Niyāma: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Faredoka (bicara | kontrib)
(87 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
[[Berkas:Buddha 00004.JPG|thumb|upright|Buddha sebagai penemu Dhamma, bukan pencipta Dhamma.]]
{{Buddhisme}}
{{Buddhisme|dhamma}}
[[Berkas:Tian Tan Buddha by Beria.jpg|jmpl|Dalam [[Agama Buddha]], alam semesta diatur oleh hukum alam. Pemikiran bahwa alam semesta diatur oleh Dewa Tertinggi merupakan pemikiran yang tidak dibenarkan. (Baca juga: [[Tuhan dalam agama Buddha]])]]
{{Buddhisme Theravada}}
Dalam [[Buddhisme]], '''Lima Niyāma''' ([[Pāli|Pali]]: ''pañcaniyāma, pañcaniyāmadhamma, pañcavidhaniyāma''), juga dikenal sebagai '''Hukum Alam''', adalah salah satu konsep aliran [[Theravāda]] mengenai hukum keteraturan yang bekerja di seluruh alam semesta.<ref>{{Cite book|title=Ikhtisar Ajaran Buddha|last=Hansen|first=Upa. Sasanasena Seng|date=September 2008|publisher=Insight Vidyasena Production|isbn=|location=Yogyakata|pages=|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|last=Nasiman|first=Nurwito|date=2017|title=Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 10|location=Jakarta|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|isbn=978-602-427-074-2|pages=175|url-status=live}}</ref> Daftar ini menunjukkan cakupan universal hukum [[Kemunculan Bersebab]] (''paṭiccasamuppāda'') dan ruang lingkup Hukum Alam sebagai tanggapan terhadap klaim [[teisme]].<ref name=":5" /> Lima Niyāma tersebut adalah:
 
# '''Utu Niyāma''': keteraturan musim.
'''Lima Hukum Alam (Panca Niyama Dhamma)''' adalah salah satu konsep dalam ajaran [[agama Buddha]] mengenai hukum-hukum yang bekerja di seluruh alam semesta.<ref>Ikhtisar Ajaran Buddha. Oleh: Upa. Sasanasena Seng Hansen, Penerbit: Insight Vidyasena Production, September 2008</ref> Panca Niyama Dhamma terdiri atas kata ''panca'' yang artinya lima, ''dhamma'' yang artinya segala sesuatu, dan ''niyama'' yang artinya ketentuan atau hukum. Dengan demikian, Panca Niyama Dhamma berarti lima hukum universal atau hukum segala hal.<ref>Buku "Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 10". Oleh: Nasiman, Nurwito, Penerbit: Kemendikbud, Cetakan III 2017. ISBN 978-602-427-074-2. Halaman 175.</ref> Agama Buddha tidak membenarkan bahwa alam semesta diatur oleh sesosok dewa atau Tuhan.
# '''Bīja Niyāma''''':'' keteraturan benih atau bibit.
# '''Kamma Niyāma''': keteraturan ''kamma'' (perbuatan berkehendak).
# '''Citta Niyāma''': keteraturan kesadaran/pikiran.
# '''Dhamma Niyāma''': keteraturan ''dhamma'' (fenomena).
 
Dalam [[agama Hindu]], '''Niyāma''' ([[Sanskerta]])—sangat berbeda dari pemaknaan Buddhisme—merujuk pada tugas religius atau ketaatan yang positif;<ref name=":2">{{cite journal|last=Moyer|first=Donald|date=1989|title=Asana|journal=[[Yoga Journal]]|volume=84|issue=January/February 1989|page=36}}</ref> kegiatan dan kebiasaan yang direkomendasikan untuk hidup sehat, pencerahan spiritual, dan keadaan keberadaan yang terbebaskan.<ref name="nt">N Tummers (2009), Teaching Yoga for Life, {{ISBN|978-0736070164}}, page 16-17</ref> Kata ini juga memiliki banyak arti tergantung pada konteksnya. Lima Niyāma dalam agama Hindu adalah:
Panca Niyama merupakan hukum abadi yang bekerja dengan sendirinya. Hukum ini bekerja sebagai hukum sebab akibat dan membuat segala sesuatu bergerak sebagaimana dinyatakan oleh ilmu pengetahuan modern, seperti ilmu [[fisika]], [[kimia]], [[biologi]], [[astronomi]], [[psikologi]], dan sebagainya. Bulan timbul dan tenggelam, hujan turun, tanaman tumbuh, musim berubah disebabkan oleh hukum ini.<ref>Buku "Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 10". Oleh: Nasiman, Nurwito, Penerbit: Kemendikbud, Cetakan III 2017. ISBN 978-602-427-074-2. Halaman 176.</ref><blockquote>Buddha ada atau tidak ada, hukum alam akan tetap ada. (Anguttara Nikaya 3.314)</blockquote>'''1.''' '''Utu Niyama (Hukum Musim).''' Hukum ini mencakup semua gejala anorganik, termasuk hukum-hukum dalam cakupan fisika dan kimia.<ref>Wijaya, Willy Yandi. 2008. ''Pandangan Benar''. Yogyakarta: Insight Vidyasena Production Vihara Vidyaloka.</ref> Contoh kejadian yang diatur hukum ini adalah musim, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, hujan, besi berkarat, pudarnya warna baju, pelapukan kayu, iklim, sifat panas, cuaca, suhu, pelapukan benda-benda, gravitasi, dan sebagainya.
 
# [[Shaucha]] (शौच): kemurnian eksternal (tubuh) dan internal (pikiran).<ref name=":3">Sharma and Sharma, Indian Political Thought, Atlantic Publishers, {{ISBN|978-8171566785}}, page 19</ref><ref name=":1">{{Cite web|title=Yoga Sutras of Patanjali {{!}} Internet Encyclopedia of Philosophy|url=https://iep.utm.edu/yoga/|language=en-US|access-date=2024-05-10}}</ref>
'''2.''' '''Bija Niyama (Hukum Biji).''' Hukum ini mencakup semua gejala organik seperti dalam biologi. Contohnya adalah perkembangan hewan atau tumbuhan, mutasi gen manusia, pembuahan, pertumbuhan biji menjadi tumbuhan, pembentukan janin, pertumbuhan sel, dan sebagainya.
# [[Santosha]] (सन्तोष): kepuasan; tidak tertarik pada perolehan lebih dari kebutuhan hidup seseorang.<ref name="nt2">N Tummers (2009), Teaching Yoga for Life, {{ISBN|978-0736070164}}, page 16-17</ref><ref name=":1" />
# [[Pertapaan|Tapa]] (तपस्): penghematan, disiplin diri,<ref name=":4">{{cite book|author=Gregory P. Fields|year=2014|url=https://books.google.com/books?id=nCQ0Njp2DWMC&pg=PA111|title=Religious Therapeutics: Body and Health in Yoga, Ayurveda, and Tantra|publisher=State University of New York Press|isbn=978-0-7914-9086-0|pages=111}}</ref> meditasi terus-menerus dan ketekunan.<ref name="Kaelber, W. O. 1976">Kaelber, W. O. (1976). "Tapas", Birth, and Spiritual Rebirth in the Veda, History of Religions, 15(4), 343-386</ref><ref name="sabha">SA Bhagwat (2008), Yoga and Sustainability. Journal of Yoga, Fall/Winter 2008, 7(1): 1-14</ref>
# [[Swadhyaya|Svādhyāya]] (स्वाध्याय): mempelajari kitab suci untuk pembebasan diri.<ref name=":1" />
# [[Iswara|Īśvarapranidhāna]] (ईश्वरप्रणिधान): mempersembahkan seluruh aktivitas seseorang kepada Tuhan (''[[Iswara|Īśvara]]'').<ref name=":1" />
 
== Etimologi ==
'''3.''' '''Kamma Niyama (Hukum Perbuatan).''' Hukum alam ini mengatur tentang perbuatan dan hasil perbuatan. Perbuatan bisa dilakukan melalui pikiran, ucapan, dan tindakan. Semua perbuatan yang dilakukan dengan kehendak (''cetana'') akan memberikan akibat. Hukum ini berkaitan dengan hukum sebab-akibat (hukum karma), berbuat baik atau buruk, begitu pula akibat yang akan didapatkan.
Kata ''Niyāma'' (नियम) berasal dari akar [[bahasa Sanskerta]] ''niyam'' (नियम्) yang berarti "memegang". Dengan demikian, ''Niyāma'' berarti “hukum”, “aturan”, “kepatuhan”, atau “praktik pengendalian diri”.<ref>{{Cite journal|last=Cusack|first=Carmen|date=2012|title=Alternative dispute resolution and niyama, the second limb of Yoga Sutra|journal=Journal of Peace Education and Social Justice|volume=6|issue=2|pages=107–122}}</ref><ref>{{Cite web|last=Chicago|first=The University of|last2=Libraries (CRL)|first2=Center for Research|title=Digital South Asia Library|url=https://dsal.uchicago.edu/|website=dsal.uchicago.edu|language=en|access-date=2024-06-04}}</ref><ref>{{Cite web|last=Sivasubramaniam|first=Thirunavukkarasu|date=2019-05-24|title=Niyama|url=https://www.classicyoga.co.in/2019/05/niyama/|website=Classic Yoga|language=en-US|access-date=2024-06-04}}</ref>
 
Dalam [[Buddhisme]], istilah ini spesifik digunakan untuk menjelaskan hukum-hukum alam yang mengatur alam semesta. Dalam [[Agama Hindu|Hinduisme]], istilah ini utamanya digunakan untuk menjelaskan tugas-tugas religius.
'''4. Citta Niyama (Hukum Batin).''' Hukum alam ini mengatur cara kita berkonsentrasi, berpikir, dan mengingat. Hukum ini mencakup semua fenomena psikis seperti dalam psikologi. Hukum ini berkaitan dengan pikiran, misalnya bagaimana proses kesadaran bekerja. Hukum ini bekerja pada memori manusia dan psikis seseorang. Hukum ini mengatur pertalian kerja antara sesuatu yang hidup dan mati.
 
== Buddhisme ==
'''5.''' '''Dhamma Niyama (Hukum Fenomena).''' Hukum alam ini mengatur segala sesuatu yang tidak diatur oleh keempat hukum diatas. Hukum ini mengatur peristiwa-peristiwa khusus yang pernah terjadi semasa hidup Sang Buddha. Contohnya kejadian bumi bergetar saat Bodhisatta Gotama lahir, turunnya hujan panas dan dingin untuk memandikan Bodhisatta Gotama ketika terlahir di dunia, dan munculnya gempa bumi yang dahsyat ketika Sang Buddha mengambil keputusan untuk memasuki ''nibbāna''.
{{Seealso|0=Ketuhanan dalam Buddhisme}}
[[Komentar (Theravāda)|Kitab komentar]] [[Buddhisme]] aliran [[Theravāda]] dari abad ke-5 hingga ke-13 M memuat "''pañcavidha niyāma"'', lima Niyāma, dalam teks-teks berikut:
 
* Dalam kitab ''Aṭṭhasālinī'' (272-274), kitab komentar karya [[Buddhaghosa]] untuk kitab [[Dhammasaṅgaṇī]], kitab pertama [[Abhidhamma Piṭaka]] aliran Theravāda;<ref>''Aṭṭhasālinī: Buddhaghosa’s Commentary on the Dhammasaṅgani.'' ed. E. Muller, PTS 1979 (orig. 1897) p.272, para. 562; trans. Pe Maung Tin as The Expositor PTS London 1921 vol.II p.360.</ref>
Dengan begitu, selain hukum karma, terdapat empat hukum lainnya yang berlaku di dunia ini. Tidak wajar jika menyatakan bahwa suatu kejadian disebabkan oleh karena satu hal. Biasanya suatu kejadian terjadi karena banyak hal yang mendukung, seperti contoh seseorang tertimpa bencana alam. Hal tersebut tidak sepenuhnya karena akibat karma buruk (''kamma niyama'') orang tersebut.
* Dalam ''Sumaṅgala-Vilāsinī'' (DA 2.431), kitab komentar karya [[Buddhaghosa]] untuk [[Dīgha Nikāya]];<ref>''Sumaṅgala-Vilāsinī, Buddhaghosa’s Commentary on the Dīgha Nikāya.'' ed. W. Stede PTS 1931 p.432.</ref>
* Dalam ''Abhidhammāvatāra'' (PTS hal. 54), ringkasan syair [[Abhidhamma Piṭaka|Abhidhamma]] karya [[Buddhadatta]], ''bhikkhu'' penafsir sezaman Buddhaghosa.<ref>''Abhidhammāvatāra in Buddhadatta’s Manuals.'' ed. AP Buddhadatta PTS 1980 (orig. 1915) p.54.</ref>
* ''Komentar Internal Abhidhammamātika'' (hal. 58). Abhidhamma-mātika adalah sebuah matriks abstrak untuk Abhidhamma, dengan daftar pasangan dan rangkap tiga istilah yang darinya keseluruhan teks secara teoritis dapat direkonstruksi. Penggalan tentang Niyāma berasal dari komentar internal pada ''mātika'' yang terkait dengan kitab Dhammasaṅgaṇī ("Niyāma''"'' tampaknya tidak disebutkan dalam matriks itu sendiri, tetapi hanya dalam lampiran ini); dan disusun di [[India Selatan]] oleh Coḷaraṭṭha Kassapa (pada abad ke-12-13).
* ''Abhidhammāvatāra-purāṇatīkā'' (hal. 1.68). Disusun di [[Agama Buddha|Sri Lanka]] oleh Vācissara Mahāsāmi sekitar abad ke-13 atau [[Sariputta|Sāriputta]] sekitar abad ke-12. Kitab ini berisi komentar kata demi kata yang tidak lengkap atas teks ''Abhidhammāvatāra Nāmarūpa-parichedo'' (sebuah kitab [[Ṭīkā|''ṭīka'']]).
 
[[Buddhisme]] tidak membenarkan bahwa alam semesta diatur oleh sesosok dewa tertinggi atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Niyāma merupakan hukum abadi impersonal yang bekerja tanpa [[Tuhan pribadi|pribadi]] pengatur tertinggi. Hukum ini bekerja sebagai hukum sebab akibat dan membuat segala sesuatu bergerak sebagaimana dinyatakan oleh ilmu pengetahuan modern, seperti ilmu [[fisika]], [[kimia]], [[biologi]], [[astronomi]], [[psikologi]], dan sebagainya. Timbul tenggelamnya bulan, turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, hingga berubahnya musim disebabkan oleh hukum ini.<ref>{{Cite book|last=Nasiman|first=Nurwito|date=2017|title=Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Kelas 10|location=Jakarta|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|isbn=978-602-427-074-2|pages=176|url-status=live}}</ref>
Ada kondisi seperti banjir—hukum fisika (''utu niyama'')— yang mendukung dan kondisi-kondisi lainnya dari hukum-hukum lainnya. Kelima hukum alam ini saling berhubungan dan dapat saling memengaruhi satu sama lain. Contohnya, ketika manusia sudah semakin jahat dan tidak menyayangi alam (sebab dari ''kamma niyama)'', makan akan terjadi perubahan (akibat dari ''kamma niyama)''. Hujan tidak akan turun pada musimnya (''utu niyama)'', tumbuhan mati (''bija niyama''), cuaca buruk (''utu niyama''), terjadi bencana alam (''utu niyama''), batin menjadi tidak tenang (''citta niyama'').
 
Diperkenalkannya istilah "''pañca-niyāma''" dalam [[kitab komentar]] bukan untuk menggambarkan bahwa alam semesta etis secara intrinsik, namun sebagai daftar yang menunjukkan cakupan universal hukum [[Kemunculan Bersebab]] (''paṭiccasamuppāda''). Tujuan awalnya, menurut [[Ledi Sayadaw]], bukanlah untuk meninggikan atau merendahkan hukum [[Karma dalam Buddhisme|karma]], namun untuk menunjukkan ruang lingkup Hukum Alam sebagai tanggapan terhadap klaim [[teisme]].<ref name=":5">''Manuals of Buddhism''. Bangkok: Mahamakut Press 1978. Niyama-Dipani was trans. (from Pāli) by Beni M. Barua, rev. and ed. C.A.F. Rhys Davids, n.d.</ref>
Menurut agama Buddha, pemikiran bahwa suatu kejadian seluruhnya karena hukum karma adalah kesalahan fatal dalam pandangan seseorang.
 
Lima Niyāma dalam set ini adalah:
# '''Utu Niyāma''', "keteraturan musim", yaitu berbunga dan berbuahnya pohon-pohon sekaligus (''ekappahāreneva'') di daerah-daerah tertentu di bumi pada periode-periode tertentu, bertiup atau berhentinya angin, derajat panas matahari, banyaknya curah hujan, beberapa bunga seperti bunga teratai mekar pada siang hari dan menutup pada malam hari, dan seterusnya;
# '''Bīja Niyāma''', "keteraturan benih atau bibit", yaitu benih yang menghasilkan jenisnya sendiri seperti benih jelai yang menghasilkan jelai;
# '''Kamma Niyāma''', "keteraturan ''kamma''", yaitu perbuatan yang baik akan menghasilkan akibat yang baik dan perbuatan yang buruk akan menghasilkan akibat yang buruk. Keteraturan ini dicontohkan oleh syair [[Dhammapada]] ayat 127 yang menjelaskan bahwa akibat dari suatu perbuatan tidak dapat dihindari;
# '''Citta Niyāma''', "keteraturan kesadaran/pikiran", yaitu urutan proses aktivitas-aktivitas pikiran sebagai momen-pikiran sebelumnya yang menyebabkan dan mengkondisikan momen-pikiran berikutnya dalam suatu hubungan sebab-akibat;
# '''Dhamma Niyāma''', "keteraturan ''dhamma'' (fenomena)", yaitu peristiwa-peristiwa seperti guncangan sepuluh ribu sistem dunia pada saat [[Bodhisatwa|Bodhisatta]] dikandung dalam rahim ibu-Nya dan pada saat kelahiran-Nya. Di akhir pembahasan syair kitab komentar ''Sumaṅgalavilāsinī,'' dijelaskan bahwa ''dhammaniyāma'' merupakan definisi untuk istilah ''dhammatā'' dalam teks ''Mahāpadāna Sutta'' (D ii.12) (Bdk. S 12.20 untuk pembahasan penggunaan kata ''dhammaniyamatā'' dalam sutta)
 
[[Rhys Davids]] adalah sarjana barat pertama yang tertarik pada daftar "''pañcavidha niyāma"'' dalam bukunya tahun 1912, "''Buddhism''". Alasan Davids menjelaskan istilah "''Niyāma''" adalah untuk menekankan bahwa menurut ajaran Buddha, kita berada dalam sebuah "alam semesta moral", artinya suatu perbuatan membawa akibat yang adil sesuai dengan tatanan moral alami, sebuah situasi yang ia sebut sebagai "kosmodik" yang berbeda dengan teodisi [[Kekristenan|Kristen]].<ref>''Buddhism: a study of the Buddhist norm'' London: [[Williams and Norgate]] 1912, pp.118–9.. Reprint by Read Books, 2007, [https://books.google.com/books?id=LljcZ_LBeL0C&pg=PA119&dq=Bija+Niyama&lr= Books.Google.com]</ref><ref>Padmasiri De Silva, ''Environmental philosophy and ethics in Buddhism.'' Macmillan, 1998, page 41. [https://books.google.com/books?id=M4T3C6ndfZIC&pg=PA41&dq=Bija+Niyama#PPA41,M1 Books.Google.com]</ref>
 
Dalam skema Rhys Davids, Niyāma dijabarkan menjadi:
 
* '''Kamma Niyāma''': ("perbuatan") konsekuensi atas perbuatan seseorang
* '''Utu Niyāma''': ("waktu, musim") perubahan musim dan iklim, hukum yang berurusan dengan benda mati
* '''Bīja Niyāma''': ("benih") hukum keturunan
* '''Citta Niyāma''': ("pikiran") kehendak pikiran
* '''Dhamma Niyāma''': ("hukum") kecenderungan alam untuk menyempurnakan
 
Skema ini serupa dengan skema yang diajukan oleh Ledi Sayadaw.<ref>''Niyama-Dipani'' (online see below)</ref> Sangharakshita, seorang sarjana Buddhis Barat, menggunakan skema Niyāma dari Rhys David dan menjadikannya sebagai aspek penting dalam pengajarannya.<ref>''The Three Jewels Windhorse'' 1977 (originally published 1967) Windhorse pp.69–70; and in the lecture ‘Karma and Rebirth’, in edited form in ''Who is the Buddha?'' Windhorse 1994, pp.105–8.</ref>
 
[[Ashin Kheminda]], seorang ''bhikkhu'' misionaris asal [[Indonesia]], menjelaskan Niyāma dengan skema berikut:<ref>{{Cite book|last=Kheminda|first=Ashin|date=2020|title=Kamma: Pusaran Kelahiran & Kematian Tanpa Awal|location=Jakarta|publisher=Dhammavihari Buddhist Studies|isbn=|pages=46|url-status=live}}</ref>
 
# '''Utu Niyāma''': hukum kepastian atau keteraturan musim yang mengatur kepastian pergantian musim dan perubahan-perubahan temperatur di alam semesta.
# '''Bīja Niyāma''''':'' hukum kepastian atau keteraturan biji yang mengatur kehidupan tumbuh-tumbuhan, yaitu biji-biji tertentu akan menghasilkan tanaman atau buah tertentu; buah-buah tertentu memiliki citarasa tertentu dan lain-lain.
# '''Kamma Niyāma''''':'' hukum kepastian atau keteraturan perbuatan (''[[kamma]]'') yang memastikan bahwa ''kamma'' baik akan menghasilkan kebahagiaan, sedangkan ''kamma'' buruk akan menghasilkan penderitaan.
# '''Citta Niyāma''': hukum kepastian atau keteraturan kesadaran yang mengatur kepastian kemunculan dan kelenyapan kesadaran (''citta'').
# '''Dhamma Niyāma''': hukum kepastian atau keteraturan fenomena (''dhamma'') yang mengatur fenomena-fenomena lain yang tidak termasuk di empat hukum di atas, seperti kejadian bumi bergetar saat [[Bodhisatwa|Bodhisatta]] Gotama lahir, pencapaian penerangan sempurna, munculnya gempa bumi saat kejadian ''parinibbāna'' Buddha.
 
=== Penafsiran lanjutan ===
 
==== Kamma sebagai asal mula makhluk ====
Dalam Abhiṇhapaccavekkhitabbaṭhāna Sutta, [[Aṅguttara Nikāya]] 5.57, Buddha menyampaikan bahwa di antara kelima hukum alam tersebut, perbuatan (''kamm''a'')'' sebagaimana diatur oleh hukum kepastian perbuatan (''kammaniyāma'') bertindak sebagai properti, warisan, asal mula, keluarga, dan perlindungan suatu makhluk.<ref>{{Cite web|last=Anggara|first=Indra|title=AN 5.57: Abhiṇhapaccavekkhitabbaṭhānasutta|url=https://suttacentral.net/an5.57/id/anggara|website=SuttaCentral|access-date=2023-06-26}}</ref>
 
{{Verse translation|... Sabbe sattā
kammassakā,
kammadāyādā,
kammayoni,
kammabandhu,
kammapaṭisaraṇā,
yaṁ kammaṁ karissanti—
kalyāṇaṁ vā pāpakaṁ vā—
tassa dāyādā bhavissantī’ti ...|... Semua makhluk
memiliki kamma sebagai properti mereka,
ahli waris dari kammanya sendiri,
memiliki kamma sebagai asal-mulanya,
memiliki kamma sebagai keluarganya,
memiliki kamma sebagai perlindungannya.
Apapun kamma yang mereka lakukan—
baik atau buruk—
mereka akan menjadi ahli waris dari kamma tersebut ...}}
 
==== Keterhubungan hukum-hukum ====
Setiap hukum tidak berjalan sendiri, artinya satu hukum dapat bekerja bersamaan dengan hukum-hukum lainnya. Oleh karena ''kamma'' didefinisikan sebagai kesadaran baik (''kusalacitta'') atau kesadaran buruk (''akusalacitta'') dengan eksistensi faktor-mental (''cetasika'') kehendak (''cetanā''), maka ''kamma-niyāma'' yang mengatur kepastian perbuatan juga melibatkan ''citta-niyāma'' yang mengatur kesadaran terciptanya perbuatan.
{{Verse translation|Manopubbaṅgamā
dhammā
manoseṭṭhā
manomayā;
 
Manasā ce paduṭṭhena bhāsati vā karoti vā;
Tato naṃ dukkhamanveti cakkaṃ'va vahato padaṃ.|Tiga gugusan nonmateri (''cetasika'')
memiliki kesadaran (''citta'') sebagai pelopor,
memiliki kesadaran sebagai yang terkemuka (pemimpin),
dibuat oleh kesadaran.
 
Apabila dengan kesadaran yang kotor, seseorang berbicara atau berbuat;
Dari sana penderitaan mengikuti dia, seperti roda mengikuti kaki lembu.}}
Dengan begitu, [[Buddhisme]] tidak setuju bahwa suatu kejadian disebabkan hanya karena satu hal. Misalnya, ketika manusia sudah semakin jahat dan tidak menyayangi alam (diatur oleh Kamma Niyāma), maka akan terjadi perubahan pada alam seperti perubahan suhu (diatur oleh Utu Niyāma), tumbuhan mati (diatur oleh Bija Niyāma), dan ketidaktenangan batin (diatur oleh Citta Niyāma).
 
== Hinduisme ==
{{Hindu}}
Dalam [[agama Hindu]], pemaknaan istilah Niyāma ({{lang-sa|[[:hi:नियम|नियम]]|translit=niyama}}) sangat berbeda dari pemaknaan Buddhisme. Niyāma merujuk pada tugas religius atau ketaatan yang positif.<ref name=":2" /> Dalam [[Dharma]] yang diyakini Hindu, terutama [[Yoga]], Niyāma dan pelengkapnya, [[Yama|Yāma]], adalah kegiatan dan kebiasaan yang direkomendasikan untuk hidup sehat, pencerahan spiritual, dan keadaan keberadaan yang terbebaskan.<ref name="nt" />
 
=== Lima Niyāma ===
Dalam [[Sutra Yoga Patanjali]], lima Niyāma adalah:<ref>{{cite book|last1=Āgāśe|first1=K. S.|date=1904|url=https://archive.org/stream/patanjaliyoga/yoga_sutras_three_commentaries#page/n113/mode/2up|title=Pātañjalayogasūtrāṇi|location=Puṇe|publisher=Ānandāśrama|page=102}}</ref>
 
# [[Shaucha]] (शौच): kemurnian eksternal (tubuh) dan internal (pikiran).<ref name=":3" /><ref name=":1" />
# [[Santosha]] (सन्तोष): kepuasan; tidak tertarik pada perolehan lebih dari kebutuhan hidup seseorang.<ref name="nt2" /><ref name=":1" />
# [[Pertapaan|Tapa]] (तपस्): penghematan, disiplin diri,<ref name=":4" /> meditasi terus-menerus dan ketekunan.<ref name="Kaelber, W. O. 1976" /><ref name="sabha" />
# [[Swadhyaya|Svādhyāya]] (स्वाध्याय): mempelajari kitab suci untuk pembebasan diri.<ref name=":1" />
# [[Iswara|Īśvarapranidhāna]] (ईश्वरप्रणिधान): mempersembahkan seluruh aktivitas seseorang kepada Tuhan (''[[Iswara|Īśvara]]'').<ref name=":1" />
 
=== Sepuluh Niyāma ===
Beberapa teks memberikan daftar Niyāma yang berbeda dan diperluas. Misalnya, Shandilya dan [[Upanisad]] [[Waraha|Varaha]] ,<ref name="svb">SV Bharti (2001), Yoga Sutras of Patanjali: With the Exposition of Vyasa, Motilal Banarsidas, {{ISBN|978-8120818255}}, Appendix I, pages 680-691</ref> [[Hatha Yoga Pradipika]],<ref name="mibu">[[Mikel Burley]] (2000), Haṭha-Yoga: Its Context, Theory, and Practice, Motilal Banarsidas, {{ISBN|978-8120817067}}, pages 190-191</ref> ayat 552 sampai 557 di Kitab ke-3 [[Tirumandhiram]] karya [[Tirumular]]''.''<ref>[http://www.himalayanacademy.com/view/tirumantiram Fountainhead of Saiva Siddhanta] Tirumular, The Himalayan Academy, Hawaii</ref> Hatha Yoga Pradipika mencantumkan sepuluh Niyāma berikut dalam syair 1.18:<ref name="mibu" /><ref>Original:
 
तपः सन्तोष आस्तिक्यं दानम् ईश्वरपूजनम् ।
 
सिद्धान्तवाक्यश्रवणं ह्रीमती च तपो हुतम् ।
 
नियमा दश सम्प्रोक्ता योगशास्त्रविशारदैः ॥१८॥
 
See: [https://archive.org/stream/HathaYogaPradipika-SanskritTextWithEnglishTranslatlionAndNotes#page/n23/mode/2up/search/niyama Hatha Yoga Pradipika]; Note: this free on-line source author lists Tapas twice in the list of niyamas; others list the second last word of second line in the above as जपो, or ''Japa''</ref>
 
# [[Pertapaan|Tapa]] (तपस्): kegigihan, ketekunan dalam tujuan seseorang, kesederhanaan<ref name="Kaelber, W. O. 1976" /><ref name="sabha" />
# [[Santosha]] (सन्तोष): kepuasan, penerimaan terhadap orang lain dan keadaan diri sendiri sebagaimana adanya, optimisme terhadap diri sendiri<ref name="nt2" />
# [[Astikya|Āstikya]] (आस्तिक्य): keyakinan pada Diri Sejati (jnana yoga, raja yoga), kepercayaan pada Tuhan (bhakti yoga), keyakinan pada Weda/Upanishad (aliran ortodoks)<ref name=":0">{{Cite web|date=June 30, 2021|title=Niyama {{!}} 8 Limbs of Yoga|url=https://www.unitedwecare.com/self-care/yoga/types-of-yoga/raja-yoga/8-limbs-of-yoga/niyama|website=United We Care}}</ref>
# [[Dāna]] (दान): kedermawanan, amal, berbagi dengan orang lain<ref>William Owen Cole (1991), Moral Issues in Six Religions, Heinemann, {{ISBN|978-0435302993}}, pages 104-105</ref>
# [[Iswara|Īśvarapūjana]] (ईश्वरपूजन): pemujaan terhadap [[Iswara]] (Tuhan/Sosok Tertinggi, Brahman, Diri Sejati, Realitas yang Tidak Berubah)<ref>[http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=Izvara&direction=SE&link=yes&choice=yes Īśvara] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160303222304/http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=Izvara&direction=SE&link=yes&choice=yes|date=3 March 2016}} Koeln University, Germany</ref>
# [[Srawana (Ramayana)|Siddhānta vākya śravaṇa]] (सिद्धान्त वाक्य श्रवण) atau [[Siddhanta|Siddhānta]] śravaṇa (सिद्धान्त श्रवण): mendengarkan kitab suci kuno<ref name=":0" />
# [[Hri|Hrī]] (ह्री): penyesalan dan penerimaan atas masa lalu seseorang, kesederhanaan, kerendahan hati<ref name="mibu" /><ref>[http://www.ibiblio.org/sripedia/ebooks/mw/1300/mw__1340.html Hri] Monier Williams Sanskrit English Dictionary</ref>
# [[Cit|Mati]] (मति): berpikir dan merenung untuk memahami, mendamaikan ide-ide yang bertentangan<ref>Monier Williams, {{Google books|uqlRAAAAcAAJ|A Sanskrit-English Dictionary: Etymologically and philologically arranged|page=740}}, Mati, मति, pages 740-741</ref>
# [[Japa-mantra|Japa]] (जप): pengulangan mantra, membaca doa atau pengetahuan<ref>HS Nasr, Knowledge and the Sacred, SUNY Press, {{ISBN|978-0791401774}}, page 321-322</ref>
# [[Homa|Huta]] (हुत) atau [[Vrata]] (व्रत):
## Huta (हुत): ritual, upacara seperti pengorbanan [[yajna]].
## Vrata (व्रत): memenuhi janji, aturan, dan ketaatan agama dengan setia.<ref>{{Cite web|title=Siddha Community: The Saivite Hindu Religion|url=http://www.siddha.com.my/saivism.html|website=www.siddha.com.my|access-date=2017-01-12}}</ref>
 
Beberapa teks mengganti Niyāma terakhir (Huta) dengan Vrata.<ref name=":0" /> Vrata berarti membuat dan menjaga sumpah (resolusi) seseorang, yang bisa berupa ketaatan yang saleh.<ref>[http://spokensanskrit.de/index.php?tinput=vrata&direction=SE&script=HK&link=yes&beginning=0 व्रत] Vrata, Sanskrit-English Dictionary, Koeln University, Germany</ref> Misalnya, janji untuk berpuasa dan mengunjungi [[tempat ziarah]] merupakan salah satu bentuk Vrata. Proses pendidikan di [[India kuno]], suatu tradisi penghafalan dan penurunan [[Weda]] dan [[Upanisad]] dari generasi ke generasi tanpa pernah dituliskan, memerlukan serangkaian praktik Vrata Niyāma selama bertahun-tahun.<ref>Hartmut Scharfe, Handbook of Oriental Studies - Education in Ancient India, Brill, {{ISBN|978-9004125568}}, pages 217-222</ref>
 
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Topik Buddhisme}}