhan ribu nama ini dikurangi menjadi seribuan karena manusia menjadi bingung karena mencoba mengingat semua itu. Untuk sementara waktu setiap Buddha memiliki seribuan nama, akan tetapi manusia tetap tidak dapat mengingat begitu banyak, sehingga dikurangi menjadi seratusan nama. Setiap Buddah memiliki seratusan nama dan mahluk hidup menghadapi kesulitan mengingatnya, sehingga nama-nama tersebut dikurangi menjadi sepuluh.<ref>{{en}}From the Chapter on "The General Explanation of the Title", ''The Surangama Sutra'', English translation by the Buddhist Text Translation Society.</ref>
 
=== Realisasi spiritual ===
[[Berkas:Gandhara Buddha (tnm).jpeg|jmpl|Sang Buddha, dalam gaya [[Greko-Buddhis]], abad ke 1-2 Masehi, [[Gandhara]] (sekarang Pakistan). ([[Buddha Berdiri (Musium Nasional Tokyo)]]).]]
Seluruh tradisi Buddhis mempercayai bahwa Buddha telah membersihkan pikirannya akan keinginan, kebencian dan kebodohan sepenuhnya, dan ia tidak lagi terikat dalam lingkaran [[Samsara]]. Seorang Buddha adalah seseorang yang tersadarkan penuh dan menyadari kebenaran yang hakiki, sifat non-dualistik akan kehidupan, dan oleh karenanya mengakhiri [[penderitaan]] (untuk dirinya) yang tidak-membangkitkan pengalaman manusia dalam hidup.
 
=== Sifat dasar Buddha ===
{{lihat|Buddhologi}}
Berbagai kelompok Buddhis memiliki berbagai interprestasi beragam akan sifat Buddha (lihat dibawah).
 
==== Buddha sebagai mahluk agung ====
Kelompok-kelompok berbeda menganggap Buddha berbeda-beda, di mana Buddhisme [[Theravada]] menampilkan pandangan akan Buddha sebagai manusia, diberkati dengan kekuatan batiniah yang luar biasa ([[Kevatta Sutta]]). Tubuh dan pikiran (lima [[khanda]]) Buddha tidaklah abadi dan senantiasa berubah, sama seperti tubh dan pikiran manusia biasa. Akan tetapi, seorang Buddha mengenali sifat ketidak-berubahan akan [[Dhamma (Buddhisme)|Dhamma]], yang merupakan pedoman abadi dan merupakan peristiwa yang tidak terkondisi dan tidak terbatas oleh waktu. Pandangan ini sangatlah umum dalam kelompok Theravada dan beberapa [[tradisi awal Buddhis|kelompok awal Buddhis]]
 
Pernyataan dari umat Theravada modern bahwa Buddha adalah "hanya seorang manusia" sering kali ditujukan untuk menyeimbangkan pandangan mereka akan Buddha dengan pandangan dari umat Mahayana, dan pandangan umat Kristiani akan Yesus. Menurut Kanon, Siddharta ''lahir'' sebagai manusia, walaupun kondisi spiritualnya sangat berkembang sebagai hasil dari kehidupan-kehidupan lampaunya dalam perjalanan bodhisatta. Dengan pencerahannya, oleh karenanya, ia menyempurnakan dan melampaui kondisi manusiawinya. Ketika ditanya apa ia adalah seorang [[Deva (Buddhisme)|deva]] atau seorang manusia, ia menjawab bahwa ia telah melenyapkan sifat yang secara tidak sadar telah mendarah-daging yang akan membuatnya menjadi salah satu dari hal itu, dan lebih baik dipanggil Buddha; ia yang telah tumbuh dewasa di dunia tetapi sekarang telah pergi melampauinya, seperti teratai yang tumbuh dari air tetapi berkembang di atasnya, tidak bertanah.<ref>Peter Harvey, ''An Introduction to Buddhism: Teachings, History, and Practices.'' Cambridge University Press, 1990, page 28.</ref>
 
Walaupun kelompok Theravada tidak menekankan pada aspek supernatural dan ilahi atas sang Buddha seperti yang terdapat pada Kanon Pali, unsur-unsur manusia agung sang Buddha ditemukan diseluruh kanon.
 
Dalam '''MN 18 Madhupindika Sutta''', Buddha digambarkan dalam istilah Tuhan akan Dhamma yang kuasa ({{small|Pāli}}: ''Dhammasami'', {{small|Sanskerta}}: ''Dharma Swami'') dan penganugerah keabadian ({{small|Pāli}}: ''Amatassadata'').
 
Serupa, dalam '''Anuradha Sutta''' (SN 44.2), sang Buddha digambarkan sebagai "sang Tathagata—lelaki agung, lelaki terbaik, pencapai pencapaian terbaik". Buddha ditanya mengenai apa yang terjadi kepada Tathagata setelah kematian atas tubuh fisik.
 
Buddha menjawab, "Dan oleh karenanya, Anuradha—ketika anda tidak dapat menempatkan sang Tathagata sebagai suatu kebenaran atau kenyataan bahkan di kehidupan ini—layakkah kamu untuk menyatakan, 'Teman-teman, sang Tathagata&mdashlelaki agung, lelaki terabik, pencapai pencapaian terbaik—sebagaimana digambarkan, juga digambarkan sebaliknya dengan empat posisi berikut: Sang Tathagata berada setelah kematian, tidak berada setelah kematian, keduanya ada dan tidak ada setelah kematian, begitupula ada atau tidak ada setelah kematian'?"
 
Dalam Vakkali Sutta, sang Buddha memperkenalkan dirinya bersama dengan Dhamma:
:''O Vakkali, siapapun yang melihat Dhamma, melihat aku [sang Buddha]''
 
Rujukan lain dari Aggana Sutta dari [[Digha Nikaya]], menyatakan kepada pengikut Vasettha:
:''O Vasettha! Kata Dhammakaya sesungguhnya merupakan nama sang Tathagata''
 
Dalam [[Kanon Pali|Kanon Pāli]] Buddha Gautama dikenal sebagai "guru para tuhan dan manusia", lebih tinggi dari para tuhan dan manusia dalam artian memiliki [[nirvana]] atau kebahagiaan terbesar (di mana para [[Dewa (Buddhisme)|dewa]] atau tuhan yang masih merupakan subyek kemarahan, ketakutan, kesedihan, dan lainnya).
 
<!-- MOHON BANTUAN PERIKSA TERJEMAHAN BERIKUT:
Buddha replies, "And so, Anuradha—when you can't pin down the Tathagata as a truth or reality even in the present life—is it proper for you to declare, 'Friends, the Tathagata—the supreme man, the superlative man, attainer of the superlative attainment—being described, is described otherwise than with these four positions: The Tathagata exists after death, does not exist after death, both does & does not exist after death, neither exists nor does not exist after death'?"
 
In the Vakkali Sutta Buddha identifies himself with the Dhamma:
:''O Vakkali, whoever sees the Dhamma, sees me [the Buddha]''
 
Another reference from the Agganna Sutta of the [[Digha Nikaya]], says to his disciple Vasettha:
:''O Vasettha! The Word of Dhammakaya is indeed the name of the Tathagata''
 
In the [[Pali Canon]]s Gautama Buddha is known as being a "teacher of the gods and humans", superior to both the gods and humans in the sense of having [[nirvana]] or the greatest bliss (whereas the [[Deva (Buddhism)|devas]] or gods of are still subject to anger, fear, sorrow, etc.).
-->
 
==== Buddha Abadi dalam Buddhisme Mahayana ====
{{main|Buddha Abadi}}
[[Berkas:BuddhaTwang.jpg|jmpl|300px|Sebuah patung Buddha Sakyamuni di [[Tawang]] [[Gompa]], [[India]].]]
 
Dalam beberapa ''sutra'' dalam Buddhisme [[Mahayana]], Buddha mengajarkan bahwa Buddha pada intinya bukan lagi merupakan mahluk hidup tetapi telah menjadi mahluk dari golongan yang berbeda sepenuhnya dan oleh karena itu, dalam bentuk "tubuh/pikiran" utama yang sulit dipahami sebagai [[Dharmakaya]], ia memiliki kehidupan abadi dan tidak teratas, yang hadi dalam semua bentuk (contoh: merupakan "tidak terbatas [[dharmadhatu]]", menurut [[Nirvana Sutra]]), dan dimiliki oleh sifat agung dan tak terukur. Dalam [[Mahaparinirvana Sutra]], Buddha menyatakan: "Nirvana dinyatakan sebagai sesuatu yang kekal abadi. Sang Tahtagata [Budha] juga demikian, kekal abadi, tanpa perubahan." Hal ini adalah pengertian metafisik dan soteriologis peting dalam ''[[Lotus Sutra]]'' dan sutra-sutra [[Tathagatagarbha]]. Menurut sutra-sutra Tathagatagarbha, kelalaian mengenai keabadian Buddha dan, lebih buruk lagi, penyangkalan tegas akan keabadian itu, dianggap sebagai rintangan utama dalam mencapai kebangkitan penuh ([[bodhi]]).
 
Untuk guru Buddhis Tibetan, [[Dolpopa]], dan kelompok [[Jonangpa]], sang Buddha dimengerti sebagai Inti yang mengagumkan dan pengabul-keinginan yang suci akan seluruh mahluk, melampaui pemahaman:
 
"Buddha—sebuah intisari dari hal yang tidak terukur, tidak dipahami, tidak terduga, tubuh mulia yang luar biasa, kebijaksanaan, bermutu, dan aktivitas menakjubkan dan luar biasa—yang luas seperti angkasa dan sumber suci, membangkitkan seluruh mahluk sebagaimana diharapkan oleh mahluk suci seperti permata pengabul-hasrat, pohon pengabul-hasrat …"<ref>{{en}} (Dolpopa, ''Mountain Doctrine'', tr. by Jeffrey Hopkins, Snow Lion Publications, 2006, p.&nbsp;424).</ref>
<!-- TOLONG PERIKSA TERJEMAHAN.NYA:
"Buddha—an essence of immeasurable, incomprehensible, unfathomable, excellent exalted body, wisdom, qualities, and activities extremely wondrous and fantastic—is vast like space and the holy source, giving rise to all that is wished by sentient beings like a wish-granting jewel, a wish-granting tree …" (Dolpopa, ''Mountain Doctrine'', tr. by Jeffrey Hopkins, Snow Lion Publications, 2006, p.&nbsp;424). -->
 
==== Sang Buddha sebagaimana dibandingkan dengan Tuhan ====
{{main|Tuhan dalam agama Buddha}}
Pengertian umum yang salah di antara non-Buddhis adalah bahwa sang Buddha adalah rekan seimbang dengan "[[Tuhan]]". Akan tetapi dalam Buddhisme, pada umumnya adalah tanpa-tuhan (''non-theistic''), dalam artian tidak mengajarkan keberadaan tuhan pencipa agung (lihat [[Tuhan dalam agama Buddha]]) atau ketergantungan akan mahluk agung untuk mencapai pencerahan. Sang Buddha adalah seorang petunjuk dan guru yang menunjukkan jalan menuju pencerahan, akan pergumulan guna mencapai pencerahan adalah milik sendiri. Definisi umum yang diterima akan istilah "Tuhan" adalah mahluk yang mengatur dan menciptakan alam semesta (lihat [[mitos penciptaan]]). Sang Buddha pada naskah-naskah awal memberikan argumentasi sanggatan mengenai keberadaan akan mahluk yang demikian.<ref>{{en}} [[David Kalupahana]], ''Causality: The Central Philosophy of Buddhism.'' The University Press of Hawaii, 1975, pages 20–22.</ref>
 
Akan tetapi, sutra-sutra Mahayana tertentu (seperti [[Nirvana Sutra]] dan [[Lotus Sutra]]) dan khususnya tantra tertentu sebagaimana diungkapkan oleh [[Kunjed Gyalpo Tantra]] akan pandangan mengenai sang Buddha sebagai yang ada di mana-mana, mengetahui segalanya, inti yang membebaskan dan kebenaran yang tidak mati akan seluruh mahluk, dan oleh karenanya, sampai jangkauan tertentu, perwujudan sang Buddha ini mendekatkan ke konsep pantheistik akan ketuhanan, akan tetapi hal ini berbeda dengan yang ada dalam tradisi Mahayana, siapapun dapa tmenjadi seorang Buddha, sebagaimana dibandingkan kepada agama-agama theistik pada umumnya yang mana biasanya dianggap tidak mungkin untuk menjadi seorang tuhan atau Tuhan. Juga, [[Agama Buddha di Indonesia|umat Buddha di Indonesia]] menyatakan kepercayaannya akan Tuhan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
 
== Penggambaran Buddha dalam seni ==
{{main|Buddharupa}}
[[Berkas:ShwedagonIMG 7662.JPG|jmpl|Patung Buddha di [[Swedagon Paya]]]]
[[Berkas:Thanthimale Recline Buddha.JPG|jmpl|Patung Buddha Berbaring di [[Sri Lanka]]]]
 
Para Buddha sering kali digambarkan dalam bentuk patung-patung dan lukisan. Bentuk yang sering kali ditemui termasuk:
* Buddha yang Duduk
* Buddha yang Berbaring
* Buddha yang Berdiri
* ''Hotei'' atau ''[[Budai]]'', Buddha Tertawa yang gemuk, biasanya ditemukan di [[Tiongkok]] (tokoh ini dipercaya sebagai penjelmaan bhikkhu Tiongkok abad pertengahan yang berhubungan dengan [[Maitreya]], Buddha masa datang, dan secara teknis bukan merupakan penggambaran Buddha.)
* Buddha yang tampak kurus, penggambaran Siddharta Gautama semasa pelaksanaan tapa keras dengan menahan lapar.
 
=== Penandaan ===
Penggambaran Buddha yang paling umum memiliki beberapa ''tanda'' yang pasti, hal yang dianggap sebagai tanda pencerahannya. Tanda-tanda ini beragam berdasarkan wilayah, tetapi dua hal yang umum adalah:
* sebuan jendulan di atas kepala (menggambarkan ketajaman mental yang agung)
* cuping telinga yang panjang (menggambarkan wawasan yang agung)
 
Di dalam [[Kanon Pali]] sering kali dikatakan mengenai sebuah daftar [[Tigapuluh-dua tanda sang Buddha|32 tanda fisik sang Buddha]].
 
=== Isyarat tangan ===
Posisi dan isyarat tangan dari patung-patung ini, secara berurutan dikenal sebagan [[asana]] dan [[mudra]], memberikan arti keseluruhan yang berarti. Popularitas dari bentuk mudra atau asana cenderung berdasarkan wilayah tertentu, seperti untuk mudra ''[[Vajra]]'' (atau ''Chi Ken-in''), yang terkenal di [[Jepang]] dan [[Ukiran Buddhis Korea|Korea]] tetapi jarang sekali terlihat di [[India]]. Lainnya lebih umum; contoh, mudra ''Varada'' (Pengabulan Keinginan)yang sering kali terdapat pada patung Buddha yang berdiri, terlebih ketika dipasangkan dengan mudra ''Abhaya'' (Ketidaktakutan dan Perlindungan).
 
== Lihat pula ==
{{col|2}}
* [[Daftar 28 Buddha]]
* [[Buddha Gautama]]
* [[Maitreya|Buddha Maitreya]]
* [[Amitabha|Buddha Amitabha]]
* [[Vairocana|Buddha Vairocana]]
* [[Lima Buddha Kebijaksanaan]]
* [[Dona-sutta]]
* [[Tathāgatagarbha|Sifat Buddha]]
* [[Mahaparinirvana Sutra]]
* [[Buddha Abadi]]
* [[Tigapuluh-dua tanda Sang Buddha]]
* [[Empatbelas pertanyaan tak terjawab]]
* [[Stupa Mankiala]]
* [[Agama Buddha di Indonesia]]
{{end-col}}
 
== Referensi ==
{{reflist}}
 
== Pranala luar ==
{{sisterlinks|Buddha}}
* {{en}}[http://www.buddhanet.net/index.html BuddhaNet]
* {{en}}[http://www.lensculture.com/buddha.html Gambar Buddha] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060615140312/http://www.lensculture.com/buddha.html |date=2006-06-15 }}—foto-foto dari seluruh dunia
* {{en}}[http://www.what-Buddha-taught.net Apa yang diajarkan sang Buddha]
* [http://surangama.web.id/assets/sutra-surangama.pdf Surangama Sutra Bahasa Indonesia]{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}
 
{{Topik Buddhisme}}
{{buddhisme-stub}}
 
[[Kategori:Buddha| API]]
[[Kategori:Istilah Buddhis]]
[[Kategori:Kata dan frasa Sanskerta]]
[[Kategori:Kata dan frasa Pāli]]
[[Kategori:Konsep filosofi Buddhis]]