Kompleks Makam Sultan Suriansyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Tokoh-tokoh yang dimakamkan: Menambah pranala dalam
 
(33 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{Infobox building
[[Berkas:Makam_Sultan_Suriansyah.jpg|thumb|Makam Sultan Suriansyah.]]
| building_name = Komplek Makam Sultan Suriansyah
| image = Komplek Makam Sultan Suriansyah.jpg
| caption = Cungkup Makam Sultan Suriansyah
| location = {{flagicon|Indonesia}} [[Banjarmasin]], [[Indonesia]]
| address = Jalan Kuin Utara, Kelurahan [[Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin]]
| latd=3 |latm=17 |lats=35.01|latNS=S
| longd=114 |longm=34 |longs=21.68 |longEW=E
}}
 
'''Kompleks Makam Sultan Suriansyah''' adalah sebuah kompleks [[pemakaman]] yang terletak di Kelurahan Kuin Utara, [[Banjarmasin Utara, Banjarmasin|Kecamatan Banjarmasin Utara]], [[Kota Banjarmasin]].<ref>[http://www.wikimapia.org/#lat=-3.2935976&lon=114.5727065&z=19&l=0&m=b Peta Makam Sultan Suriansyah dalam wikimapia]</ref><ref name="Sejarah Masyarakat Islam Indonesia">{{cite book
 
| author=Sarkawi B. Husain
'''Komplek Makam Sultan Suriansyah''' adalah sebuah kompleks [[pemakaman]] yang terletak di Kelurahan Kuin Utara, [[Banjarmasin Utara, Banjarmasin|Kecamatan Banjarmasin Utara]], [[Kota Banjarmasin]].
| first=
| vol=
| title=Sejarah Masyarakat Islam Indonesia
| url= https://books.google.co.id/books?id=QsOCDwAAQBAJ&pg=PA59&dq=praseminar+sejarah+Kalimantan+Selatan+1973&hl=id&source=gbs_toc_r&cad=3#v=onepage&q=praseminar%20sejarah%20Kalimantan%20Selatan%201973&f=false
| pages= 58
| location= Indonesia
| publisher= Airlangga University Press
| year= 2017
| language= id
| date= 1 Januari 2017
}}</ref>
 
== Sultan Suriansyah ==
Baris 8 ⟶ 27:
 
== Sejarah pemugaran Komplek Makam Sultan Suriansyah ==
Studi kelayakan dalam rangka pemugaran dilakukan oleh sebuah tim yang dipimpin Drs. Machi Suhadi dengan biaya dari Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan [[Sejarah]] dan [[Purbakala]] Kalimantan Selatan [[1982]]/[[1983]].
ayttj ud7uwqe qwq ewqtertwetqw wetqwryy reyy euweywytew weey;lhf
 
== Tokoh-tokohKegiatan yang dimakamkanPemugaran ==
Pemugaran situs dimulai tahun 1984/1985. Sasaran pokonya ialah memugar makam-makam kuno dan pentrasiran pondasi batu bata,
*'''[[Sultan Suriansyah]]'''{{br}}Sultan Suriansyah berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk Islam, dan sejak beliaulah agama Islam berkembang resmi dan pesat di Kalimantan Selatan. Untuk pelaksanaan dan penyiaran agama Islam beliau membangun sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid Sultan Suriansyah yang merupakan masjid tertua di [[Kalimantan Selatan]]. Menurut sarjana Belanda J.C. Noorlander bahwa berdasarkan nisan makam, maka umur kuburan dapat dihitung sejak lebih kurang tahun [[1550]], berarti Sultan Suriansyah meninggal pada tahun 1550, sehingga itu dianggap sebagai masa akhir pemerintahannya. Ia bergelar Susuhunan Batu Habang. {{br}}Menurut M. Idwar Saleh bahwa masa pemerintahan Sultan Suriansyah berlangsung sekitar tahun [[1526]]-[[1550]]. Sehubungan dengan hal ini juga dapat menetapkan bahwa hari jadi [[kota]] Banjarmasin jatuh pada tanggal [[24]] [[September]] [[1526]].
 
Pemugaran makam kuno terurai atas kegiatan: memperkuat pagar bagian bawah dengan slof beton, membersihkan dan membetulkan letak nisan makam, memperkuat dan merapikan letak marmer makam, memperbaiki ukiran-ukiran yang rusak dan mengembalikan cat makam seperti warna semula.{{br}}
*'''Ratu Intan Sari'''{{br}}Ratu Intan Sari atau Puteri Galuh adalah ibu kandung Sultan Suriansyah. Ketika itu Raden Samudera baru berumur 7 tahun dengan tiada diketahui ayahnya Raden Manteri Jaya menghilang, maka tinggallah Raden Samudera bersama ibunya. Pada masa itu Maharaja Sukarama, raja Negara Daha berwasiat agar Raden Samudera sebagai penggantinya ketika ia mangkat. Tatkala itu pula Raden Samudera menjadi terancam keselamatannya, berhubung kedua pamannya tidak mau menerima wasiat, yaitu Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung, karena kedua orang ini sebenarnya kemenakan Sukarama. Ratu Intan Sari khawatir, lalu Raden Samudera dilarikan ke Banjar Masih dan akhirnya dipelihara oleh Patih Masih dan Patih Kuin. Setelah sekitar 14 tahun kemudian mereka mengangkatnya menjadi raja (berdirinya kerajaan Banjar Masih/Banjarmasin). Ratu Intan Sari meninggal pada awal abad ke-16.
Kegiatan pentrasiran menampakan adanya dua kelompok susunan batu bata/tanggul dengan warna yang berbeda. Kelompok tanggul dengan batu bata merah merupakan pengaman bagi kestabilan makam Sultan Suriansyah dan [[Ratu]], makam Khatib Dayan, makam Patih Masih, makam Patih Kuin, Makam hulubalang raja dan lain-lain. Kelompok tanggul ini terdapat pada bagian barat dengan ukuran 17 x 17 meter.[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Sultansgraf Bandjermasin TMnr 10016694.jpg|jmpl|250px|Cungkup makam Sultan Suriansyah yang beratap limasan (tahun 1900-1917)]]Kelompok tanggul dengan batu bata putih merupakan pengaman bagi kestabilan makam Sultan Rahmatullah dan Makam Sultan Hidayatullah. Kelompok tanggul ini terdapat di bagian timur dengan ukuran 17 x 17 meter. Pada bagian timur sisi selatan ditemukan susunan tanggul batu bata putih yang diberi hiasan/ukiran.{{br}}
 
Pemugaran situs tahun [[1985]]/[[1986]] diarahkan pada kegiatan penyusunan kembali batu bata tanggul dan membangun cungkup yang baru menggantikan cungkup lama yang didirikan pada tahun 1985.
*'''[[Sultan Rahmatullah]]'''{{br}}Sultan Rahmatullah putera Sultan Suriansyah, beliau raja Banjar ke-2 yang bergelar Susuhunan Batu Putih. Masa pemerintahannya tahun [[1550]]-[[1570]].
[[Berkas:Makam_Sultan_Rahmatullah.jpg|thumb|Makam Sultan Rahmatullah.]]
 
== Tokoh-tokoh yang dimakamkan ==
*'''[[Sultan Hidayatullah]]'''{{br}}Sultan Hidayatullah, raja Banjar ke-3, [[cucu]] Sultan Suriansyah. Ia bergelar Susuhunan Batu Irang. Masa pemerintahannya tahun [[1570]]-[[1595]]. Ia senang memperdalam [[syiar]] agama Islam. Pembangunan [[masjid]] dan langgar ([[surau]]) telah banyak didirikan dan berkembang pesat hingga ke pelosok perkampungan.
{| class="wikitable"
|+
!No.
!Nama Makam
!Deskripsi
!Gambar
|-
|1.
|'''[[Sultan Suriansyah]]'''
|Sultan Suriansyah berasal dari keturunan raja-raja Kerajaan Negara Daha. Ia merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk Islam, dan sejak dialah agama Islam berkembang resmi dan pesat di Kalimantan Selatan. Untuk pelaksanaan dan penyiaran agama Islam dia membangun sebuah masjid yang dikenal sebagai Masjid Sultan Suriansyah yang merupakan masjid tertua di [[Kalimantan Selatan]]. Menurut sarjana Belanda J.C. Noorlander bahwa berdasarkan nisan makam, maka umur kuburan dapat dihitung sejak lebih kurang tahun [[1550]], berarti Sultan Suriansyah meninggal pada tahun 1550, sehingga itu dianggap sebagai masa akhir pemerintahannya. Ia bergelar Susuhunan Batu Habang. {{br}}Menurut M. Idwar Saleh bahwa masa pemerintahan Sultan Suriansyah berlangsung sekitar tahun [[1526]]-[[1550]]. Sehubungan dengan hal ini juga dapat menetapkan bahwa hari jadi [[kota]] Banjarmasin jatuh pada tanggal [[24]] [[September]] [[1526]].
|[[Berkas:Sultan Suriansyah - Makam 002.jpg|jmpl|Makam Sultan Suriansyah]]
|-
|2.
|'''Ratu Intan Sari'''
|Ratu Intan Sari atau Puteri Galuh Baranakan binti Maharaja Sukarama adalah ibu kandung Sultan Suriansyah. Ketika itu Raden Samudera baru berumur 7 tahun dengan tiada diketahui ayahnya Raden Manteri Jaya menghilang, maka tinggallah Raden Samudera bersama ibunya. Pada masa itu Maharaja Sukarama, raja Negara Daha berwasiat agar Raden Samudera sebagai penggantinya ketika ia mangkat. Tatkala itu pula Raden Samudera menjadi terancam keselamatannya, berhubung kedua pamannya tidak mau menerima wasiat, yaitu Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung, karena kedua orang ini sebenarnya kemenakan Sukarama. Ratu Intan Sari khawatir, lalu Raden Samudera dilarikan ke Banjar Masih dan akhirnya dipelihara oleh Patih Masih dan Patih Kuin. Setelah sekitar 14 tahun kemudian mereka mengangkatnya menjadi raja (berdirinya kerajaan Banjar Masih/Banjarmasin). Ratu Intan Sari meninggal pada awal abad ke-16.
|[[Berkas:Ratu Sultan Suriansyah - Makam.jpg|jmpl|Makam Ratu Sultan Suriansyah]]
|-
|3.
|'''[[Sultan Rahmatullah]]'''
|Sultan Rahmatullah putera Sultan Suriansyah, dia raja Banjar ke-2 yang bergelar Susuhunan Batu Putih. Masa pemerintahannya tahun [[1550]]-[[1570]].
|[[Berkas:Sultan Rahmatullah - Makam.jpg|jmpl|Makam Sultan Rahmatullah]]
|-
|4.
|'''[[Sultan Hidayatullah]]'''
|Sultan Hidayatullah, raja Banjar ke-3, [[cucu]] Sultan Suriansyah. Ia bergelar Susuhunan Batu Irang. Masa pemerintahannya tahun [[1570]]-[[1595]]. Ia senang memperdalam [[syiar]] agama Islam. Pembangunan [[masjid]] dan langgar ([[surau]]) telah banyak didirikan dan berkembang pesat hingga ke pelosok perkampungan.
|[[Berkas:Sultan Hidayatullah - Makam.jpg|jmpl|Makam Sultan Hidayatullah]]
|-
|5.
|'''[[Khatib Dayan]]'''
|Pada tahun [[1521]] datanglah seorang tokoh [[ulama]] besar dari Kerajaan [[Demak]] bernama Khatib Dayan ke Banjar Masih untuk mengislamkan Raden Samudera beserta sejumlah kerabat [[istana]], sesuai dengan janji semasa pertentangan antara Kerajaan Negara Daha dengan Kerajaan Banjar Masih. Khatib Dayan merupakan keturunan [[Sunan Gunung Jati]] dari [[Cirebon]], [[Jawa Barat]]. Ia menyampaikan syiar-syiar Islam dengan [[kitab]] pegangan Surat Layang Kalimah Sada di dalam [[bahasa Jawa]]. Ia seorang ulama dan [[pahlawan]] yang telah mengembangkan dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar sampai akhir hayatnya.<ref>{{Cite web|title=Khatib Dayan Pendamping Sultan|url=http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/khatib-dayan-pendamping-sultan.html|archive-url=https://web.archive.org/web/20131010193152/http://www.kabarbanjarmasin.com/posting/khatib-dayan-pendamping-sultan.html|archive-date=2013-10-10|dead-url=yes|access-date=2013-06-07}}</ref>
|[[Berkas:Khatib Dayan - Makam 002.jpg|jmpl|Makam Khatib Dayan]]
|-
|6.
|'''Patih Kuin'''
|Patih [[Kuin]] adalah kepala kampung '''[[Kuin Selatan, Banjarmasin Barat, Banjarmasin|Kuin]]''' yang bertetangga dengan kampung Banjarmasih. Ketika itu ia telah menemukan Raden Samudera dan memeliharanya sebagai anak angkat. Pada masa dia keadaan negerinya aman dan makmur serta hubungan dengan Jawa sangat akrab dan baik. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
|[[Berkas:Patih Kuin - Makam.jpg|jmpl|Makam Patih Kuin]]
|-
|7.
|'''Patih Masih''' atau '''Patih Masêh'''
|Patih Masih adalah kepala kampung '''[[Kuin Utara, Banjarmasin Utara, Banjarmasin|Banjarmasih]]'''. Ia juga dipanggil '''Kiai Masih''' dan sebagai adik dari '''[[Patih Muhur, Anjir Muara, Barito Kuala|Patih Muhur]]'''.<ref name="tutur candi">{{id icon}}{{cite book|last=Saleh|first=Mohamad Idwar|year=1986|title=Tutur Candi, sebuah karya sastra sejarah Banjarmasin|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah}}</ref> Ia pemimpin orang-orang [[Melayu]] yang sangat bijaksana, berani dan sakti. Ia memimpin di daerah Banjar Masih secara turun temurun. Ia keturunan Patih Simbar Laut yang menjabat Sang Panimba Segara, salah satu anggota Manteri Ampat. Ia meninggal sekitar awal abad ke-16.
|[[Berkas:Patih Masih - Makam.jpg|jmpl|Makam Patih Masih]]
|-
|8.
|'''Senopati Antakusuma'''
|Senopati Antakusuma adalah cucu Sultan Suriansyah. Ia seorang panglima perang di Kerajaan Banjar dan sangat pemberani yang diberi gelar Hulubalang Kerajaan. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
|[[Berkas:Pangeran Ratu Adipati Antakesuma - Makam.jpg|jmpl|Makam Senopati Antakusuma]]
|-
|9.
|'''[[Datu Haji Batu|Syekh Abdul Malik]]'''
|Syekh Abdul Malik atau Haji Batu merupakan seorang ulama besar di Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan Sultan Rahmatullah. Ia meninggal pada tahun [[1640]].<ref>{{Cite web|title=Salinan arsip|url=http://kabarbanjarmasin.com/posting/menelusuri-jejak-sejarah-kota-banjarmasin.html|archive-url=https://web.archive.org/web/20150317012937/http://kabarbanjarmasin.com/posting/menelusuri-jejak-sejarah-kota-banjarmasin.html|archive-date=2015-03-17|dead-url=yes|access-date=2015-11-03}}</ref>
|[[Berkas:Syech Maulana H. Abdul Malik - Makam 002.jpg|jmpl|Makam Syekh Abdul Malik (Haji Batu)]]
|-
|10.
|'''Haji Sa'anah'''
|Wan Sa'anah berasal dari keturunan Kerajaan [[Brunei Darussalam]]. Ia menikah dengan Datu Buna cucu Kiai Marta Sura, seorang menteri di Kerajaan Banjar. Semasa hidupnya Wan Sa'anah senang mengaji [[Al-Qur'an]] dan mengajarkan tentang keislaman seperti [[ilmu]] [[tauhid]] dan sebagainya. Ia meninggal pada tahun [[1825]].
|[[Berkas:Wan Hj. Sa'anah - Makam.jpg|jmpl|Makam Haji Sa'anah]]
|-
|11.
|'''Pangeran Ahmad'''
|Pangeran Ahmad merupakan seorang senopati Kerajaan Banjar pada masa Sultan Rahmatullah, yang diberi tugas sebagai punggawa atau pengatur hulubalang jaga. Ia sangat disayangi raja dan dipercaya. Ia meninggal pada tahun [[1630]].
|[[Berkas:Pangeran Ahmad - Makam.jpg|jmpl|Makam Pangeran Ahmad]]
|-
|12.
|'''Pangeran Muhammad'''
|Pangeran Muhammad adalah adik kandung Pangeran Ahmad, juga sebagai senopati Keraton pada masa Sultan Hidayatullah I. Ia meninggal pada tahun [[1645]].
|[[Berkas:Pangeran Muhammad - Makam.jpg|jmpl|Makam Pangeran Muhammad]]
|-
|13.
|'''Sayyid Ahmad Iderus'''
|Sayyid Ahmad Iderus adalah seorang ulama dari Mekkah yang datang ke Kerajaan Banjar bersama-sama Haji Batu (Syekh Abdul Malik). Ia menyampaikan syiar-syiar agama Islam dan berdakwah di tiap-tiap masjid dan langgar (surau). Ia meninggal pada tahun [[1681]].
|[[Berkas:Sayyid Muhammad - Makam 002.jpg|jmpl|Makam Sayyid Muhammad]]
|-
|14.
|'''Gusti Muhammad Arsyad'''
|Gusti Muhammad Arsyad putera dari Pangeran Muhammad Said. Ia meneruskan perjuangan kakeknya Pangeran [[Pangeran Antasari]] melawan penjajah [[Belanda]]. Ia kena tipu Belanda, hingga diasingkan ke [[Cianjur]] beserta anak buahnya, setelah meletus perang dunia, ia dipulangkan ke Banjarmasin. Ia meninggal pada thaun [[1938]].
|[[Berkas:Gusti Muhammad Arsyad - Makam 002.jpg|jmpl|Makam Gusti Muhammad Arsyad]]
|-
|15.
|'''Kiai Datu Bukasim'''
|Kiai Datu Bukasim merupakan seorang [[menteri]] di Kerajaan Banjar. Ia keturunan Kiai Marta Sura, yang menjabat Sang Panimba Segara (salah satu jabatan menteri). Ia meninggal pada tahun [[1681]].
|[[Berkas:Kyai Datu H. Bukasyim - Makam 001.jpg|jmpl|Makam Kiai Datu Bukasim]]
|-
|16.
|'''Anak Tionghoa Muslim'''
|Pada permulaan abad ke-18, seorang [[Tionghoa]] datang berdagang ke Banjarmasin. Ia berdiam di Kuin Cerucuk dan masuk Islam sebagai [[muallaf]]. Tatkala itu anaknya bermain-main di tepi [[sungai]], hingga jatuh terbawa arus sampai ke Ujung Panti. Atas mufakat tetua di daerah Kuin, mayat anak itu dimakamkan di dalam komplek makam Sultan Suriansyah.
|[[Berkas:Kompleks Makam Sultan Suriansyah - Makam Anak Keturunan Tionghoa.jpg|jmpl|Makam Anak Tionghoa Muslim]]
|}
 
== Rujukan ==
*'''Khatib Dayan'''{{br}}Pada tahun [[1521]] datanglah seorang tokoh [[ulama]] besar dari Kerajaan [[Demak]] bernama Khatib Dayan ke Banjar Masih untuk mengislamkan Raden Samudera beserta sejumlah kerabat [[istana]], sesuai dengan janji semasa pertentangan antara Kerajaan Negara Daha dengan Kerajaan Banjar Masih. Khatib Dayan merupakan keturunan [[Sunan Gunung Jati]] dari [[Cirebon]], [[Jawa Barat]]. Ia menyampaikan syiar-syiar Islam dengan [[kitab]] pegangan Surat Layang Kalimah Sada di dalam [[bahasa Jawa]]. Ia seorang ulama dan [[pahlawan]] yang telah mengembangkan dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar sampai akhir hayatnya.
{{reflist}}
 
*'''Patih Kuin'''{{br}}Patih Kuin adalah adik kandung Patih Masih. Ia memimpin di daerah Kuin. Ketika itu ia telah menemukan Raden Samudera dan memeliharanya sebagai anak angkat. Pada masa beliau keadaan negerinya aman dan makmur serta hubungan dengan Jawa sangat akrab dan baik. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
 
*'''Patih Masih'''{{br}}Patih Masih adalah seorang pemimpin orang-orang [[Melayu]] yang sangat bijaksana, berani dan sakti. Ia memimpin di daerah Banjar Masih secara turun temurun. Ia keturunan Patih Simbar Laut yang menjabat Sang Panimba Segara, salah satu anggota Manteri Ampat. Ia meninggal sekitar awal abad ke-16.
 
*'''Senopati Antakusuma'''{{br}}Senopati Antakusuma adalah cucu Sultan Suriansyah. Ia seorang panglima perang di Kerajaan Banjar dan sangat pemberani yang diberi gelar Hulubalang Kerajaan. Ia meninggal pada awal abad ke-16.
 
*'''Syekh Abdul Malik'''{{br}}Syekh Abdul Malik atau Haji Batu merupakan seorang ulama besar di Kerajaan Banjar pada masa pemerintahan Sultan Rahmatullah. Ia meninggal pada tahun [[1640]].
 
*'''Haji Sa'anah'''{{br}}Wan Sa'anah berasal dari keturunan Kerajaan [[Brunei Darussalam]]. Ia menikah dengan Datu Buna cucu Kiai Marta Sura, seorang menteri di Kerajaan Banjar. Semasa hidupnya Wan Sa'anah senang mengaji [[Al-Qur'an]] dan mengajarkan tentang keislaman seperti [[ilmu]] [[tauhid]] dan sebagainya. Ia meninggal pada tahun [[1825]].
 
*'''Pangeran Ahmad'''{{br}}Pangeran Ahmad merupakan seorang senopati Kerajaan Banjar di masa Sultan Rahmatullah, yang diberi tugas sebagai punggawa atau pengatur hulubalang jaga. Ia sangat disayangi raja dan dipercaya. Ia meninggal pada tahun [[1630]].
 
*'''Pangeran Muhammad'''{{br}}Pangeran Muhammad adalah adik kandung Pangeran Ahmad, juga sebagai senopati Kearton di masa Sultan Hidayatullah I. Ia meninggal pada tahun [[1645]].
 
*'''Sayyid Ahmad Iderus'''{{br}}Sayyid Ahmad Iderus adalah seorang ulama dari Mekkah yang datang ke Kerajaan Banjar bersama-sama Haji Batu (Syekh Abdul Malik). Ia menyampaikan syiar-syiar agama Islam dan berdakwah di tiap-tiap masjid dan langgar (surau). Ia meninggal pada tahun [[1681]].
 
*'''Gusti Muhammad Arsyad'''{{br}}Gusti Muhammad Arsyad putera dari Pangeran Muhammad Said. Ia meneruskan perjuangan kakeknya Pangeran [[Pangeran Antasari]] melawan penjajah [[Belanda]]. Ia kena tipu Belanda, hingga diasingkan ke [[Cianjur]] beserta anak buahnya, setelah meletus perang dunia, ia dipulangkan ke Banjarmasin. Ia meninggal pada thaun [[1938]].
 
*'''Kiai Datu Bukasim'''{{br}}Kiai Datu Bukasim merupakan seorang [[menteri]] di Kerajaan Banjar. Ia keturunan Kiai Marta Sura, yang menjabat Sang Panimba Segara (salah satu jabatan menteri). Ia meninggal pada tahun [[1681]].
 
*'''Anak Tionghoa Muslim'''{{br}}Pada permulaan abad ke-18, seorang [[Tionghoa]] datang berdagang ke Banjarmasin. Ia berdiam di Kuin Cerucuk dan masuk Islam sebagai [[muallaf]]. Tatkala itu anaknya bermain-main di tepi [[sungai]], hingga jatuh terbawa arus sampai ke Ujung Panti. Atas mufakat tetua di daerah Kuin, mayat anak itu dimakamkan di dalam komplek makam Sultan Suriansyah.{{br}}
 
== Referensi ==
* Depdikbud, Komplek Makam Sultan Suriansyah.
* Imansyah Mahbara, Komplek Makam Sultan Suriansyah, Depdikbud Kalsel, 1988.
 
{{coord|-3.29305833333|114.572688889 |display=title}}
 
[[Kategori:Situs sejarah di Kalimantan Selatan]]
[[Kategori:Kesultanan Banjar]]
[[Kategori:Makam di Indonesia]]