Jawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Penduduk: Menambahkan tahun (per unggahan terakhir) |
|||
(32 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4:
|image_caption = Topografi Pulau Jawa
|image_map = Java_Locator.svg
|native_name =<br><span style="font-weight:normal;">{{java|ꦗꦮ}}</span> ([[Aksara Jawa|Jawa]])<br><span style="font-weight:normal;">{{sund|ᮏᮝ}}</span> ([[Aksara Sunda|Sunda]])
|native_name_link =
|location = [[Asia Tenggara]]
|coordinates = {{Coord|7|29|30|S|110|00|16|E|type:isle_region:ID_scale:5000000|display=inline,title}}
|archipelago = [[Kepulauan Sunda Besar]]
|area_km2=
|rank= ke-13
|highest_mount = [[Gunung Semeru]]
Baris 15:
|country = {{flagcountry|Indonesia}}
|country_admin_divisions_title = Provinsi
|country_admin_divisions = {{
|country_largest_city = {{coat of arms|Jakarta}}
|country_largest_city_population = 10.557.810 (2019)
Baris 21:
|population_as_of = 2020
|density_km2= 1121
|ethnic_groups = [[Suku Jawa|Jawa]]
}}
[[Berkas:Gunung Merapi 2006-05-14, MODIS.jpg|jmpl|Pulau Jawa dalam citra satelit]]
'''Jawa'''
▲'''Jawa''' ({{lang-jv|ꦗꦮ|Jåwå}}) adalah sebuah [[pulau]] di [[Indonesia]] yang terletak di [[kepulauan Sunda Besar]] dan merupakan [[Daftar pulau menurut luas wilayah|pulau terluas ke-13]] di [[dunia]]. Jumlah penduduk di Pulau Jawa sekitar 150 juta. Pulau Jawa dihuni oleh 60% total populasi Indonesia. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan sensus penduduk tahun 1905 yang mencapai 80,6% dari seluruh penduduk Indonesia. Penurunan penduduk di Pulau Jawa secara persentase diakibatkan perpindahan penduduk ([[transmigrasi]]) dari pulau Jawa ke daerah lain di Indonesia. [[Ibu kota]] Indonesia adalah [[Jakarta]] dan terletak di Jawa bagian barat laut (tepatnya di ujung paling barat Jalur [[Pantura]]).
Jawa adalah pulau yang sebagian besar terbentuk dari aktivitas vulkanik. Deretan gunung-gunung berapi membentuk jajaran yang terbentang dari timur hingga barat pulau ini, dengan dataran endapan aluvial sungai di bagian utara. Pulau Jawa dipisahkan oleh selat dengan beberapa pulau utama, yakni Pulau [[Sumatra]] di barat laut, Pulau [[Kalimantan]] di utara, Pulau [[Madura]] di timur laut, dan Pulau [[Bali]] di sebelah timur. Sementara itu di sebelah selatan pulau Jawa terbentang [[Samudra Hindia]].
Baris 49 ⟶ 48:
Berdasar tradisi lisan, aksara jawa diciptakan oleh Aji Saka, tokoh pendatang dari India, dari suku Shaka (Scythia). Legenda melambangkan kedatangan Dharma (ajaran dan peradaban Hindu-Buddha) ke pulau Jawa. Kini kata Saka masih digunakan dalam istilah dalam bahasa Jawa, ''saka'' atau ''soko,'' yang berarti penting, pangkal, atau asal-mula. Aji Saka bermakna "raja asal-mula" atau "raja pertama".
Selain Aksara Jawa, '''[[Aksara Sunda]]''' (ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ) merupakan salah satu aksara tradisional Nusantara yang digunakan untuk menulis [[bahasa Sunda]]{{Efn|termasuk juga [[Bahasa Sunda Banten]]}} di wilayah bagian barat pulau Jawa. Aksara ini juga menggantikan Aksara Jawa Modifikasi yang diperuntukkan penggunaan bahasa Sunda dengan nama ''[[Cacarakan]]'' (ꦕꦕꦫꦏꦤ꧀).
== Sejarah ==
{{utama|Sejarah Jawa}}
[[Berkas:Pithecanthropus-erectus.jpg|jmpl|kiri|Tiga fosil utama [[Manusia Jawa]] yang ditemukan pada tahun 1891–92: tengkorak, gigi geraham, dan tulang paha, masing-masing dilihat dari dua sudut berbeda.]]
Pulau
cited in {{cite book|last=Whitten|first=T|coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A.|title=The Ecology of Java and Bali|publisher=Periplus Editions Ltd|year=1996|location=Hong Kong|pages=309–312|id=}}; {{cite journal|last=Pope|first=G|authorlink=|coauthors=|title=Evidence on the Age of the Asian Hominidae|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America|volume=80|issue=16|pages=4,988–4992|date=August 15, 1983|doi= 10.1073/pnas.80.16.4988|pmid=6410399|pmc=384173 }}
cited in
{{cite book|last=Whitten|first=T|coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A.|title=The Ecology of Java and Bali|publisher=Periplus Editions Ltd|year=1996|location=Hong Kong|pages=309|id=}};
{{cite journal|last=de Vos|first=J.P.|coauthors=P.Y. Sondaar,|title=Dating hominid sites in Indonesia|journal=Science Magazine|volume=266|issue=16|pages=4,988–4992|date=9 December 1994|url=http://www.sciencemag.org/cgi/reprint/266/5191/1726.pdf|format=PDF|doi=10.1126/science.7992059|accessdate=}}
cited in {{cite book|last=Whitten|first=T|coauthors=Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A.|title=The Ecology of Java and Bali|publisher=Periplus Editions Ltd|year=1996|location=Hong Kong|pages=309 }}</ref> Situs [[Sangiran]] adalah situs prasejarah yang penting di Jawa. Beberapa struktur [[megalitik]] telah ditemukan di Pulau Jawa, misalnya [[menhir]], [[dolmen]], meja batu, dan piramida berundak yang lazim disebut [[Punden Berundak]]. Punden
Pulau Jawa yang sangat subur dan bercurah hujan tinggi memungkinkan berkembangnya budidaya padi di lahan basah, sehingga mendorong terbentuknya tingkat kerjasama antar desa yang semakin kompleks. Dari aliansi-aliansi desa tersebut, berkembanglah kerajaan-kerajaan kecil. Jajaran pegunungan vulkanik dan dataran-dataran tinggi di sekitarnya yang membentang di sepanjang Pulau Jawa menyebabkan daerah-daerah interior pulau ini beserta masyarakatnya secara relatif terpisahkan dari pengaruh luar.<ref>Ricklefs (1991), pp. 16–17</ref> Pada masa sebelum berkembangnya negara-negara Islam serta kedatangan kolonialisme Eropa, sungai-sungai yang ada merupakan sarana perhubungan utama masyarakat, meskipun kebanyakan sungai di Jawa beraliran pendek. Hanya [[Sungai Brantas]] dan Bengawan Solo yang dapat menjadi sarana penghubung jarak jauh, sehingga pada lembah-lembah sungai tersebut terbentuklah pusat dari kerajaan-kerajaan yang besar.
Baris 97 ⟶ 98:
Hubungan Jawa dengan kekuatan-kekuatan kolonial Eropa dimulai pada tahun 1522, dengan diadakannya [[Prasasti Perjanjian Sunda-Portugal|perjanjian]] antara [[Kerajaan Sunda]] dan Portugis di [[Malaka]]. Setelah kegagalan perjanjian tersebut, [[Bangsa Portugis di Indonesia|kehadiran Portugis]] selanjutnya hanya terbatas di Malaka dan di pulau-pulau sebelah timur nusantara saja. Sebuah ekspedisi di bawah pimpinan [[Cornelis de Houtman]] yang terdiri dari empat buah kapal pada tahun 1596, menjadi awal dari hubungan antara Belanda dan Indonesia.<ref>{{cite book|title=The Globe Encompassed: The Age of European Discovery, 1500-1700|url=https://archive.org/details/globeencompassed0000ames|author=Ames, Glenn J.|year=2008|page=[https://archive.org/details/globeencompassed0000ames/page/99 99]}}</ref> Pada akhir abad ke-18, Belanda telah berhasil memperluas pengaruh mereka terhadap kesultanan-kesultanan di pedalaman Pulau Jawa (lihat [[Perusahaan Hindia Timur Belanda di Indonesia]]). Meskipun orang-orang Jawa adalah pejuang yang pemberani, konflik internal telah menghalangi mereka membentuk aliansi yang efektif dalam melawan Belanda. Sisa-sisa Mataram bertahan sebagai [[Kasunanan Surakarta]] dan [[Kasultanan Yogyakarta]]. Para raja Jawa mengklaim berkuasa atas kehendak Tuhan, dan Belanda mendukung sisa-sisa aristokrasi Jawa tersebut dengan cara mengukuhkan kedudukan mereka sebagai penguasa wilayah atau bupati dalam lingkup administrasi kolonial.
Di awal masa kolonial, Jawa memegang peranan utama sebagai daerah penghasil [[beras]]. Pulau-pulau penghasil rempah-rempah, misalnya [[
|last = St. John
|first = Horace Stebbing Roscoe
Baris 158 ⟶ 159:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De weg van Buitenzorg naar de Preanger Regentschappen TMnr 3728-429c.jpg|jmpl|Dataran Tinggi [[Parahyangan]], dilihat dari [[Bogor]] (k. 1865-1872).]]
Suhu rata-rata sepanjang tahun adalah antara 22 °C sampai 29 °C, dengan kelembapan rata-rata 75%. Daerah pantai utara biasanya lebih panas, dengan rata-rata 34 °C pada siang hari di [[musim kemarau]]. Daerah pantai selatan umumnya lebih sejuk daripada pantai utara dengan, bahkan pada waktu tertentu yaitu [[musim bediding]] daerah tersebut akan mengalami penurunan suhu yang drastis, khususnya di daerah pantai selatan bagian tengah (''Tatar Banyumas-Kedu'') yang membentang dari [[Gunung Slamet]] sampai [[Dataran tinggi Dieng|Dataran Tinggi Dieng]] dan [[Pegunungan Selatan Jawa Barat|Dataran tinggi di selatan Jawa Barat]] yang merupakan titik berkumpulnya angin musim dingin dari [[Australia]] pada [[Juni]] sampai [[Agustus]].<ref>{{Cite web|title=Fenomena Bediding, Penyebab Suhu Dingin di Malam Hari pada Musim Kemarau|url=https://regional.kompas.com/read/2022/06/02/214448778/fenomena-bediding-penyebab-suhu-dingin-di-malam-hari-pada-musim-kemarau?page=all|website=https://regional.kompas.com|access-date=2023-03-18}}</ref>
Titik terdingin (suhu rata-rata) di pulau Jawa berada di [[Gunung Slamet]], meski bukan merupakan titik tertinggi pulau ini. [[Musim hujan]] berawal pada bulan Oktober dan berakhir pada bulan April, di mana hujan biasanya turun di sore hari, dan pada bulan-bulan selainnya hujan biasanya hanya turun sebentar-sebentar saja. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan-bulan bulan Januari dan Februari. Wilayah dengan curah hujan tertinggi berada di [[Ketenger, Baturaden, Banyumas|Ketenger, Banyumas]] yaitu 8.134,00 mm per tahun.<ref>{{Cite web|title=Curah Hujan Ketenger|url=https://banyumaskab.bps.go.id/indicator/151/92/1/curah-hujan.html|website=banyumaskab.bps.go.id|access-date=2022-10-18}}</ref> Sedangkan curah hujan terendah berada di wilayah pantai utara Jawa Timur hanya 900 mm per tahun.
Baris 185 ⟶ 186:
Penduduk Pulau Jawa perlahan-lahan semakin berciri urban, dan kota-kota besar serta kawasan industri menjadi pusat-pusat kepadatan tertinggi. Berikut adalah 10 kota besar di Jawa berdasarkan jumlah populasi tahun 2005.<ref>{{cite web|url=http://www.citypopulation.de/Indonesia-Mun.html|title=Indonesia: Provinces, Cities & Municipalities|work=City Population|accessdate=2010-04-28}}</ref>
[[Berkas:Population density map of Java
[[Berkas:Java Transportation Network id.svg|jmpl|ka|450px|Jaringan Transportasi Jawa pada tahun [[2015]]]]
{|class="wikitable sortable"
|-
Baris 226 ⟶ 228:
Jawa adalah kancah pertemuan dari berbagai agama dan budaya. Pengaruh [[Asia Selatan|budaya India]] adalah yang datang pertama kali dengan agama [[agama Hindu|Hindu]]-[[Siwa]] dan [[agama Buddha|Buddha]], yang menembus secara mendalam dan menyatu dengan tradisi adat dan budaya masyarakat Jawa.<ref name="kroef1961">{{cite journal|first=Justus M.|last=van der Kroef|title=New Religious Sects in Java|url=https://archive.org/details/sim_far-eastern-survey_1961-02_30_2/page/18|journal=Far Eastern Survey|volume=30|issue=2|year=1961|pages=18-15|doi=10.1525/as.1961.30.2.01p1432u|jstor=3024260}}</ref> Para [[brahmana]] kerajaan dan [[pujangga]] istana mengesahkan kekuasaan raja-raja Jawa, serta mengaitkan [[kosmologi Hindu]] dengan susunan politik mereka.<ref name="kroef1961"/> Meskipun kemudian agama [[Islam]] menjadi agama mayoritas, kantong-kantong kecil pemeluk Hindu tersebar di seluruh pulau. Terdapat populasi Hindu yang signifikan di sepanjang pantai timur dekat Pulau [[Bali]], terutama di sekitar kota [[Banyuwangi]]. Sedangkan komunitas [[Budhisme|Buddha]] umumnya saat ini terdapat di kota-kota besar, terutama dari kalangan [[Tionghoa-Indonesia]].
Sekumpulan batu nisan Muslim yang berukiran halus dengan tulisan dalam bahasa Jawa Kuno dan bukan bahasa Arab ditemukan dengan penanggalan tahun sejak 1369 di Jawa Timur. [[Louis-Charles Damais|Damais]] menyimpulkan itu adalah makam orang-orang Jawa yang sangat terhormat, bahkan mungkin para bangsawan.<ref>Damais, Louis-Charles, 'Études javanaises, I: Les tombes musulmanes datées de Trålåjå.' ''BEFEO'', vol. 54 (1968), hlm. 567-604.</ref> [[Ricklefs|M.C. Ricklefs]] berpendapat bahwa para penyebar agama Islam yang berpaham [[Sufisme|sufi]]-mistis, yang mungkin dianggap berkekuatan gaib, adalah agen-agen yang menyebabkan perpindahan agama para elit istana Jawa, yang telah lama akrab dengan aspek mistis agama Hindu dan Buddha.<ref>Ricklefs, M.C. (1991). ''A History of Modern Indonesia since c.1300'', 2nd Edition. London: MacMillan. ISBN 0-333-57689-6.</ref> Sebuah batu nisan seorang Muslim bernama [[Maulana Malik Ibrahim]] yang bertahun 1419 (822 Hijriah) ditemukan di [[Gresik]], sebuah pelabuhan di pesisir Jawa Timur. Tradisi Jawa menyebutnya sebagai orang asing non-Jawa, dan dianggap salah satu dari sembilan penyebar agama Islam pertama di Jawa ([[Walisongo]]), meskipun tidak ada bukti tertulis yang mendukung tradisi lisan ini.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Moskee Indonesië TMnr 10016740.jpg|jmpl|kiri|Masjid di Pati, Jawa Tengah, pada [[Hindia Belanda|masa kolonial]]. Masjid ini menggabungkan gaya tradisional Jawa (atap bertingkat) dengan arsitektur Eropa.]]
Baris 244 ⟶ 246:
Jawa telah menjadi pulau paling berkembang di Indonesia sejak era Hindia Belanda hingga saat ini. Jaringan transportasi jalan yang telah ada sejak zaman kuno dipertautkan dan disempurnakan dengan dibangunnya [[Jalan Raya Pos|Jalan Raya Pos Jawa]] oleh [[Daendels]] di awal abad ke-19. Kebutuhan transportasi produk-produk komersial dari perkebunan di pedalaman menuju pelabuhan di pantai, telah memacu pembangunan jaringan kereta api di Jawa. Saat ini, industri, bisnis dan perdagangan, juga jasa berkembang di kota-kota besar di Jawa, seperti [[Jakarta]], [[Surabaya]], [[Semarang]], dan [[Bandung]], sedangkan kota-kota kesultanan tradisional seperti [[Yogyakarta]], [[Surakarta]], dan [[Cirebon]] menjaga warisan budaya keraton dan menjadi pusat seni, budaya dan pariwisata. Kawasan industri juga berkembang di kota-kota sepanjang pantai utara Jawa, terutama di sekitar [[Cilegon]], [[Tangerang]], [[Bekasi]], [[Karawang]], [[Gresik]], dan [[Sidoarjo]].
Jaringan [[jalan tol]] dibangun dan diperluas sejak masa pemerintahan [[Soeharto]] hingga sekarang, yang menghubungkan pusat-pusat kota dengan daerah sekitarnya, di berbagai kota-kota besar seperti [[Jakarta]], [[Bandung]], [[Cirebon]], [[Semarang]], dan [[Surabaya]]. Selain jalan tol tersebut, di pulau ini juga terdapat 16 jalan raya nasional. Dari segi perkeretaapian, Pulau Jawa mempunyai jaringan jalur kereta api sejak abad ke–19 semenjak [[Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij]] (NIS) membangun jalur kereta api pertama di Indonesia, tepatnya di petak [[Stasiun Samarang]]–[[Stasiun Tanggung|Tanggoeng]] pada tanggal 17 Juni 1864 yang mendukung kelancaran perekonomian Pulau Jawa dari segi mobilitas maupun logistik.
* Jalur utara Jawa: Jakarta–Cirebon–Semarang–Surabaya
* Jalur tengah Jawa: Jakarta–Cirebon–Yogyakarta–Surabaya
* Jalur selatan Jawa: Bandung–Tasikmalaya–Yogyakarta–Surabaya
* Jalur kereta cepat Jakarta–Bandung: Jakarta–Bandung
== Lihat juga ==
*[[Kepulauan Nusantara]]
*[[Daftar pulau di Indonesia]]
== Catatan ==
{{Notelist}}
== Referensi ==
Baris 266 ⟶ 272:
[[Kategori:Kepulauan Sunda Besar]]
[[Kategori:Pulau di Indonesia]]
[[Kategori:Pulau]]
|