Salawati Daud: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(46 revisi perantara oleh 29 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{multiple issues|{{NPOV}}{{tone}}{{refimprove}}{{rapikan}}}}
{{Infobox Officeholder
|name = Charlotte Salawati Daud
|image = Salawati daud (cropped).jpg
|office = Wali Kota Makassar
|order = ke-4
|term_start = 27 Desember 1949
|term_end = 17 Agustus 1950
|lieutenant =
|president = [[Soekarno]]
|governor =
|predecessor = [[Abdul Hamid Daeng Magassing]]
|successor = J.M. Qaimuddin
|birth_date = {{birth date|1909|3|20|}}
|birth_place = [[Tariangbaru, Tabukan Tengah, Kepulauan Sangihe|Tariangbaru]], [[Hindia Belanda]]
|death_date = {{death date and age|1985|3|10|1909|3|20|}}
|death_place =[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]], [[Indonesia]]
|other_names =
|occupation = Mantan Anggota DPR dan Wali kota Makassar
|known_for = Pimpinan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)
}}
'''Salawati Daud atau Charlotte Salawati''' ({{lahirmati|[[Tariangbaru, Tabukan Tengah, Kepulauan Sangihe|Tariangbaru]], [[Hindia Belanda]],|20|3|1909|[[Jakarta]], [[Indonesia]]|10|3|1985}}) adalah seorang [[politisi]], [[Aktivis sosial|aktivis]], [[penulis]], dan mantan anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR RI]]. Dia adalah seorang tokoh pejuang pada masa sebelum [[Indonesia]] merdeka yang dikenal karena pernah melakukan dialog dengan tokoh kontroversial [[Abdul Kahar Muzakkar]] dengan publikasi majalah [[Wanita]] di [[Makassar, Makassar|Makassar]] pada tahun 1945, yang memiliki oplah mencapai sekitar 2000 eksemplar.
Salawati Daud menikah dengan seorang pejabat [[pemerintah]] dari [[Kabupaten Maros]], yang merupakan seorang kubu gerilya selama Perang Kemerdekaan Indonesia . Dia melakukan perjalanan ke
==
Salawati Daud merupakan perempuan Indonesia pertama yang menempati posisi [[
Pasca [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Proklamasi 17 Agustus 1945]], Makassar langsung dicaplok Sekutu/[[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda|NICA]]. Sejumlah pemimpin Republik, termasuk Gubernur Sulawesi zaman itu, [[Sam Ratulangi]], ditangkap oleh Belanda. Gagal-lah upaya membentuk pemerintahan RI di Makassar. Republik Indonesia baru berhasil membentuk pemerintahan sendiri di Makassar tahun 1949.
Pada tahun 1945, Salawati menerbitkan majalah
▲Salawati Daud merupakan perempuan Indonesia pertama yang menempati posisi [[Walikota]]. Ia menjadi Walikota di Makassar, [[Sulawesi Selatan]], tahun [[1949]]. Tak hanya itu, ia juga tercatat sebagai Walikota Makassar yang pertama di bawah pemerintahan Republik Indonesia.<ref name="Walikota Pertama">[http://www.berdikarionline.com/tokoh/20130803/salawati-daud-walikota-perempuan-pertama-di-indonesia.html Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia] berdikarionline.com, Diakses Sabtu, 3 Agustus 2013</ref>
Rakyat Sulawesi Selatan marah.
▲Pada tahun 1945, Salawati menerbitkan majalah Wanita di Makassar. Majalah tersebut terbit dua kali sebulan. Jumlah oplah-nya berjumlah ribuan tiap terbit. Selain majalah Wanita, ia juga memimpin majalah Bersatu, yang oplahnya mencapai 2000-an.
Saat itu pemuda dan pelajar membentuk Pusat Pemuda National Indonesia (
Salawati Daud sudah aktif dalam gerakan itu.
▲Rakyat Sulawesi Selatan marah. Sejak [[September]] 1945, bentrokan antara rakyat dan pelajar melawan NICA sudah terjadi. Salah satunya adalah aksi pelajar perguruan islam Datu Museng, yang mengibarkan Merah-Putih di sekolahnya.
Tetapi Salawati tak hanya berkampanye,
▲Saat itu pemuda dan pelajar membentuk Pusat Pemuda National Indonesia (PPNI). Organisasi ini diketuai oleh Manai Sophiaan. Tak lama kemudian, [[Manai Sophiaan]] ditangkap oleh NICA. Ia disekap di markas NICA di Empress Hotel. Kejadian inilah yang memicu kemarahan pelajar Makassar. [[29 Oktober]] 1945, pelajar menyerbu Empress Hotel dan mengibarkan [[Merah Putih (film)|Merah Putih]] di sana.
Mungkin karena pertimbangan itulah, ia ditunjuk sebagai
▲Salawati Daud sudah aktif dalam gerakan itu. Ia bersama kawan-kawannya di Partai Kedaulatan Rakyat mendirikan “Tim Penerangan” untuk mengkampanyekan penolakan terhadap kehadiran kolonialis Belanda di [[Sulawesi]]. Dalam gerakan ini, Salawati berkeliling Sulsel untuk memassalkan gerakan ini.
Beberapa literatur menyebutkan, Salawati Daud-lah yang membawa pengaruh kiri ke Kahar Muzakkar. Tak heran, ketika Kahar mau memberontak terhadap Republik, Salawati berjuang mati-matian untuk membujuknya agar tetap di pangkuan Republik. Sayang, usaha itu menemui kegagalan.▼
▲Tetapi Salawati tak hanya berkampanye, ia juga turut memanggul senjata melawan tentara NICA. Sejumlah sumber menyebutkan, Ia bersama Emmy Saelan bertempur melawan Belanda. Salah satu pertempuran yang terkenal penyerbuan tangsi polisi di Masamba. Aksi penyerbuan ini dipimpin oleh Salawati Daud. Tak heran, ia sangat disegani oleh semua pejuang Republik di Sulawesi.
▲Mungkin karena pertimbangan itulah, ia ditunjuk sebagai Walikota pertama di Makassar. Karena pengaruh politiknya pula, ia dipercaya mengatasi sejumlah kekacauan di Sulawesi selatan. Salah satunya adalah pemberontakan [[Kahar Muzakkar]].
Tahun 1950, Salawati Daud turut terlibat dalam pembentukan organisasi perempuan nasional bernama
Tahun 1950-an, Salawati Daud makin dikenal sebagai tokoh kiri. Bahkan, ia disebut-sebut sebagai salah satu pembawa pemikiran kiri di Sulawesi Selatan. Pada [[pemilu 1955]], ia masuk daftar calon [[DPR]] dari [[Partai Komunis Indonesia
▲Beberapa literatur menyebutkan, Salawati Daud-lah yang membawa pengaruh kiri ke Kahar Muzakkar. Tak heran, ketika Kahar mau memberontak terhadap Republik, Salawati berjuang mati-matian untuk membujuknya agar tetap di pangkuan Republik. Sayang, usaha itu menemui kegagalan.
Konon, karena pengaruh politik Salawati Daud, PKI mendapat suara besar di [[Tana Toraja]]. Itu terjadi pada pemilu 1955. itu pula yang mengantarkan Salawati Daud menjadi anggota DPR tahun 1955. Sejak itu, ia bermukim di Jakarta. Selain aktif sebagai anggota DPR, ia juga menjadi pengurus DPP Gerwani. Ia menempati posisi sebagai Wakil Ketua. Di DPR, Salawati aktif memperjuangkan hak-hak perempuan.<ref name="Sejarah Gerwis">[http://news.detik.com/read/2013/09/30/154108/2373384/10/sejarah-gerwis-dan-munculnya-gerwani?9911012 Sejarah Gerwis dan Munculnya Gerwani] news.detik.com, Diakses 30 September 2013</ref>▼
▲== Pemimpin Gerwani ==
▲Tahun 1950, Salawati Daud turut terlibat dalam pembentukan organisasi perempuan nasional bernama [[Gerakan Wanita Sedar (Gerwis]]). Ia menjadi salah pengurus di Gerwis ini. Kelak, Gerwis inilah yang berubah menjadi [[Gerakan Wanita Indonesia]] ([[Gerwani]]).<ref name="Pemimpin Gerwani">[http://www.politik.lipi.go.id/in/kolom/296-kiprah-perempuan-di-ranah-politik-dari-masa-ke-masa.html Kiprah Perempuan di Ranah Politik dari Masa ke Masa] politik.lipi.go.id, Diakses, 30 Juni 2010</ref>
▲Tahun 1950-an, Salawati Daud makin dikenal sebagai tokoh kiri. Bahkan, ia disebut-sebut sebagai salah satu pembawa pemikiran kiri di Sulawesi Selatan. Pada [[pemilu 1955]], ia masuk daftar calon [[DPR]] dari Partai Komunis Indonesia Partai Komunis Indonesia (PKI). Memang, seperti dicatat Saskia E Wieringa da lamPenghancuran Gerakan Perempuan: politik Seksual Di Indonesia Pasca Kejatuhan PKI, ada 6 anggota Gerwani yang masuk list daftar calon DPR PKI, yakni Suharti Suwarto, Ny Mudigdio, Salawati Daud, Suwardiningsih, Maemunah, dan Umi Sardjono.
Salawati Daud
▲Konon, karena pengaruh politik Salawati Daud, PKI mendapat suara besar di Tana Toraja. Itu terjadi pada pemilu 1955. itu pula yang mengantarkan Salawati Daud menjadi anggota DPR tahun 1955. Sejak itu, ia bermukim di Jakarta. Selain aktif sebagai anggota DPR, ia juga menjadi pengurus DPP Gerwani. Ia menempati posisi sebagai Wakil Ketua. Di DPR, Salawati aktif memperjuangkan hak-hak perempuan.
Di penjara [[Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan|Bukit Duri]], Salawati Daud memainkan peran penting dalam intervensi terhadap penganiayaan [[narapidana]] lain.
▲Dan, tahun 1965 meletus peristiwa G.30/S. PKI dan ormas-ormasnya segera dituding mendalangi peristiwa tersebut. Saat itu, usai bersidang di Parlemen, Salawati Daud bersama empat kawannya, yakni Umi Sardjono, Ny.Mudigdo, Siti Aminah, dan Dahliar, ditangkap oleh tentara. Ia kemudian digelandang ke markas [[Kostrad]], diintergorasi berhari-hari di sana, lalu kemudian dijebloskan ke penjara Bukit Duri. Di dalam penjara pun ia tak menyerah. Ia aktif membela nasib sesama tahanan yang diperlakukan tidak sewenang-wenang.
== Lihat pula ==
▲Salawati Daud adalah salah satu dari banyak pemimpin Gerwani yang dipenjara setelah 1965 pengambilalihan militer. Pada tanggal [[1 Oktober]] 1965, setelah markas Gerwani telah menerima informasi yang membingungkan tentang peristiwa di [[Lubang Buaya]], Salawati Daud bersepeda ke [[parlemen]] untuk menanyakan apa yang sedang terjadi. Dia dihentikan oleh tentara dalam perjalanan.<ref name="Sejarah Sosial">[http://sejarahsosial.org/kamp_solo/htm/09.htm Gedung Perkantoran Pemkot Surakarta] sejarahsosial.org</ref>
* [[Sudjinah]]
▲Di penjara [[Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan|Bukit Duri]], Salawati Daud memainkan peran penting dalam intervensi terhadap penganiayaan [[narapidana]] lain. Dia punya mandat nasionalis yang kuat untuk perannya dalam perjuangan kemerdekaan, dan para penjaga mengalami kesulitan menghadapinya. Tindakan Salawati Daud untuk kesejahteraan para tahanan sangat dihargai oleh narapidana lain.
* [[Umi Sardjono]]
* [[Kamp Plantungan]]
== Referensi ==
{{Reflist}}
== Pranala luar ==
* [http://agussutondomediacenter.blogspot.com/2012/
* [http://agussutondomediacenter.blogspot.com/2012/
* [http://agussutondomediacenter.blogspot.com/2012/
* [http://agussutondomediacenter.blogspot.com/
* [http://agussutondomediacenter.blogspot.com/2013/09/penderitaan-wanita-indonesia-di-kamp.html Penderitaan Wanita Indonesia di Kamp Plantungan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140626021438/http://agussutondomediacenter.blogspot.com/2013/09/penderitaan-wanita-indonesia-di-kamp.html |date=2014-06-26 }}
{{s-start}}
{{s-off}}
{{succession box
|before=[[Abdul Hamid Daeng Magassing]]
|title=[[Wali Kota Makassar]]
|after=J.M. Qaimuddin
|years=1949–1950}}
{{end}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Tokoh dari Makassar]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Komunis Indonesia]]
[[Kategori:Wali Kota Makassar]]
[[Kategori:Anggota DPR RI 1956–1959]]
|