Hamim Tohari Djazuli: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
(24 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox person
| honorific_prefix =
| name = Hamim
| honorific_suffix = [[Gus]] Miek
| image =
| image_size =
| caption =
| native_name = '''حميم طهارى'''
| native_name_lang = Ar
| birth_name = Hamim Thohari
| birth_date = 17 Agustus 1940
| birth_place = Ploso, Mojo, Kediri
| death_date = 5 Juni 1993 (53 tahun)
| death_place = [[Surabaya]], Jawa Timur
| death_cause =
| resting_place = Pemakaman Auliya' Tambak, Ngadi, Kediri
| residence = Ndalem Loring Pasar, Ploso, Modjo, Kediri
|
|
| alma_mater =
| occupation = [[Kyai]], [[Ulama']], [[Mursyid]] Tunggal Jantiko Mantab
| years_active =
| employer =
| organization = Semaan Al Qur'an Dzikrul Ghofilin Jantiko Mantab
| agent =
| known_for =
| notable_works =
| style =
Baris 37 ⟶ 35:
| weight =
| television =
| title = Ulama (Wali al-Mursyid)
| term =
| predecessor =
Baris 44 ⟶ 42:
| boards =
| spouse = Ny. Hj. Liliek Suyati
| children = KH. Tajuddin Herucokro{{br}}KH.
| parents = [[Kyai]] [[Haji]] [[Ahmad Djazuli
| relatives = KH.
| awards =
| website =
Baris 53 ⟶ 51:
}}
'''KH. Hamim
Ia adalah
== Biografi ==
Baris 67 ⟶ 65:
Kakak:
* [[Kyai]] [[Haji]] Ahmad Zainuddin Djazuli
*[[Kyai]] [[Haji]] Nurul Huda Djazuli<ref>{{Cite web|last=Abdurrahman|first=Syarif|date=2022-12-19|title=Profil Ringkas Ning Jazil, Istri Gus Kautsar|url=https://www.tebuireng.co/profil-ringkas-ning-jazil-istri-gus-kautsar/|website=Tebuireng Initiatives|language=id|access-date=2023-02-20|archive-date=2023-02-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20230226121023/https://www.tebuireng.co/profil-ringkas-ning-jazil-istri-gus-kautsar/|dead-url=no}}</ref>
Adik:
* [[Kyai]] [[Haji]] Fuad Mun'im Djazuli
Baris 86 ⟶ 84:
* [[Gus|Agus]] Laits Asmoroqondi (Laits)
=== Masa Kecil dan pendidikan awal ===
Gus Miek adalah putra ketiga dari enam bersaudara dari pasangan K.H Djazuli Utsman dan
Pendidikan awal ia tempuh dengan masuk di [[Sekolah Rakyat]] ([[SR]]), namun tidak sampai selesai karena sering membolos.<ref name="nu.or.id">[http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,39262-lang,id-c,tokoh-t,Gus+Miek++dari+Khataman+ke+Tempat+Perjudian-.phpx www.nu.or.id: Gus Miek, dari Khataman ke Tempat Perjudian] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150511071732/http://nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,13-id,39262-lang,id-c,tokoh-t,Gus+Miek++dari+Khataman+ke+Tempat+Perjudian-.phpx |date=2015-05-11 }}. Diakses 6 April 2014</ref> Dalam pendidikan belajar membaca al-Qur'an, Gus Miek dibimbing langsung oleh ibunya, kemudian ia diserahkan kepada [[Ustadz]]
Pada umur 9 tahun, Gus Miek telah mengenal ulama-ulama besar. Beberapa ulama tersebut yang sering dikunjungi Gus Miek adalah K.H. [[Mubasyir Mundzir]] (PP. Ma'unah Sari) , Kediri; K.H. [[Ali Mas'ud]] (Gus Ud) [[Pagerwojo]], [[Sidoarjo]]; dan K.H. [[Abdul Hamid Pasuruan|Hamid]], [[Pasuruan]].<ref name="www.tanbihun.com"/><ref name="nu.or.id"/> Ketika berkunjung ke rumah Gus Ud di Sidorajo, untuk pertama kalinya Gus Miek bertemu dengan K.H. [[Ahmad
=== Belajar di pesantren Lirboyo ===
Pada umur 13 tahun, Gus Miek melanjutkan pendidikannya di [[Pondok Pesantren
Kepulangan Gus Miek yang mendadak ke [[Pondok Pesantren Ploso]] membuat orang tuanya resah karena ia tidak mau untuk melanjutkan belajarnya di [[Pondok Pesantren Lirboyo|Pesantren Lirboyo]]. Namun Gus Miek mampu menunjukkan bahwa selama belajarnya di [[Pondok Pesantren Lirboyo|Pesantren Lirboyo]] ia melakukannya dengan sungguh-sungguh, ia membuktikan kepada orang tuannya dengan cara menggantikan semua jadwal pengajian yang biasa diampu oleh ayahnya di Pondok Pesntren Ploso.<ref name="Perjalanan"/> Gus Miek membuktikannya dengan mengajarkan berbagai kitab kepada para santri, yakni: kitab
Setelah menunjukkan kemampuannya kepada orang tuanya, beberapa bulan kemudian Gus Miek memutuskan untuk belajar lagi di [[Pondok Pesantren Lirboyo|Pesantren Lirboyo]].<ref name="Perjalanan"/> Di pesantren tersebut ia cukup rajin dalam mengikuti pengajian. Namun ia mempuyai kebiasaan yang sulit dihilangkan sejak di Ploso, yaitu ketika santri lain sedang sibuk mengaji, ia hanya tidur dan meletakkan kitabnya di atas meja.<ref name="Perjalanan"/> Meskipun demikian, ketika gurunya mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan, Gus Miek selalu mampu menjawabnya dengan memuaskan.<ref name="Perjalanan"/>
Di Pesantren Lirboyo, ada beberapa santri yang dekat dengan Gus Miek, di antaranya adalah
== Referensi ==
{{reflist}}
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]]
|