Candi Ceto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Botrie (bicara | kontrib)
k Robot: Perubahan kosmetika
Dhanuxz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(48 revisi perantara oleh 26 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{coord|7|35|44|S|111|9|29|E|display=title}}
[[Berkas:Ceto tampak depan.jpg|thumb|200px|Tampak depan Candi Ceto]]
{{Infobox cagar budaya
'''Candi Cetho''' (ejaan [[bahasa Jawa]]: ''cethå'') merupakan sebuah [[candi]] bercorak [[agama Hindu]] peninggalan masa akhir pemerintahan [[Majapahit]] (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainya dibuat oleh Van de Vlies pada 1842. A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala [[Hindia Belanda]]. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memiliki usia yang tidak jauh dengan [[Candi Sukuh]]. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desa [[Gumeng, Jenawi, Karanganyar|Gumeng]], [[Jenawi, Karanganyar|Kecamatan Jenawi]], [[Kabupaten Karanganyar]], pada ketinggian 1400m di atas permukaan laut.
| Name = cetu
| Image = [[Berkas:Ceto tampak depan.jpg|thumb|200px|Tampak depan Candi Ceto]]
| caption = Tampak depan Candi Cetho
| Location = [[Gumeng, Jenawi, Karanganyar]], [[Jawa Tengah]]
| Type = Nasional
| Criteria = Situs
| ID = CB.98
| ownership = {{INA}}
| management = Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah
| Year = {{bulleted list| 26 Maret 2007| 18 Desember 2015}}
| Session = {{bulleted list|SK Menteri No.PM.24/PW.007/MKP/2007 |SK Menteri No.243/M/2015 }}
| Link = http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2016011200010/candi-cetho
| map_location= Kabupaten Karanganyar#Jawa Tengah
| map_caption = Lokasi {{PAGENAME}} di [[Karanganyar]], [[Jawa Tengah]]
| coordinates = {{coord|-7.595539876924463|111.15741382182358}}
}}
'''Candi Ceto''' ([[hanacaraka]]: ꦕꦼꦛ, ejaan [[bahasa Jawa]] latin: ''cethå'') merupakan [[candi]] bercorak [[agama Hindu]] yang diduga kuat dibangun pada masa-masa akhir era [[Majapahit]] (abad ke-15 Masehi). Lokasi candi berada di lereng [[Gunung Lawu]] pada ketinggian 1496 m di atas permukaan laut,<ref name="board">Sumber: papan informasi di lokasi candi</ref> dan secara administratif berada di Dusun Ceto, Desa [[Gumeng, Jenawi, Karanganyar|Gumeng]], [[Jenawi, Karanganyar|Kecamatan Jenawi]], [[Kabupaten Karanganyar]], [[Jawa Tengah]].<ref>{{cite web|url=https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/candi-cetho-candi-peruwatan-agama-hindu/|title=Candi Cetho, Candi Peruwatan Agama Hindu|publisher=Indonesia Kaya|accessdate=19 September 2021}}</ref>
 
Sampai saat ini, komplekKompleks candi digunakan oleh penduduk setempat dan juga peziarah yang beragama Hindu sebagai tempat pemujaan. danCandi populerini sebagaijuga merupakan tempat pertapaan bagi kalangan penganut agamakepercayaan asli Jawa/[[Kejawen]].
== Susunan bangunan ==
[[Berkas:Candi Cetho.jpg|thumb|200px|right|Gapura Candi Cetho]]
Ketika ditemukan keadaan candi ini merupakan reruntuhan batu pada empat belas dataran bertingkat, memanjang dari barat (paling rendah) ke timur, meskipun pada saat ini tinggal 13 teras, dan pemugaran dilakukan pada sembilan teras saja. Strukturnya yang berteras-teras membuat munculnya dugaan akan kebangkitan kembali kultur asli ("[[punden berundak]]") pada masa itu, yang disintesis dengan agama Hindu. Dugaan ini diperkuat dengan bentuk tubuh pada relief seperti [[wayang kulit]], yang mirip dengan penggambaran di [[Candi Sukuh]].
 
== Penemuan ==
Pemugaran yang dilakukan oleh Humardani, asisten pribadi [[Suharto]], pada akhir 1970-an mengubah banyak struktur asli candi, meskipun konsep punden berundak tetap dipertahankan. Pemugaran ini banyak dikritik oleh pakar arkeologi, mengingat bahwa pemugaran situs purbakala tidak dapat dilakukan tanpa studi yang mendalam. Bangunan baru hasil pemugaran adalah gapura megah di muka, bangunan-bangunan dari kayu tempat pertapaan, patung-patung [[Sabdapalon]], [[Sabdapalon|Nayagenggong]], [[Brawijaya]] V, serta ''phallus'', dan bangunan kubus pada bagian puncak punden.
'''Candi Cetho''' (ejaan [[bahasa Jawa]]: ''cethå'') merupakan sebuah [[candi]] bercorak [[agama Hindu]] peninggalan masa akhir pemerintahan [[Majapahit]] (abad ke-15). Laporan ilmiah pertama mengenainyamengenai Candi Ceto dibuat oleh Van de Vlies pada tahun 1842.<ref name="board"/> A.J. Bernet Kempers juga melakukan penelitian mengenainya. Ekskavasi (penggalian) untuk kepentingan rekonstruksi dan penemuan objek terpendam dilakukan pertama kali pada tahun 1928 oleh Dinas Purbakala (''Commissie vor Oudheiddienst'') [[Hindia Belanda]]. Berdasarkan keadaannya ketika reruntuhannya mulai diteliti, candi ini memilikidiperkirakan usia yangberusia tidak jauh denganberbeda dari [[Candi Sukuh]]. Lokasi candi berada di Dusun Ceto, Desayang [[Gumeng,cukup Jenawi,berdekatan Karanganyar|Gumeng]], [[Jenawi, Karanganyar|Kecamatan Jenawi]], [[Kabupaten Karanganyar]], pada ketinggian 1400m di atas permukaan lautlokasinya.
 
== Riwayat kompleks percandian ==
Selanjutnya, Bupati Karanganyar, Rina Iriani, dengan alasan untuk menyemarakkan gairah keberagamaan di sekitar candi, menempatkan arca Dewi [[Saraswati]], sumbangan dari [[Kabupaten Gianyar]], pada bagian timur kompleks candi.
Ketika ditemukan keadaan candi ini merupakan reruntuhan batu pada empat14 belas dataranteras/punden bertingkat, memanjang dari barat (paling rendah) ke timur, meskipun pada saat ini tinggal 13 teras, dan pemugaran dilakukan pada sembilan teras saja. Strukturnya yang berteras-teras membuat munculnya dugaan akan kebangkitan kembali kultur asli ("[[punden berundak]]") padamemunculkan masadugaan itu,akan yang[[sinkretisme]] disintesiskultur denganasli agamanusantara Hindudengan Hinduisme. Dugaan ini diperkuat denganoleh bentukaspek [[ikonografi]]. Bentuk tubuh manusia pada relief-relief sepertimenyerupai [[wayang kulit]], dengan wajah tampak samping tetapi tubuh cenderung tampak depan. Penggambaran serupa, yang miripmenunjukkan denganciri penggambaranperiode sejarah Hindu-Buddha akhir, ditemukan di [[Candi Sukuh]].
 
Pemugaran pada akhir 1970-an yang dilakukan sepihak oleh Sudjono Humardani, asisten pribadi [[Suharto]], pada(presiden akhirkedua 1970-anIndonesia), mengubah banyak struktur asli candi, meskipun konsep punden berundak tetap dipertahankan. Pemugaran ini banyak dikritik oleh para pakar [[arkeologi]], mengingat bahwa pemugaran situs purbakala tidak dapat dilakukan tanpa studi yang mendalam. BangunanBeberapa objek baru hasil pemugaran yang dianggap tidak asli adalah gapura megah dipada bagian depan mukakompleks, bangunan-bangunan dari kayu tempat pertapaan, patung-patung yang dinisbatkan sebagai [[Sabdapalon]], [[Sabdapalon|Nayagenggong]], [[Brawijaya]] V]], serta ''phallus'', dan bangunan kubus pada bagian puncak punden.
Pada keadaannya yang sekarang, Candi Cetho terdiri dari sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk [[candi bentar]], pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah gapura masuk merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman dan di sini terdapat [[petilasan]] [[Ki Ageng Krincingwesi]], leluhur masyarakat Dusun Cetho.
 
Selanjutnya, Bupati Karanganyar periode 2003–2008, [[Rina Iriani]], dengan alasan untuk menyemarakkan gairah keberagamaan di sekitar candi, menempatkan arca Dewi [[Dewi Saraswati]], sumbangan dari [[Kabupaten Gianyar]], pada bagian timur kompleks candi, pada punden lebih tinggi daripada bangunan kubus.
Pada aras ketiga terdapat sebuah tataan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan kura-kura raksasa, [[surya Majapahit]] (diduga sebagai lambang Majapahit), dan simbol ''phallus'' ([[penis]], alat kelamin laki-laki) sepanjang 2 meter dilengkapi dengan hiasan [[tindik tubuh|tindik]] (''piercing'') bertipe ''ampallang''. Kura-kura adalah lambang penciptaan alam semesta sedangkan penis merupakan simbol penciptaan manusia. Terdapat penggambaran hewan-hewan lain, seperti [[mimi]], [[katak]], dan [[ketam]]. Simbol-simbol hewan yang ada, dapat dibaca sebagai [[suryasengkala]] berangka tahun 1373 [[Tahun Saka|Saka]], atau 1451 era modern.
 
== Susunan bangunan ==
Pada aras selanjutnya dapat ditemui jajaran batu pada dua dataran bersebelahan yang memuat relief cuplikan kisah [[Sudhamala]], seperti yang terdapat pula di [[Candi Sukuh]]. Kisah ini masih populer di kalangan masyarakat Jawa sebagai dasar upacara [[ruwatan]]. Dua aras berikutnya memuat bangunan-bangunan pendapa yang mengapit jalan masuk candi. Sampai saat ini pendapa-pendapa tersebut digunakan sebagai tempat pelangsungan upacara-upacara keagamaan. Pada aras ketujuh dapat ditemui dua [[arca]] di sisi utara dan selatan. Di sisi utara merupakan arca [[Sabdapalon]] dan di selatan [[Sabdapalon|Nayagenggong]], dua tokoh setengah mitos (banyak yang menganggap sebetulnya keduanya adalah satu orang) yang diyakini sebagai abdi dan penasehat spiritual Sang [[Brawijaya|Prabu Brawijaya]] V.
[[Berkas:Inscription at Candi Ceta.JPG|jmpl|Inskripsi pada gapura teras ke-7]]
Pada keadaannya yangsejak sekarangrenovasi, kompleks Candi CethoCeto terdiri dariatas sembilan tingkatan berundak. Sebelum gapura besar berbentuk [[candi bentar]], pengunjung mendapati dua pasang arca penjaga. Aras pertama setelah gapura masuk (yaitu teras ketiga) merupakan halaman candi. Aras kedua masih berupa halaman. danPada diaras siniketiga terdapat [[petilasan]] [[Ki Ageng Krincingwesi]], leluhur masyarakat Dusun CethoCeto.
 
PadaSebelum memasuki aras ketigakelima (teras ketujuh), pada dinding kanan gapura terdapat inskripsi (tulisan pada batu) dengan aksara Jawa Kuno berbahasa Jawa Kuno berbunyi ''pelling padamel irikang buku tirtasunya hawakira ya hilang saka kalanya wiku goh anaut iku 1397''.<ref name="board"/> Tulisan ini ditafsirkan sebagai fungsi candi untuk menyucikan diri (ruwat) dan penyebutan tahun pembuatan gapura, yaitu 1397 [[Tahun Saka|Saka]] atau 1475 Masehi. Di teras ketujuh terdapat sebuah tataan batu mendatar di permukaan tanah yang menggambarkan kura-kura raksasa, [[suryaSurya Majapahit]] (diduga sebagai lambang Majapahit), dan simbol ''phallus'' ([[penis]], alat kelamin laki-laki) sepanjang 2 meter dilengkapi dengan hiasan [[tindik tubuh|tindik]] (''piercing'') bertipe ''ampallang''. Kura-kura adalah lambang penciptaan alam semesta sedangkan penis merupakan simbol penciptaan manusia. Terdapat penggambaran hewan-hewan lain, seperti [[mimi]], [[katak]], dan [[ketam]]. Simbol-simbol hewan yang ada, dapat dibaca sebagai [[suryasengkala]] berangka tahun 1373 [[Tahun Saka|Saka]], atau 1451 eraM. Dapat ditafsirkan bahwa kompleks candi ini dibangun bertahap atau melalui beberapa kali modernrenovasi.
 
Pada aras selanjutnya dapat ditemui jajaran batu pada dua dataran bersebelahan yang memuat relief cuplikan kisah [[SudhamalaSudamala]], seperti yang terdapat pula di [[Candi Sukuh]]. Kisah ini masih populer dipada kalangan masyarakat Jawa sebagai dasar upacara [[ruwatan]]. Dua aras berikutnya memuat bangunan-bangunan pendapa yang mengapit jalan masuk candi. Sampai saat ini pendapa-pendapa tersebut digunakan sebagai tempat pelangsungan upacara-upacara keagamaan. Pada aras ketujuh dapat ditemui dua [[arca]] di sisi utara dan selatan. Di sisi utara merupakan arca [[Sabdapalon]] dan di selatan [[Sabdapalon|Nayagenggong]], dua tokoh setengah mitos (banyak yang menganggap sebetulnya keduanya adalah satutokoh yang orangsama) yang diyakini sebagai abdi dan penasehat spiritual Sang [[Brawijaya|Prabu Brawijaya]] V.
 
Pada aras kedelapan terdapat arca ''phallus'' (disebut "kuntobimo") di sisi utara dan arca Sang Prabu Brawijaya V dalam wujud ''mahadewa''. Pemujaan terhadap arca [[phallus]] melambangkan ungkapan syukur dan pengharapan atas kesuburan yang melimpah atas bumi setempat. Aras terakhir (kesembilan) adalah aras tertinggi sebagai tempat pemanjatan doa. Di sini terdapat bangunan batu berbentuk kubus.
 
DiPada sebelahbagian atasteratas bangunankompleks Candi CethoCeto terdapat sebuah bangunan yang pada masa lalu digunakan sebagai tempat membersihkan diri sebelum melaksanakan upacara ritual peribadahan (patirtan). Di dekattimur laut bangunan candi, dengan menuruni lereng yang terjal, ditemukan lagi sebuah kompleks bangunan candi yang oleh masyarakat sekitarkini disebut sebagai [[Candi Kethek]] ("Candi Kera").
 
== Daya tarik ==
[[Berkas:Statue at cetho.jpg|jmpl|242x242px|Patung yang ada di halaman utama Candi Ceto]]
Daya tarik yang di berikan sendiri berupa arsitektur yang memiliki sebuah seni, hal itu dapat dimanfaatkan oleh para pengunjung untuk dijadikan sebuah latar belakang foto. Pastinya akan menambah kesan indah dan mempesona jika berfoto di area candi, apalagi yang mengambil foto memiliki sebuah keahlian tersendiri.
 
Yang akan menambah cantiknya lagi yaitu Candi Cetho yang berada di atas ketinggian atau pegunungan menjadikan pemandangan yang di berikan juga sangat indah. Selain itu pengunjung yang datang ke tempat wisata candi Candi Cetho ini juga ingin belajar mengenai sejarah yang ada dan juga menenangkan pikiran dengan menghirup udara segar khas pegunungan yang akan membuat Anda semakin betah.
 
Untuk harga tiket masuknya sendiri terbilang sangat terjangkau yaitu pihak pengelola menjatuhi harga tiket sebesar Rp10.000 untuk setiap pengunjung yang ingin masuk ke dalam kawasan area Candi Cetho.
 
== Catatan kaki ==
{{references}}
 
== Referensi ==
* {{id}} [http://teamtouring.net/napak-tilas-sejarah-di-candi-cetho.html Candi Cetho] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20101130221021/http://teamtouring.net/napak-tilas-sejarah-di-candi-cetho.html |date=2010-11-30 }}
* {{id}} [https://cektrip.my.id/candi-cetho/ Daya Tarik Candi Cetho] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200603202827/https://cektrip.my.id/candi-cetho/ |date=2020-06-03 }}
 
== Pranala luar ==
{{Candi Hindu Indonesia}}
* [https://www.youtube.com/watch?v=dhodAaIjyTA Candi Cetho, Pesona Sejarah Di Atas Awan]
*[ https://www.youtube.com/watch?v=HE3EkkF4oI0 Menguak Cerita Hindu di Cetho]
 
{{Cagar budaya peringkat nasional di Indonesia}}
[[Kategori:Candi Hindu|Ceto]]
{{Candi Hindu Indonesia}}
[[Kategori:Candi di Jawa Tengah|Ceto]]
[[Kategori:Kerajaan Majapahit]]
 
[[enKategori:CethoCandi Hindu]]
[[frKategori:TempleCandi dedi CethoJawa Tengah]]
[[Kategori:Cagar budaya peringkat nasional]]
[[Kategori:Situs cagar budaya di Indonesia]]
[[Kategori:CandiCagar budaya di Jawa Tengah|Ceto]]
[[Kategori:CandiJenawi, Hindu|CetoKaranganyar]]