Kerajaan Kandis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Translator-id (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Chatti (bicara | kontrib)
k harusnya yang bukan Yang
 
(31 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{noref}}
{{Infobox country
| conventional_long_name = Kerajaan Kandis
| common_name = Kandis
| native_name = {{lang|min|Karajaan Kandis}} {{min}}
| religion = * [[Hinduisme]]
* [[Hinduisme]]
* [[Buddhisme]]
| coordinates = 0° LU - 11° LS and 101°02' BT – 101°55' BT
* [[Parmalim]] (oleh [[Orang Batak|Batak]])
| coordinatess11 = LU - 1° LS and 101°02' BT= Kerajaan 101°55'Koto BTAlang
| p1 s2 = Kerajaan PariamanMalayupura
| s1 s3 = Kerajaan Koto Alang
| s2year_start = {{circa}} [[ditahun 1 SM =atau ada yang berpendapat pada abad Kerajaanke-11 MalayupuraSM]]
| s3 year_end =
| year_startdate_start = {{circa}} [[abad ke-1= SM]]
| year_enddate_end =
| date_startevent_start =
| date_endevent_end =
| event_startimage_flag =
| event_endimage_coat =
| image_flagsymbol_type =
| image_coatimage_map = Kerajaan Kandis.png
| image_map_caption = Perkiraan lokasi Kerajaan Kandis berada di [[Sumatera Tengah]] (kini terpecah menjadi bagian timur [[SumatraSumatera Barat]], [[Riau]], dan [[Jambi]])
| symbol_type =
| image_map = Old map of Central Sumatra (before 1958).svg
| image_map_caption = Perkiraan lokasi Kerajaan Kandis berada di [[Sumatera Tengah]] (kini terpecah menjadi [[Sumatra Barat]], [[Riau]], dan [[Jambi]])
| capital =
| common_languages = [[Bahasa MinangkabauMalayik Kuno|MinangkabauSumatera Utara Kuno]] dan bahasa-bahasa Malayik di Sumatera bagian tengah di sebelah timur.
| government_type = Monarki
| title_leader =
| leader1 =
| year_leader1 =
| leader2 =
| year_leader2 =
| leader3 =
| year_leader3 =
| deputy1 =
| year_deputy1 =
| title_deputy =
| currency =
| footnotes =
| symbol_typetoday = {{plainlist|
*'''{{flag|Indonesia}}'''
** {{flag|Sumatera Barat}}
** {{flag|Jambi}}
** {{flag|Riau}}}}
}}
 
'''Kerajaan Kandis''' merupakan sebuah [[kerajaan]] yang berada di Sumatera yang diklaim berbasis di wilayah tengah-barat pulau [[Sumatera]], yang kini merupakan bagian dari timur wilayah [[Provinsi Sumatera Barat]], [[Provinsi Riau]], dan [[Provinsi Jambi]].{{subjektif}}{{butuh rujukan}}
'''Kerajaan Kandis''' ({{lang-min|Karajaan Kandis}}) merupakan sebuah [[kerajaan]] historis [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] berbasis di wilayah tengah-barat pulau [[Sumatera]], yang kini merupakan bagian dari wilayah [[Provinsi Sumatra Barat]], [[Provinsi Riau]], dan [[Provinsi Jambi]].<ref name="Hari Sulistiawati, Isjoni', Kamaruddin'">{{cite journal|title=The Kingdom Of Indragiri In The Reign Of Government Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandar Syah Johan Zirullah Fil Alam (Narasinga II) in 1473-1532 |journal= Online Journal, Faculty of Teacher Training and Education University of Riau|volume=4|issue=2|pages=3|year=2017|issn=2355-6897}}</ref><ref>{{cite web|url=https://attoriolong.com/2019/03/kandis-dan-salakanagara-adalah-kerajaan-tertua-di-nusantara/|title=Kandis dan Salakanagara adalah Kerajaan Tertua di Nusantara?|language=id|trans-title=Kandis and Salakanagara are the Oldest Kingdoms in Nusantara?|author=Hariansah, Erik|publisher=Attoriolong|date=19 March 2019|access-date=26 November 2020}}</ref><ref>{{cite web|url=https://ppid.riau.go.id/pages/profil-daerah|title=Profil Daerah - PPID Provinsi Riau - Pemerintah Provinsi Riau|publisher=Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Riau|date=2018|access-date=26 November 2020}}</ref>
 
Kerajaan Kandis diperkirakan berdiri sejak abad ke-1 Sebelum Masehi atau [[ abad ke-11 SM|abad ke-11 ]] [[Sebelum Masehi]], diklaim sebagai kerajaan tertua ke 3 di [[Kepulauan Indonesia|Nusantara]] sesudah [[Situs Gunung Padang|Situs gunung Padang]] yg berusia [[25.000 SM]] dan [[Situs Tinggihari|situs tinggi hari]] [[5000 meter|5.000 SM.]] Pada [[abad ke-13|abad ke-14]] [[Masehi]] wilayah tempat Kerajaan Kandis berada masih tetap dikenal sebagai Kandis sampai sekarang.
Kerajaan Kandis diperkirakan berdiri sejak {{circa}} [[abad ke-1 SM|abad ke-1]] [[Sebelum Masehi]], diyakini sebagai kerajaan tertua di [[Kepulauan Indonesia]]. Pada [[abad ke-13]] [[Masehi]], wilayah tempat Kerajaan Kandis berada masih tetap dikenal sebagai Kandis, wilayah ini disebut sebagai salah satu wilayah kemaharajaan [[Majapahit]] dalam [[Nagarakretagama]] (sebuah [[bahasa Jawa Kuno|karya sastra Jawa Kuno]] yang ditulis pada [[1365]] oleh [[Prapanca]]).<ref>{{cite web|url=https://bppiindonesianheritagetrust.org/direktori_view.php?p=7|title=Saujana Trowulan|publisher=Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI)|access-date=27 November 2020}}</ref><ref name="Saptono, Nanang">{{cite journal|title=Permukiman Kuna Di Kawasan Way Sekampung (Lampung) Pada Masa Śriwijaya|language=id|trans-title=Ancient Settlements in Way Sekampung during the Srivijaya era|journal=AMERTA, Research and Archaeology Development Journal, Balai Arkeologi Bandung|url=https://jurnalarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/amerta/article/view/391/248|volume=31|issue=2|year=2013}}</ref>
 
== Sejarah ==
Kerajaan Kandis diperkirakan berdiri sejak {{circa}} [[abad ke-1 SM|abad ke-1]] [[Sebelum Masehi]], diyakini sebagai kerajaan Minangkabau tertua di [[Sumatera]], serta [[Kepulauan Indonesia|Nusantara]] pada umumnya. Pada [[abad ke-13]]14 [[Masehi]]M, di ''Nagarakretagama'' bekas wilayah tempat Kerajaan Kandis berada masih tetapdisebut dikenal sebagaidengan Kandis, wilayah ini disebut sebagai salah satu wilayah kemaharajaan [[Majapahit]] dalam [[Nagarakretagama]] (sebuah [[bahasa Jawa Kuno|karya sastra, Jawa[[Kakawin KunoNagarakretagama]] yang ditulis pada tahun [[1365]] oleh oleh [[PrapancaEmpu Prapañca]]), seorang bekas pembesar urusan [[Buddhisme|agama Buddha]] di istana Majapahit.<ref>{{cite web|url=https://bppiindonesianheritagetrust.org/direktori_view.php?p=7|title=Saujana Trowulan|publisher=Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI)|access-date=27 November 2020}}</ref><ref name="Saptono, Nanang">{{cite journal|title=Permukiman Kuna Di Kawasan Way Sekampung (Lampung) Pada Masa Śriwijaya|language=id|trans-title=Ancient Settlements in Way Sekampung during the Srivijaya era|journal=AMERTA, Research and Archaeology Development Journal, Balai Arkeologi Bandung|url=https://jurnalarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/amerta/article/view/391/248|volume=31|issue=2|year=2013}}</ref>
Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada 1 Sebelum Masehi, mendahului berdirinya kerajaan Moloyou atau [[Dharmasraya]] di Sumatra Tengah. Dua tokoh yang sering disebut sebagai raja kerajaan ini adalah [[Datuk Perpatih Nan Sebatang|Patih]] dan [[Datuk Katumanggungan|Tumenggung]].
 
Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-1 Sebelum Masehi, artinya mendahului berdirinya kerajaan Moloyou atau [[Dharmasraya]] di Sumatra Tengah.{{subjektif}}{{butuh rujukan}}Dua tokoh yang sering disebut sebagai raja kerajaan ini adalah [[Datuk Perpatih Nan Sebatang|Patih]] dan [[Datuk Katumanggungan|Tumenggung]]. {{subjektif}}{{butuh rujukan}}
Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, sesampainya di Bukit Bakau membangun sebuah istana yang megah yang dinamakan dengan [[Istana Dhamna]]. Putra Maharaja Diraja bernama Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggil). Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo. Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis. Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih.
 
Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, sesampainya di Bukit Bakau membangun sebuah istana yang megah yang dinamakan dengan [[Istana Dhamna]]{{Yang mana}}.{{subjektif}}{{butuh rujukan}}
 
Putra Maharaja Diraja bernama Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggil). Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo.{{subjektif}}{{butuh rujukan}}
 
Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, sesampainya di Bukit Bakau membangun sebuah istana yang megah yang dinamakan dengan [[Istana Dhamna]]. Putra Maharaja Diraja bernama Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggil). Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo. Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis. Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih. {{subjektif}}{{butuh rujukan}}
 
=== Ekonomi Kerajaan ===
Kehidupan ekonomi kerajaan Kandis ini adalah dari hasil hutan seperti [[damar]], [[rotan]], dan sarang burung layang-layang, dan dari hasil bumi seperti emas dan perak. Daerah kerajaan Kandis kaya akan emas{{subjektif}}{{butuh rujukan}}, sehingga Rajo Tunggal memerintahkan untuk membuat tambang emas di kaki Bukit Bakar yang dikenal dengan tambang titah, artinya tambang emas yang dibuat berdasarkan titah raja. Sampai saat ini bekas peninggalan tambang ini masih dinamakan dengan tambang titah.{{subjektif}}{{butuh rujukan}}
 
Hasil hutan dan hasil bumi Kandis diperdagangkan ke Semenanjung Malaka oleh Mentri Perdagangan Dt. Bandaro Hitam dengan memakai ojung atau kapal kayu.{{subjektif}}{{butuh rujukan}}Dari Kandis ke Malaka membawa barang-barang kebutuhan kerajaan dan masyarakat. Demikianlah hubungan perdagangan antara Kandis dan Malaka sampai Kandis mencapai puncak kejayaannya. Mentri perdagangan Kerajaan Kandis yang bolak-balik ke Semenanjung Malaka membawa barang dagangan dan menikah dengan orang Malaka. Sebagai orang pertama yang menjalin hubungan perdagangan dengan Malaka dan meninggalkan cerita Kerajaan Kandis dengan Istana Dhamna kepada anak istrinya di Semenanjung Melayu. {{subjektif}}{{butuh rujukan}}
 
Dt. Rajo Tunggal memerintah dengan adil dan bijaksana.{{subjektif}}{{butuh rujukan}}Pada puncak kejayaannya terjadilahterjadi perebutan kekuasaan oleh bawahan Raja yang ingin berkuasa sehingga terjadi fitnah dan hasutan. Orang-orang yang merasa mampu dan berpengaruh berangsur-angsur pindah dari Bukit Bakar ke tempat lain di antaranya ke Bukit Selasih dan akhirnya berdirilah kerajaan Kancil Putih di Bukit Selasih tersebut.{{subjektif}}{{butuh rujukan}}
 
Air laut semakin surut sehingga daerah Kuantan makin banyakterlihat daerah yang timbulmuncul kepermukaan.{{butuh rujukan}}Kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai Rajanya. Penyebaran penduduk Kandis ini ke berbagai tempat yang telah timbul dari permukaan laut, sehingga berdiri juga Kerajaan Puti Pinang Masak/Pinang Merah di daerah Pantai (Lubuk Ramo sekarang). Kemudian juga berdiri Kerajaan Dang Tuanku di Singingi dan kerajaan Imbang Jayo di Koto Baru (Singingi Hilir sekarang).{{subjektif}}{{butuh rujukan}}
 
Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadi perebutan wilayah kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antar kerajaan. Kerajaan Koto Alang memerangi [[kerajaan Kancil Putih]], setelah itu kerajaan Kandis memerangi kerajaan Koto Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah oleh Kandis, sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan Temenggung pindah ke Merapi. {{subjektif}}{{butuh rujukan}}
 
Kepindahan Raja Aur Kuning ke daerah Jambi menyebabkan Sungai yang mengalir di samping [[kerajaan Koto Alang]] diberi nama Sungai Salo, artinya Raja Bukak Selo (buka sila) karena kalah dalam peperangan. Sedangkan Patih dan Temenggung lari ke [[Gunung Marapi]] ([[SumatraSumatera Barat]]) di mana keduanya mengukir sejarah Sumatra Barat, dengan berganti nama Patih menjadi [[Dt.{{subjektif}}{{butuh Perpatih nan Sabatang]] dan Temenggung berganti nama menjadi [[Dt. Ketemenggungan]].rujukan}}
 
Tidak lama kemudian, pembesar-pembesar kerajaan Kandis mati terbunuh diserang oleh Raja Sintong dari Cina belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan ekspedisi Sintong. Tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis, Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi. Setelah kalah perang pemuka kerajaan Kandis berkumpul di Bukit Bakar, kecemasan akan serangan musuh, maka mereka sepakat untuk menyembunyikan Istana Dhamna dengan melakukan sumpah. Sejak itulah Istana Dhamna hilang, dan mereka memindahkan pusat kerajaan Kandis ke Dusun Tuo (Teluk Kuantan sekarang).{{subjektif}}{{butuh rujukan}}
 
== Referensi ==