Edi Sedyawati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(22 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{rapikan}}
{{Infobox orang}}
'''Edi Sedyawati''' binti Imam Sudjahri ({{lahirmati|[[Kota Malang|Malang]]|28|10|1938}}) adalah [[penulis]], seniman, dan [[arkeolog]] [[Indonesia]]. ▼
▲'''Prof. Dr. Edi Sedyawati''' binti Imam Sudjahri ({{lahirmati|[[
== Masa Kecil ==
Akibat perang, masa kecil Edi Sedyawati sempat dilewatkan di [[kota]] pengungsian. Ketika [[Jepang]] masuk (tahun [[1942]]), bersama beberapa keluarga, ia dan adiknya yang masih bayi dibawa ibunya mengungsi dari [[Kota Semarang|Semarang]] ke [[Kabupaten Kendal|Kendal
Setelah keadaan aman, Edi diboyong keluarganya ke [[Kota Magelang|Magelang]]
Ayahnya bernama [[Imam Sudjahri]], pernah berprofesi sebagai pengacara, redaktur Koran ''Indonesia Raja'' sehabis perang, dan bekerja sebagai sekjen [[Kementerian Sosial Republik Indonesia|Departemen Sosial]] RI. Imam memang menginginkan Edi untuk belajar menari.
“Menari itu hobi, dan arkeologi itu studi,” kata mantan Dirjen Kebudayaan ini. Ia tertarik pada balet sesudah menontonnya di bioskop. Tapi, setelah terpukau oleh pemeran Abimanyu di sebuah pertunjukan wayang orang, Edi mempelajari tari Jawa dan bergabung dengan Ikatan Seni Tari Indonesia. Ayahnya, Imam Sudjahri—pengacara, redaktur koran Indonesia Raja sehabis perang, kemudian Sekjen Departemen Sosial RI—memang menginginkan dia belajar menari. Pada 1961, Edi sudah turut memperkuat misi kesenian Indonesia ke berbagai negara.▼
=== Ketertarikan pada
▲“Menari itu hobi
Ketertarikannya pada benda purbakala muncul waktu SMP, setelah ia diajak ayahnya jalan-jalan ke Jawa Tengah melihat candi-candi. “Saya terpukau oleh peninggalan masa lalu dan sejak saat itu saya terobsesi untuk mempelajarinya,” kata Edi. Obsesinya tercapai setelah menempuh pendidikan jurusan arkeologi Universitas Indonesia sampai meraih gelar doktor dengan predikat magna cum laude.▼
Minatnya terhadap tari Jawa selain didukung oleh ayahnya juga oleh Profesor Tjan Tjoe Siem (guru besar Sastra Jawa) dan RM Kodrat Purbapangrawit (ahli Karawitan dan tari Jawa). Profesor Dr RM Soetjipto Wirjosoeparto juga mendukung minatnya untuk mempelajari sejarah tari Jawa dan menugaskannya untuk membuat skripsi sarjana muda tentang relief-relief tari [[Candi Prambanan|Candi Rara Jonggrang]], Prambanan.
Jangan heran, karena Edi memerlukan waktu lima tahun untuk menyelesaikan disertasinya, yang berjudul “Pengarcaan Ganesha Masa Kadiri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian”. Termasuk untuk berburu arca Ganesha, dari Museum Nasional Jakarta ke berbagai pelosok di Jawa Tengah, sampai ke pusat-pusat dokumentasi dan benda purbakala di Belanda. Melalui dunia purbakala juga, ia meniti karier akademi sampai menjadi guru besar di almamaternya.▼
=== Ketertarikan pada Arkeologi ===
Sebagai arkeolog, Edi prihatin dengan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap purbakala dan tari negerinya. “Secara umum, masyarakat masih belum mengerti tentang perlunya merawat peninggalan purbakala,” ujarnya. Sebagai penari dan pengamat tari klasik Jawa, ia tidak puas dengan perkembangan tari di Indonesia. “Kebudayaan menjurus kepada hiburan dan (budaya) populer,” kata pengagum Bung Karno dan Koentjaraningrat ini. Kalau itu dibiarkan terus, menurut Edi, kualitas bangsa Indonesia nantinya juga sekualitas hiburan saja. “Padahal, seharusnya kita menjadi bangsa yang mempunyai kemantapan pengalaman batin dan pemahaman konseptual,” ujar penerima bintang “Chevalier des Arts et Letters” dari Prancis itu.▼
▲Ketertarikannya pada benda purbakala muncul waktu SMP, setelah ia diajak ayahnya jalan-jalan ke Jawa Tengah melihat candi-candi.
▲
Edi mempunyai dua anak. Kesibukannya saat ini, selain memeriksa tesis, skripsi, disertasi, persiapan mengajar, melaksanakan penelitian, ia sering juga diminta ikut serta dalam simposium, seminar, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Karena itu, ia tidak punya waktu untuk melakukan hobinya, yakni memotret dan menyetir mobil.▼
▲Sebagai arkeolog, Edi prihatin dengan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap purbakala dan tari negerinya.
▲Edi mempunyai dua anak. Kesibukannya saat ini, selain memeriksa tesis, skripsi, disertasi, persiapan mengajar, melaksanakan penelitian, ia sering juga diminta ikut serta dalam simposium, konferensi, seminar, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Karena itu, ia tidak punya waktu untuk melakukan hobinya, yakni memotret dan menyetir mobil.
== Pendidikan ==
* SR Kris, Jakarta (1951)
* SMP Negeri
* [[SMA Negeri
* Jurusan Arkeologi Universitas Indonesia (S1, 1963)
* Fakultas Sastra Universitas Indonesia (doktor, 1985)
== Karier
* Pengajar [[Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia|Fakultas Sastra UI]] (
* Ketua Jurusan/Akademi Tari, LPKJ (1971-1977)
* Ketua Jurusan Arkeologi UI (1971-1974)
* Ketua Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (1971-1976)
* Anggota Dewan Pengurus Harian DKJ (1971-1974)
* Pembantu Dekan I Fakultas Kesenian [[Institut Kesenian Jakarta]] (IKJ; 1978-1980)
* Pembantu Rektor I
* Ketua Jurusan Sastra Daerah, [[Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia|Fakultas Sastra UI]] (1987-1993)
* Kepala Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya UI (1989-1993)
* Anggota Konsorsium/Komisi Disiplin Ilmu Seni (1990-
* Direktur Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993-1999)
* Governor untuk Indonesia, Asia-Europe Foundation (1999-2001)
== Kegiatan Lain
* Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia cabang Jakarta (1986-1990)
* Ketua I Masyarakat Sejarawan Indonesia (1990-1993)
Baris 48 ⟶ 55:
* Ketua Umum Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (1995-1999, 1999-2002)
== Karya
Dia sangat produktif dalam berkarya.
* ''Pertumbuhan Seni Pertunjukan'', Seri Esni No. 4, Sinar Harapan (1980)
* ''Seni dalam Masyarakat Indonesia'' (Bunga Rampai) (1983) sebagai editor bersama Sapardi Djoko Damono
* ''Kebudayaan di Nusantara,'' dari Keris, Tor-tor, sampai Industri Budaya (2014)
* ''Budaya Indonesia,'' Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah
== Penghargaan
* Hasil Penelitian Terbaik Universitas Indonesia bidang Humaniora (1986)
* [[Bintang Jasa|Bintang Jasa Utama]] Republik Indonesia (1995)
*
* Bintang "Chevalier des Arts et Letters" dari Republik
* [[Bintang Mahaputera Utama]] (1998) - Penghargaan UI sebagai peneliti senior berprestasi (2001)
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Arkeolog Indonesia]]
[[Kategori:Seniman Indonesia]]
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
[[Kategori:
[[Kategori:
[[Kategori:Profesor Indonesia]]
[[Kategori:Alumni Universitas Indonesia]]
[[Kategori:Alumni SMA Negeri 1 Jakarta]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
[[Kategori:Tokoh Malang]]
[[Kategori:Tokoh Ponorogo]]
[[Kategori:Tokoh dari Kecamatan Ngajum]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]
[[Kategori:Penerima Bintang Jasa Utama]]
[[Kategori:Penerima Satyalancana Karya Satya]]
|