Kakawin Sutasoma: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-mempopulerkan +memopulerkan) |
|||
(31 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Infobox manuscript
| name = Kakawin Sutasoma
| location =
<!----------Image---------->
| image =
| width =
| caption =
<!----------General---------->
| Also known as =
| Type =
| Date =
| Place of origin =
| Language(s) =
| Scribe(s) =
| Author(s) =
| Compiled by =
| Illuminated by =
| Patron =
| Dedicated to =
<!----------Form and content---------->
| Material =
| Size =
| Format =
| Condition =
| Script =
| Contents =
| Illumination(s) =
| Additions =
| Exemplar(s) =
| Previously kept =
| Discovered =
| Accession =
| Other =
| below =
}}
[[Berkas:Sutasoma-cover-buku-keluaran-Departemen-PdanK-1993.jpg|jmpl|Gambar sampul buku keluaran Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia provinsi Bali. Sampul ini menunjukkan gambar pangeran Sutasoma yang diterkam harimau betina.]]
'''''Kakawin Sutasoma''''' adalah sebuah ''[[kakawin]]'' dalam [[bahasa Jawa|bahasa Jawa Kuno]]. Kakawin ini termasyhur, sebab setengah bait dari kakawin ini menjadi [[motto]] nasional [[Indonesia]]: ''[[Bhinneka Tunggal Ika]]'' (Bab 139.5).<ref>Kakawin Sutasoma
[https://www.museumnasional.or.id/kakawin-sutasoma-4004]</ref>
Motto atau semboyan Indonesia tidaklah tanpa sebab diambil dari kitab kakawin ini. Kakawin ini mengenai sebuah cerita epis dengan pangeran Sutasoma sebagai protagonisnya. Amanat kitab ini mengajarkan [[toleransi]] antar [[agama]], terutama antar agama [[Hindu]]-[[Siwa]] dan [[Buddha]]. Kakawin ini digubah oleh [[Empu Tantular]] pada [[abad ke-14]].
== Ikhtisar isi ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gouden reliëf met de voorstelling van Sutasoma gedragen door Kalmasapada TMnr 2960-319.jpg|
Maka setelah kepergian sang [[pangeran]] diketahui, timbullah huru-hara di istana, sang raja beserta sang [[permaisuri]] sangat sedih, lalu dihibur oleh orang banyak.
Baris 13 ⟶ 49:
Setibanya di hutan, sang pangeran ber[[sembahyang]] dalam sebuah kuil. Maka datanglah [[dewi]] Widyukarali yang bersabda bahwa sembahyang sang pangeran telah diterima dan dikabulkan. Kemudian sang pangeran mendaki pegunungan [[Himalaya]] diantarkan oleh beberapa orang pendeta. Sesampainya di sebuah pertapaan, maka sang pangeran mendengarkan riwayat cerita seorang raja, reinkarnasi seorang raksasa yang senang makan manusia.
Alkisah adalah seorang raja bernama Purusada atau Kalmasapada. Syahdan pada suatu waktu daging persediaan santapan sang prabu, hilang habis dimakan [[anjing]] dan [[babi]]. Lalu si juru masak bingung dan tergesa-gesa mencari daging pengganti, tetapi tidak dapat. Lalu ia pergi ke sebuah pe[[kubur]]an dan memotong paha seorang [[mayat]] dan menyajikannya kepada sang raja. Sang raja sungguh senang karena merasa sangat sedap masakannya, karena
Sang raja memiliki [[kaul]] akan mempersembahkan 100 raja kepada batara [[Kala]] jika
Sang Sutasoma diminta oleh para pendeta untuk membunuh raja ini tetapi ia tidak mau, sampai-sampai [[dewi]] [[Ibu Pretiwi|Pretiwi]] keluar dan memohonnya. Tetapi tetap saja ia tidak mau, ingin bertapa saja.
Baris 27 ⟶ 63:
Hatta tatkala itu, sedang berperanglah sang Kalmasapada melawan raja Dasabahu, masih [[sepupu]] Sutasoma. Secara tidak sengaja ia menjumpai Sutasoma dan diajaknya pulang, ia akan dikawinkan dengan anaknya. Lalu iapun ber[[kawin]]lah dan pulang ke [[Hastina]]. Ia mempunyai anak dan dinobatkan menjadi [[Monarki|prabu]] Sutasoma.
Maka diceritakanlah lagi sang Purusada. Ia sudah mengumpulkan 100 raja untuk dipersembahkan kepada [[batara]] [[Kala]], tetapi batara Kala tidak mau memakan mereka. Ia ingin menyantap prabu Sutasoma. Lalu Purusada memeranginya dan karena Sutasoma tidak melawan, maka
Setelah itu
== Petikan dari kakawin ini ==
=== Bhinneka Tunggal Ika ===
[[Berkas:
Kutipan ini berasal dari [[pupuh]] 139, [[bait]] 5. Lengkapnya ialah:
{| cellpadding=2 cellspacing=2
|- bgcolor=#cccccc
! Jawa
|-
| ''Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Baris 133 ⟶ 87:
|-
|''Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa.
|
|}
== Penggubah dan masa penggubahan ==
[[File:Kakawin Sutasoma of Mpu Tantular 14th century manuscript of Indonesia.jpg|thumb|Kakawin Sutasoma oleh Mpu Tantular, di [[Perpustakaan Nasional Republik Indonesia]], Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta]]
Kakawin Sutasoma digubah oleh mpu [[Tantular]] pada masa keemasan Majapahit di bawah kekuasaan prabu Rajasanagara atau raja [[Hayam Wuruk]]. Tidak diketahui secara pasti kapan karya sastra ini digubah. Oleh para pakar diperkirakan kakawin ini ditulis antara tahun [[1365]] dan [[1389]]. Tahun 1365 adalah tahun diselesaikannya ''[[kakawin Nagarakretagama]]'' sementara pada tahun 1389, raja Hayam Wuruk mangkat. Kakawin Sutasoma lebih muda daripada kakawin Nagarakretagama.
Baris 143 ⟶ 97:
== Kakawin Sutasoma sebagai sebuah karya sastra Buddhis ==
Kakawin Sutasoma bisa dikatakan unik dalam sejarah sastra Jawa karena bisa dikatakan merupakan satu-satunya kakawin bersifat [[wiracarita|epis]] yang
== Penurunan kakawin Sutasoma ==
[[Berkas:Palmleaf of Kakawin Sutasoma from Java01.jpg|
''Kakawin Sutasoma'' diturunkan sampai saat ini dalam bentuk naskah tulisan tangan, baik dalam bentuk [[lontar]] maupun kertas. Hampir semua naskah kakawin ini berasal dari [[Bali|pulau Bali]]. Namun ternyata ada satu naskah yang berasal dari pulau Jawa dan memuat sebuah fragmen awal kakawin ini dan berasal dari apa yang disebut "[[Koleksi Merapi-Merbabu]]". Koleksi Merapi-Merbabu ini merupakan kumpulan naskah-naskah
== Resepsi kakawin Sutasoma di Bali ==
Di pulau Bali kakawin ini merupakan salah satu kakawin yang cukup digemari. Hal ini berkat kiprah [[I Gusti Bagus Sugriwa]], salah seorang pakar susastra dari Bali yang memopulerkan kakawin ini. Ia sebagai contoh banyak menggunakan petikan-petikan dari kakawin ini dalam bukunya mengenai pelajaran kakawin.
== Penerbitan kakawin Sutasoma''Kakawin Sutasoma'' telah diterbitkan dan diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh [[Soewito Santoso]]. Suntingan teksnya diterbitkan pada tahun 1975. ==
Selain itu di Bali banyak pula terbitan suntingan teks. Salah satu contohnya yang terbaru adalah suntingan yang diterbitkan oleh "Dinas Pendidikan provinsi Bali" (1993). Namun suntingan teks ini dalam aksara Bali dan terjemahan adalah dalam bahasa Bali.
Antara tahun 1959 - 1961 pernah diusahakan penerbitan teks sebuah naskah yang diiringi dengan terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh I Gusti Bagus Sugriwa.
Pada tahun 2009 terbit terjemahan baru dalam bahasa Indonesia beserta teks aslinya dalam bahasa Jawa
== Daftar pustaka ==
Baris 167 ⟶ 119:
* {{en}} [[Soewito Santoso]], [[1975]], ''Sutasoma''. New Delhi: Aditya Prakashan
* {{id}} I Gusti Bagus Sugriwa, 1959 - 1961 ''Sutasoma / ditulis dengan huruf Bali dan Latin, diberi arti dengan bahasa Bali dan bahasa Indonesia''. Denpasar: Pustakamas
* {{en}} [[P.J. Zoetmulder]], [[1974]], ''Kalangwan: a survey of old Javanese literature''. The Hague
* {{id}} P.J. Zoetmulder, [[1983]], ''Kalangwan. Sastra Jawa Kuno Selayang Pandang''. pp.
== Lihat pula ==
* [[Sastra Jawa
* [[Agama]] [[Buddha]]
* ''[[Kakawin Arjunawijaya]]''
== Pranala luar ==
{{wikisource|jv:Kakawin Sutasoma}}
* {{id}} [http://fpmhd-unud.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=12 Tentang Sutasoma dalam budaya Bali] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070929192434/http://fpmhd-unud.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=12 |date=2007-09-29 }} (berkas [[pdf]])
[[Kategori:Buddhisme]]
[[Kategori:Kakawin|Sutasoma]]
|