Syariat Islam: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.4 |
Hs Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(9 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1:
{{Ensiklopedia Islam|Muhammad}}
'''Syariat Islam''' ({{lang-ar|شريعة إسلامية}}) yakni berisi hukum dan aturan [[Islam]] adalah [[hukum]] agama yang membentuk
Sebagaimana tersebut dalam Al-Qur'an
Dengan demikian perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup [[beribadahnya]] kepada Allah itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori
Peran Syariah telah menjadi topik yang diperebutkan di seluruh dunia. Ada perdebatan yang sedang berlangsung mengenai apakah Syariah kompatibel dengan [[demokrasi]], [[hak asasi manusia]], [[kebebasan berpikir]], [[hak perempuan]], [[hak LGBT]], dan [[perbankan]].<ref name="naim96">{{cite book
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadits. '''Kedudukannya''' sebagai '''Pokok Syari'at Islam''' dimana Al Quran itu Asas Pertama Syara' dan Al Hadits itu Asas kedua Syara'. '''Sifatnya''', pada dasarnya ''mengikat umat Islam seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad SAW hingga akhir zaman, kecuali dalam [[keadaan darurat]]''.▼
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al Quran dan Al Hadist. '''Kedudukannya''' sebaga '''Cabang Syari'at Islam'''. '''Sifatnya''' pada dasarnya ''tidak mengikat seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima [[Ulil Amri]] setempat sebagai peraturan / perundangan yang berlaku'' dalam wilayah kekuasaanya.▼
▲Peran Syariah telah menjadi topik yang diperebutkan di seluruh dunia. Ada perdebatan yang sedang berlangsung mengenai apakah Syariah kompatibel dengan demokrasi, hak asasi manusia, kebebasan berpikir, hak perempuan, hak LGBT, dan perbankan.<ref name=naim96>{{cite book |first1=Abdullahi A |last1=An-Na'im |chapter=Islamic Foundations of Religious Human Rights |chapter-url={{Google books|aqyWwF5YA1gC |page=337 |plainurl=yes}} |title=Religious Human Rights in Global Perspective: Religious Perspectives |pages=337–59 |editor1-first=John |editor1-last=Witte |editor2-first=Johan D. |editor2-last=van der Vyver |year=1996 |isbn=978-9041101792 }}</ref><ref name=hajjar2004>{{cite journal |last1=Hajjar |first1=Lisa |title=Religion, State Power, and Domestic Violence in Muslim Societies: A Framework for Comparative Analysis |journal=Law & Social Inquiry |volume=29 |issue=1 |year=2004 |pages=1–38 |jstor=4092696 |doi=10.1111/j.1747-4469.2004.tb00329.x|s2cid=145681085 }}</ref><ref>Al-Suwaidi, J. (1995). ''Arab and western conceptions of democracy; in Democracy, war, and peace in the Middle East'' (Editors: David Garnham, Mark A. Tessler), Indiana University Press, see Chapters 5 and 6; {{ISBN|978-0253209399}}{{page needed|date=April 2016}}</ref>
Beberapa yurisdiksi di Amerika Utara dan [[Indonesia]] telah mengeluarkan larangan penggunaan Syariah, yang dibingkai sebagai pembatasan hukum agama atau asing.<ref name=thomas>{{cite book |last=Thomas |first=Jeffrey L. |title=Scapegoating Islam: Intolerance, Security, and the American Muslim |date=2015 |publisher=ABC-CLIO |url=https://books.google.com/books?id=5Q-FCgAAQBAJ&pg=PA83 |pages=83–86 |isbn=978-1440831003 |access-date=13 January 2017 |archive-url=https://web.archive.org/web/20161213022551/https://books.google.com/books?id=5Q-FCgAAQBAJ&pg=PA83 |archive-date=13 December 2016 |url-status=live }}</ref> Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa di Strasbourg (ECtHR) memutuskan dalam beberapa kasus bahwa Syariah "tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar demokrasi".<ref>So etwa in: Case Of Refah Partİsİ (The Welfare Party) And Others V. Turkey (Applications nos. 41340/98, 41342/98, 41343/98 and 41344/98), Judgment, Strasbourg, 13 February 2003, No. 123 (siehe S. 39): „The Court concurs in the Chamber’s view that sharia is incompatible with the fundamental principles of democracy, as set forth in the Convention“; vgl. Alastair Mowbray: „Cases, Materials, and Commentary on the European Convention on Human Rights“, OUP Oxford, 29. März 2012, S. 744, [https://books.google.de/books?id=XWyq09yJho8C&pg=PA744&lpg=PA744&dq=%E2%80%9EThe+Court+concurs+in+the+Chamber+view+that+sharia+is+incompatible+with+the+fundamental+principles+of+democracy,+as+set+forth+in+the+Convention%E2%80%9C&source=bl&ots=p8xgHpB1fF&sig=ACfU3U3hm72526PFBMwxY5mdPmiKppHIjg&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwjKwLTX08nxAhV7gv0HHfxuC5MQ6AEwAHoECAYQAQ#v=onepage&q=%E2%80%9EThe%20Court%20concurs%20in%20the%20Chamber%20view%20that%20sharia%20is%20incompatible%20with%20the%20fundamental%20principles%20of%20democracy%2C%20as%20set%20forth%20in%20the%20Convention%E2%80%9C&f=false Google-Books-Archivierung]; siehe auch [https://www.legislationline.org/documents/action/popup/id/15827 „The European Court of Human Rights in the case of Refah Partisi (the Welfare Party) and Others v. Turkey“] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20210709184803/https://www.legislationline.org/documents/action/popup/id/15827 |date=2021-07-09 }}, 13. Feb. 2003, Ziffer 123 u. weitere Ziffern im gleichen Dokument</ref><ref>Siehe auch sueddeutsche.de, 14. Sept. 2017: [http://www.sueddeutsche.de/1.3666617 ''Gegen Scheidungen nach Scharia-Recht'']</ref>▼
▲Beberapa yurisdiksi di [[Amerika Utara]] dan [[Indonesia]] telah mengeluarkan larangan penggunaan Syariah, yang dibingkai sebagai pembatasan hukum agama atau asing.<ref name="thomas">{{cite book
== Definisi ==
Secara etimologi bahasa, kata syari'ah berarti jalan yang berbekas menuju air, karena sudah sering dilalui.<ref>{{cite book|last1=Nafis, Ph.D.|first1=M. Cholil|title=Teori Hukum Ekonomi Syariah|date=2011|publisher=Penerbit Universitas Indonesia|isbn=9789794564561|page=17|url=https://www.google.co.id/books/edition/Teori_hukum_ekonomi_syariah/Kzg6YAAACAAJ?hl=en}}</ref> Kemudian maknanya berkembang menjadi sumber air yang selalu diambil orang untuk keperluan hidup. Secara istilah, syari'ah adalah apa yang digariskan dan ditentukan oleh Allah dalam agama sebagai aturan kehidupan para hamba-Nya. Syariah diartikan sebagai segala peraturan yang datang dari Allah, baik berupa hukum-hukum Akidah, hukum yang bersifat praktik, maupun hukum akhlak.
Baris 23 ⟶ 14:
==Jinayah==
[[Berkas:Islamic coin, Time of the Rashidun. Khosrau type. AH 31-41 AD 651-661.jpg|thumb|upright=1.15|Koin Islam [[Kekhalifahan Rasyidin]], (656). (Patung meniru penguasa Sassanid [[Khosrau II]],
Bulan sabit-bintang, Basmala dan "api [[Zoroastrianisme|Zoroaster]]" dapat dilihat.) Dalam banyak kasus, gambar dan relief, yang pada awalnya tidak masalah, dianggap berdosa menurut interpretasi para ulama. Simbol yang mewakili agama lain dianggap penistaan/[[
'''Jinayah''' adalah sebuah kajian ilmu hukum [[Islam]] yang berbicara tentang [[kejahatan]].<ref name="q">{{cite book|last=Dr.H.M. Nurul Irfan, M.Ag.|first=|authorlink=|coauthors=Masyrofah, S.Ag., M.Si.|title= fIqh Jinayah|year= 2013|publisher= AMZAH|ISBN= 978-602-8689-76-2|}}</ref> Dalam istilah yang lebih populer, hukum jinayah disebut juga dengan hukum pidana [[Islam]].<ref name="q"/> Adapun ruang lingkup kajian hukum pidana [[Islam]] ini meliputi tindak [[pidana]] [[qisas
===
Dasar dari praktik ini adalah bahwa seorang anggota suku tempat si pembunuh diserahkan kepada keluarga korban untuk dieksekusi, setara dengan status sosial orang yang dibunuh.<ref>{{Cite web|url=https://zh.booksc.eu/book/52479161/c42c5a|title=Conflict and Conflict Resolution in the pre-Islamic Arab Society | SADIK KIRAZLI | download|access-date=2022-02-26|archive-date=2022-01-29|archive-url=https://web.archive.org/web/20220129180325/https://zh.booksc.eu/book/52479161/c42c5a|dead-url=yes}}</ref>
Kondisi [[kesetaraan sosial]] berarti eksekusi terhadap anggota suku pembunuh yang setara dengan yang dibunuh, dalam arti orang yang dibunuh adalah laki-laki atau perempuan, budak atau orang merdeka, elit atau rakyat jelata. Misalnya, hanya satu budak yang bisa dibunuh untuk seorang budak, dan seorang wanita untuk seorang wanita. Pada pemahaman pra-Islam ini ditambahkan perdebatan tentang apakah seorang Muslim dapat dieksekusi untuk non-Muslim selama periode Islam.
Ayat utama untuk implementasi dalam Islam adalah [[Surah Al-Baqarah|Al-Baqarah]] ayat 178::
{{Quote|"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu (melaksanakan) qisas berkenaan dengan orang yang dibunuh. Orang merdeka dengan orang merdeka, hamba sahaya dengan hamba sahaya, perempuan dengan perempuan. Tetapi barang siapa memperoleh maaf dari saudaranya, hendaklah dia mengikutinya dengan baik, dan membayar diat (tebusan) kepadanya dengan baik (pula). Yang demikian itu adalah keringanan dan rahmat dari Tuhanmu. Barang siapa melampaui batas setelah itu, maka ia akan mendapat azab yang sangat pedih."|{{cite quran|2|178|style=nosup}}}}
[[Kisas]] adalah penjatuhan coba sanksi yang sama dengan yang telah pelaku lakukan terhadap korbannya, misalnya pelaku menghilangkan [[nyawa]] korbannya, maka ia wajib dibunuh.<ref name="q"/> Kecuali, keluarga korban memaafkan si pelaku, maka pelaku hanya akan dikenakan denda yang dinamakan dengan [[Diyat|diat]] atau denda sebagai pengganti dari hukuman.<ref name="w">{{cite book|last=Drs.H.Imron Abu Umar|first=|authorlink=|coauthors=|title= Terj. Fat-hul Qarib Jilid 2|year= 1983|publisher= Menara Kudus|}}</ref>▼
▲[[
=== Hudud ===
[[Hudud]] adalah penjatuhan sanksi yang berat atas sesorang yang telah ditentukan oleh [[Al-Qur'an]] dan [[
=== Takzir ===
[[Takzir]] adalah hukum yang selain hukum [[hudud]], yang berfungsi mencegah pelaku tindak [[pidana]] dari melakukan kejahatan dan menghalanginya dari melakukan maksiat.<ref name="q"/>
== Sumber
[[Berkas:Johor State Syariah Court.jpg|jmpl|Mahkamah Syariat Negara Bagian [[Johor]] di [[Malaysia]].]]
[[Berkas:Konpers-Pantauan-Ramadhan-2.jpg|al=|jmpl|Konferensi pers Pantauan Ramadhan tahun 2019<ref>{{Citation|title=Bahasa Indonesia: Konferensi pers Pantauan Ramadhan tahun 2019|url=https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Konpers-Pantauan-Ramadhan-2.jpg|date=2019-05-30|accessdate=2020-06-02|first=Unknown, published by Majelis Ulama|last=Indonesia}}</ref>]]
=== Al-
[[Al-Qur'an
Quran merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi Al-
=== Hadis ===
Baris 57 ⟶ 50:
* ''Daif'' (lemah)
* ''Maudu''' (palsu)
* ''Matruk''' (ditinggalkan)
Hadis yang dijadikan acuan hukum hanya hadis dengan derajat ''sahih'' dan ''hasan'', kemudian hadis ''daif'' menurut kesepakatan [[Ulama]] salaf (generasi terdahulu) selama digunakan untuk memacu gairah beramal (fadilah amal) masih diperbolehkan untuk digunakan oleh umat Islam. Adapun hadis dengan derajat ''maudu'' dan derajat hadis yang di bawahnya wajib ditinggalkan, tetapi tetap perlu dipelajari dalam ranah ilmu pengetahuan.▼
* ''Mungkar''
▲Hadis yang dijadikan acuan hukum hanya hadis dengan derajat ''sahih'' dan ''hasan'', kemudian hadis ''daif'' menurut kesepakatan [[
Perbedaan Al-
=== Ijtihad ===
''[[Ijtihad]]'' adalah sebuah usaha para [[ulama]], untuk menetapkan sesuatu putusan hukum Islam, berdasarkan Al-
* [[Ijma']], kesepakatan para ulama
* [[Qiyas]], diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya
* [[Maslahah]]
* [['Urf]], kebiasaan
Terkait dengan susunan tertib syariat, Quran dalam [[Surah Al-Ahzab]] ayat 36 mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan
[[Berkas:Mahkamah Syar'iyyah Aceh.JPG|jmpl|400x400px|[[Mahkamah Syar'iyah Aceh]] mempertimbangkan perkara pidana dan perdata yang menggunakan hukum Islam.|al=]]
Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani hidup [[beribadahnya]] kepada Allah SWT itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori
▲
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak
=== ''Furu' syara''' (ghoir mahdhoh) ===
▲Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan umat Islam tidak mentaati Syariat Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali kepada ketentuan syariat yang berlaku.
▲
Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum islam :
Baris 86 ⟶ 79:
* bidimensional, artinya mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan (ilahi)
* adil, artinya salam hukum islam keadilan bukan saja merupakan tujuan, tetapi sifat yang melekat sejak kaidah-kaidah salam syariah di tetapkan.
* individualistik dan kemasyarakatan yang di ikat dengan nilai-nilai transendental yaitu wahyu Allah
Hukum islam mempunyai 2 sifat
# Al-Tathawwur
== Konteks sosial-kemasyarakatan ==
Syariat Islam mengatur persoalan yang berkaitan dengan
== Lihat pula ==
* [[Din|Dīn]]
* [[Daftar topik agama Islam]]
* [[Walayah Fikih]]
* [[Arbain Nawawi]] – kumpulan singkat 40 hadis oleh pendiri mazhab Shāfiʿī – masing-masing digunakan untuk mengilustrasikan dasar-dasar syariah
* [[Literatur nasihat Islam]]
* [[Republik Islam]]
* [[Dewan Syariah Islam]] – sebuah pengadilan di Inggris Raya tanpa otoritas legal
* [[Ma'ruf]]
* [[Prinsip legalitas dalam hukum pidana Perancis]]
* [[Sumber hukum Islam]]
* [[Halakha]]
* [[Teonomi]]
== Rujukan ==
{{reflist}}
{{Authority control}}
[[Kategori:Hukum Islam| ]]
|