Sri Kesari Warmadewa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(31 revisi perantara oleh 16 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{referensi}}
{{rapikan|date=Januari 2019}}
'''Shri Kesari Warmadewa''' / '''ᬲ᭄ᬭᬶᬯ᭄ᬳᬶᬭᬤᬮᬾᬫ᭄ᬓᬾᬲᬭᬶᬯᬃᬫᬤᬾᬯ'''
adalah pendiri [[Kerajaan Bedahulu]] dari [[Wangsa Warmadewa]] yang pernah berkuasa di Pulau [[Bali]], [[Indonesia]] dari tahun 882 M sampai dengan 914 M. Dalem Shri Kesari adalah pendiri Dinasti Warmadewa di Bali. Beliau menjadi Raja dinasti Warmadewa pertama di Bali yang memiliki gelar Shri Kesari Warmadewa (yang bermakna ''Yang Mulia Pelindung Kerajaan Singha'') yang dikenal juga dengan nama '''Dalem Selonding'''. Beliau datang ke Bali pada akhir abad ke-9 M atau awal abad ke-10. Berasal dari [[Sriwijaya]] (Sumatra) di mana sebelumnya pendahulunya dari Sriwijaya telah menaklukkan [[Tarumanegara]] (tahun 686 M) dan [[Kerajaan Kalingga]] di pesisir utara [[Jawa Tengah]]/[[Semarang]] sekarang. Persaingan dua kerajaan antara Mataram dengan raja yang berwangsa [[Sanjaya]] dan [[Kerajaan Sriwijaya]] dengan raja berwangsa [[Syailendra]] (dinasti Warmadewa) terus berlanjut sampai ke Bali.
'''''ᬓᬾᬘᬭᬯᬄᬦᬶᬫᬸᬃᬢᬶ'''''
Kecara berarti angka 9, Wahni berarti angka 3 dan Murti berarti angka 8. Jadi Candra Sekala itu menunjukan bilangan tahun Isaka 839 (917 M). Ada pula beberapa ahli sejarah yang membaca bahwa Candra Sengkala itu berbunyi "Sara Wahni Murti" / '''''ᬲᬭᬯᬄᬦᬶᬫᬸᬃᬢᬶ''''' , sehingga menunjukkan bilangan tahun Isaka 835 (913 M). Pendapat yang belakangan ini dibenarkan oleh kebanyakan para ahli sejarah.
Dengan terdapatnya piagam tersebut, dapatlah dipastikan bahwa Shri Wira Dalem Kesari tiada lain adalah Shri Kesari Warmadewa yang terletak di lingkungan [[Desa Besakih]]. Beliau memerintah di Bali kira-kira dari tahun 882 M s/d 914 M, seperti tersebut di dalam prasasti-prasasti yang kini masih tersimpan di Desa Sukawana, Bebetin, Terunyan, Bangli (di Pura Kehen), Gobleg dan Angsari. Berdasarkan gelar belau yang mempergunakan sebutan Warmadewa, para ahli sejarah menduga bahwa beliau adalah keturunan raja-raja Syailendra di [[Kerajaan Sriwijaya]] (Palembang), yang datang ke Bali untuk mengembangkan Agama Budha Mahayana. Sebagaimana diketahui [[Kerajaan Sriwijaya]] adalah menjadi pusat Agama Budha Mahayana di Asia Tenggara kala itu.
Beliau mendirikan istana di lingkungan desa Besakih, yang bernama ''Singhadwala'' atau ''Singhamandawa'', Baginda amat tekun beribadat, memuja dewa-dewa yang berkahyangan di Gunung Agung. Tempat pemujaan beliau terdapat di situ bernama "Pemerajan Selonding". Terdapat peninggalan sebuah benda besar yang terbuat dari [[perunggu]], yang merupakan "lonceng", yang didatangkan dari Kamboja. Lonceng itu digunakan untuk memberikan isyarat agar para [[Biksu]]-Biksu Budha dapat serentak melakukan kewajibannya beribadat di biaranya masing-masing. Benda itu kini disimpan di Desa Pejeng, Gianyar pada sebuah pura yang bernama "Pura Penataran Sasih"
Pada zaman pemerintahaannya, penduduk Pulau Bali merasa aman, damai, dan makmur. Kebudayaan berkembang dengan pesat. Beliau memperbesar dan memperluas Pura Penataran Besakih, yang ketika itu bentuknya masih amat sederhana. Keindahan dan kemegahan [[Pura Besakih]] hingga sekarang tetap dikagumi oleh dunia.
Shri Kesari Warmadewa merupakan tokoh sejarah, ini bisa dibuktikan dari beberapa prasasti yang ditinggalkan seperti Prasasti Blanjong di Sanur, [[Prasasti Panempahan]] di Tampaksiring dan [[Prasasti Malatgede]] yang ketiga-tiganya ditulis pada bagian paro bulan gelap Phalguna 835 S atau bulan Februari 913. Shri Kesari Warmadewa menyatakan dirinya raja Adhipati yang berarti dia merupakan penguasa di Bali mewakili kekuasaan kerajaan lain yaitu Sriwijaya. Kemungkinan beliau adalah keturunan dari [[Balaputradewa]], hal ini berdasarkan kesamaan cara penulisan prasasti, kesamaan dalam menganut agama Budha Mahayana dan kesamaan nama dinasti Warmadewa.
== Daftar Raja Dinasti Warmadewa di Bali ==
{| class="wikitable"
|+
!No. !!Nama !!Awal !!Akhir !!Keterangan
|-
|1
|Shri Kesari Warmadewa
|882 M
|914 M
|
|-
|2
|Sang Ratu Ugrasena
|915 M
|942 M
|Setelah pemerintahan Sri Kesari Warmadewa berakhir, tersebut seorang raja bernama sang ratu [[Ugrasena]] memerintah di Bali. Walaupun Baginda raja tidak memepergunakan gelar Warmadewa sebagai gelar keturunan, dapat dipastikan, bahwa baginda adalah putra Sri Kesari Warmadewa. Hal itu tersebut di dalam prasasti-prasasti (aantara lain ''Prasasti Srokadan'') yang dibuat pada waktu dia memerintah yakni dari tahun 915 s/d 942 M, dengan pusat pemerintahan masih tetap di ''Singha-Mandawa'' yang terletak di sekitar desa [[Besakih]]. Prasasti-Prasasti itu kini disimpan di [[Babahan, Penebel, Tabanan|Desa Babahan]], [[Sembiran, Tejakula, Buleleng|Sembiran]], [[Pengotan, Bangli, Bangli|Pengotan]], [[Batunya, Baturiti, Tabanan|Batunya]] (dekat [[Danau Bratan|Danau Beratan]]), [[Dausa, Kintamani, Bangli|Dausa]], [[Serai, Kintamani, Bangli|Serai]], dan [[Gobleg, Banjar, Buleleng|Desa Gobleg]].
|-
|3
|Shri Tabanendra Warmadewa
|943 M
|961 M
|Baginda raja Sri Tabanendra Warmadewa yang berkuasa di Bali adalah raja ketiga dari keturunan Sri Kesari Warmadewa. Baginda adalah putra Sri Ugrasena, yang mewarisi kerajaan Singhamandawa. Istri Baginda berasal dari Jawa, adalah seorang putri dari Baginda Raja Mpu Sendok yang menguasai Jawa Timur. Di dalam prasasti yang kini tersimpan di Desa Manikliyu (Kintamani), selain menyebut nama Baginda Sri Tabanendra Warmadewa, dicantumkan pula nama Baginda Putri. Dia memerintah dari tahun 943 s/d 961.
|-
|4
|Shri Candrabhaya Singha Warmadewa
|961 M
|975 M
|
|-
|5
|Shri Janasadhu Warmadewa
|975 M
|983 M
|
|-
|6
|Shri Maharaja Sriwijaya Mahadewi
|983 M
|989 M
|
|-
|7
|Shri Udayana Warmadewa (Dharmodayana Warmadewa)- Gunaprya Dharmapatni
|989 M
|1011 M
|Shri Udayana Warmadewa, menurunkan tiga putra:
* 1. [[Airlangga]]
* 2. Marakata
* 3. Anak Wungsu
|-
|8
|Shri Adnyadewi / Dharmawangsa Wardhana
|1011 M
|1022 M
|
|-
|9
|Shri Dharmawangsa Wardhana Marakatapangkaja
|1022 M
|1025 M
|
|-
|10
|Anak Wungsu
|1049 M
|1077 M
|
|-
|11
|Shri Walaprabu
|1079 M
|1088 M
|
|-
|12
|Shri Sakalendukirana
|1088 M
|1098 M
|
|-
|13
|Shri Suradhipa
|1115 M
|1119 M
|
|}
== Referensi ==
{{reflist}}
=== Sumber ===
* Buku “Riwayat Pulau Bali Dari Djaman Ke Djaman”, Disusun oleh: I Made Subaga, Gianyar - Bali
* Sejarah Bali. Nyoka, Penerbit & Toko Buku Ria, Denpasar, 1990.
* Ardana, I Gusti Gede,[1988], Udayana, Peranannya dalam Sejarah Bali pada Abad X, Fakultas Sastra Universitas Udayana, Denpasar
* Munoz, Paul Michel[2009], Kerajaan-Kerajaan Awal Kepulauan Indonesia, Penerbit Mitra Abadi, Yogyakarta
{{s-start}}
{{succession box
|before= Pendiri kerajaan
|title = [[Daftar Raja Bali|Raja Bali]]
|years = 882-914
|after = [[Ugrasena (raja Bali)]]
}}
{{s-end}}
[[Kategori:Tokoh Bali]]
[[Kategori:Raja Bali]]
|