Ilias: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(31 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 43:
Agaknya ''Ilias'' maupun ''Odiseya'' ditulis dalam [[bahasa Yunani Homeros]], bahasa sastra bauran [[bahasa Yunani Ionia|bahasa Yunani dialek Yonia]] dengan dialek-dialek lainnya, kemungkinan besar sekitar akhir abad ke-8 atau permulaan abad ke-7 Pramasehi. Pada [[zaman Klasik]], jarang sekali ada orang yang meragukan bahwa kedua wiracarita itu adalah hasil karya pujangga Homeros, tetapi dewasa ini para sarjana [[Penyoalan Homeros|pada umumnya menduga]] bahwa ''Ilias'' dan ''Odiseya'' bukanlah hasil karya satu orang pujangga yang sama, dan kisah-kisah yang terangkum di dalamnya merupakan bagian dari suatu [[tradisi lisan]] yang panjang. Wiracarita ini dilantunkan oleh para pelantun syair Homeros profesional yang disebut ''[[rapsoidos]]''.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam wiracarita ini antara lain adalah ''[[kleos]]'' (kemuliaan), ujub, takdir, dan murka. Sekalipun terkenal lantaran kisah-kisahnya yang tragis dan mencekam, terselip pula kisah-kisah jenaka dan gelak-tawa.<ref name=Bell>Bell, Robert H. "Homer's humor: laughter in the Iliad." hand 1 (2007): 596.</ref> Wiracarita ini kerap disifatkan sebagai wiracarita maskulin atau kegagahberanian, khususnya jika dibandingkan dengan ''Odiseya''. ''Ilias'' dengan cermat menjabarkan perkakas-perkakas perang dan siasat-siasat tempur kuno, serta hanya menampilkan segelintir tokoh perempuan. [[Dua Belas Dewa Olimpus|Dewa-dewi
== Selayang pandang ==
Baris 71:
({{Ilias|en|6}}) Hektor membakar semangat para prajurit Troya dan mencegah mereka kabur. Diomedes dari pihak Akhaya dan [[Glaukos dari Likia|Glaukos]] dari pihak Troya sepakat menjalin persahabatan ketika tahu bahwa mendiang datuk-datuk mereka ([[Oineus]] dan [[Belerofon]]) ternyata bersahabat karib semasa hidup. Sebagai tanda persahabatan, keduanya bertukar pakaian tempur, meskipun pakaian tempur Glaukos yang terbuat dari emas jauh lebih tinggi nilainya daripada pakaian tempur Diomedes yang terbuat dari perunggu. Hektor masuk kota, mengimbau warga Troya untuk berdoa dan mempersembahkan korban kepada dewa-dewi, menyemangati Paris untuk berjuang, mengucapkan salam perpisahan kepada istri ([[Andromakhe|Andromake]]) dan anaknya ([[Astianaks]]) di tembok kota, lalu kembali ke kancah pertempuran.
({{Ilias|en|7}}) Hektor berduel melawan [[Aias|Ayas]] tetapi tidak sampai tuntas, karena pertempuran harus ditunda bilamana hari berganti malam. Pihak Akhaya sepakat memperabukan mayat pejuang-pejuang mereka dan membangun tembok untuk melindungi kapal-kapal dan perkemahan mereka, sementara pihak Troya mempertengkarkan usulan untuk memulangkan Helene. Paris menyatakan kesediaanya untuk menyerahkan harta kekayaan sebagai ganti rugi, tetapi tidak akan memulangkan Helene. Kedua belah pihak menyepakati gencatan senjata selama satu hari untuk memperabukan
=== Bala Yunani kocar-kacir (parwa 8-15) ===
Baris 120:
=== Di dalam ''Ilias'' ===
Di dalam [[Perang Troya]] sastrawi ''Ilias'', [[Dua Belas Dewa Olimpus|dewa-dewi
[[Mary Lefkowitz]] (2003)<ref name=":3" /> membahas relevansi tindakan dewata di dalam ''Ilias'', berusaha menjawab pertanyaan benar tidaknya campur tangan dewata merupakan merupakan kejadian istimewa, atau benar tidaknya perilaku dewata semacam itu hanya sekadar kiasan watak manusia. Minat intelektual para pujangga zaman Klasik, semisal [[Tukidides]] dan [[Plato]]n, terbatas pada kemanfaatannya sebagai "suatu cara untuk membicarakan kehidupan manusia ketimbang sebagai suatu penjabaran atau suatu kebenaran", karena jika dewa-dewi tetap merupakan sosok-sosok keagamaan alih-alih merupakan kiasan watak manusia, maka "keberadaan" mereka—tanpa landasan dogma atau kitab suci—akan memungkinkan budaya Yunani memiliki keluasan intelektual dan kebebasan untuk menyeru dewa-dewi sesuai fungsi religius apa pun yang mereka butuhkan sebagai sebuah bangsa.<ref name=":3">Lefkowitz, Mary (2003). ''Greek Gods, Human Lives: What We Can Learn From Myths''. New Haven, Connecticut: [[Yale University Press]].</ref><ref>[[Oliver Taplin|Taplin, Oliver]] (2003). "Bring Back the Gods". ''[[The New York Times]]'' (14 December).</ref>
Baris 128:
=== Campur tangan dewa-dewi ===
{{see also|Zeus Teperdaya}}
Sejumlah sarjana yakin bahwa dewa-dewi ikut campur dalam urusan dunia fana lantaran adanya cekcok di antara mereka. [[Homeros]] membahasakan dunia pada masa itu dengan menggunakan hasrat dan emosi dewa-dewi sebagai faktor-faktor penentu kejadian-kejadian di tataran umat manusia.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Kullmann|first=Wolfgang|date=1985|title=Gods and Men in the Iliad and the Odyssey|journal=Harvard Studies in Classical Philology|volume=89|pages=1–23|doi=10.2307/311265|jstor=311265}}</ref> Salah satu contoh dari hubungan sebab akibat semacam ini di dalam ''Ilias'' adalah cekcok di antara [[Athena|Dewi Atena]], [[Hera|Dewi Hera]], dan Dewi Afrodite. Di dalam parwa pamungkas wiracarita ini, Homeros menulis, "ia membuat Atena dan Hera tersinggung—kedua-dua dewi."<ref name=":1">{{Cite book|last=Homer|title=The Iliad|publisher=Penguin Books|year=1998|location=New York|page=589|translator-last=Fagles|translator-first=Robert|translator-last2=Knox|translator-first2=Bernard}}</ref> Atena dan Hera dengki kepada Afrodite lantaran di dalam sebuah ajang adu cantik di Gunung Olimpus, [[Paris (mitologi)|Paris]] selaku juri memilih Afrodite sebagai dewi tercantik, mengalahkan Hera dan Atena. Wolfgang Kullmann menjelaskan lebih lanjut bahwa, "kekecewaan Hera dan Atena melihat kemenangan Afrodite dalam peristiwa [[Keputusan Paris|Penilaian Paris]] menentukan seluruh polah-tingkah kedua dewi tersebut di dalam ''Ilias'' dan merupakan biang keladi kebencian mereka terhadap Paris, si juri, maupun terhadap kotanya, Troya."<ref name=":0" />
Hera
== Tema
=== Takdir ===
[[Takdir]] ({{Lang-el|κήρ}}, ''kēr'', artinya "ketentuan ajal") menggerakkan sebagian besar peristiwa di dalam ''Ilias''. Sekali takdir ditetapkan, dewa-dewi maupun manusia wajib menjalaninya, dan tidak berdaya atau tidak berniat menentangnya. Tidak diketahui bagaimana takdir ditetapkan, yang jelas takdir diungkap para [[Moirai|Moira]] dan [[Zeus]] dengan cara mengirim pertanda kepada para ahli tenung seperti [[Kalkhas]]. Manusia dan dewa-dewi mereka terus-menerus berbicara tentang penerimaan secara perwira dan penghindaran secara pengecut terhadap takdir seseorang.<ref>[http://everything2.com/index.pl?node_id=1375344 Fate as presented in Homer's "The Iliad"], Everything2</ref> Takdir tidak menentukan setiap tindakan, insiden, maupun kejadian, tetapi memang menentukan hasil akhir dari dari jalan hidupnya. Sebelum menewaskan Patroklos, Hektor menyebutnya orang bodoh karena secara pengecut menghindari takdir dengan coba-coba mengalahkannya.{{citation needed|date=November 2016}} Patroklos menjawab dengan kalimat berikut ini:
Baris 180:
</blockquote>
Dengan bantuan ilahi, Aineias luput dari angkara murka Akhiles dan selamat menyintasi Perang Troya. Entah mampu atau tidak mampu mengubah takdir, yang jelas dewa-dewi menuruti ketentuan takdir, sekalipun merugikan insan-insan kesayangan mereka. Jadi asal-usul takdir yang misterius itu adalah suatu kuasa yang mengatasi dewa-dewi. Takdir menentukan kekuasaan atas dunia terbelah tiga apabila Zeus, Poseidon, dan Hades menggulingkan [[Kronos]], ayah mereka. Zeus menguasai udara dan angkasa, Poseidon menguasai perairan, dan Hades menguasai [[dunia bawah Yunani|pratala]], dunia orang mati, tetapi ketiganya bersama-sama berdaulat atas dunia. Meskipun dewa-dewi
=== Ketenaran ===
Baris 283:
Di dalam ''Ilias'', ketidakkonsistenan sintaktis mungkin saja adalah suatu tradisi lisan. Sebagai contoh, Dewi Afrodite disifatkan sebagai "pecinta-tawa", kendati terluka parah diserang Diomedes (Parwa V, 375); dan tokoh-tokoh dewata yang dihadirkan dapat saja merupakan hasil pencampuradukkan mitologi [[Peradaban Mikenai|Mikene]] dengan mitologi [[Zaman Kegelapan Yunani|Abad Kegelapan Yunani]] (sekitar tahun 1150–800 Pramasehi), dengan menyejajarkan para menak ''basileis'' yang berkuasa turun-temurun (para pemimpin yang lebih rendah kelas sosialnya) dengan dewa-dewi rendahan, misalnya tokoh [[Skamandros]], dan lain-lain.<ref>Toohey, Peter (1992). ''Reading Epic: An Introduction to the Ancient Narrative''. New Fetter Lane, London: Routledge.</ref>
== Penggambaran peperangan ==
=== Penggambaran laga prajurit pejalan kaki ===
Meskipun Mikene maupun Troya adalah negara maritim, ''Ilias'' tidak menyajikan kisah pertempuran laut.<ref>{{Iliad|en|3|45|shortref}}–50</ref> Jadi [[Fereklos]], pembuat kapal Troya (kapal yang melayarkan Helene ke Troya), bertempur di darat selaku prajurit pejalan kaki.<ref>{{Iliad|5|59|shortref}}–65</ref> Pakaian dan senjata yang dipakai tokoh jagoan dan prajurit di dalam pertempuran diuraikan dengan saksama.
<blockquote>Yang kesembilan adalah Teukros, datang merentangkan busur lengkungnya.<br />
Tegak di balik perisai Ayas anak Telamon, kakandanya.<br />
Setiap kali Ayas menyiah perisai,<br />
Teukros tampil lincah melesatkan panah setangkai,<br />
menghujam satu lawan di tengah kerumunan, menumbangkan sang sena<br />
di tempat ia berdiri, merenggut nyawanya lantas undur ke belakang kakanda,<br />
meringkuk di dekat Ayas, seperti kanak-kanak di sisi bunda.<br />
Ayas pun lindungi dia dengan perisai berkaca-kaca.<ref>Homeros, ''Ilias'' 8.267–72, berdasarkan terjemahan Ian Johnston.</ref></blockquote>
Perisai Ayas yang berat lebih cocok dipakai untuk bertahan ketimbang untuk menyerang, sementara saudara misannya, Akhiles, menenteng sebuah perisai bundar astakona berukuran besar yang ia gunakan bersama lembingnya untuk menyerang pihak Troya:
<blockquote>Ibarat orang membangun tembok rumah yang tinggi,<br />
menyusun batu tertumpuk rapat membendung badai,<br />
demikianlah dekat ketopong dengan perisai,<br />
rapat wirawan dengan wirawan pada barisan byuha ketopong,<br />
demikanlah apik dan rapat barisan sena.<ref>Homer, ''Ilias'' 16.213–17 (berdasarkan terjemahan Ian Johnston).</ref></blockquote>
Dalam uraiannya tentang laga prajurit pejalan kaki, Homeros menyinggung [[Formasi falangs|byuha ''falangs'']],<ref>{{Iliad|en|6|6|shortref}}</ref> tetapi para sarjana rata-rata tidak yakin bahwa byuha ini benar-benar dipakai dalam Perang Troya.<ref>Cahill, Tomas (2003). ''Sailing the Wine Dark Sea: Why the Greeks Matter.''</ref> Pada [[Zaman Perunggu]], rata merupakan kendaran tempur utama (misalnya pada [[Pertempuran Kadesh]]). Bukti-bukti yang ada, dari zirah Dendra sampai lukisan-lukisan Istana Pilos, mengindikasikan bahwa orang Mikene menggunakan rata dua awak, dan pengendara utamanya dipersenjatai sebatang tombak panjang, berbeda dari rata tiga awak buatan Het yang dinaiki prajurit bersenjata tombak pendek, juga berbeda dari rata dua awak buatan Mesir dan Asyur yang dinaiki prajurit bersenjata panah. Sembari mengendarai rata, Nestor maju mendahului pasukannya; Ia mewejangi mereka sebagai berikut:
<blockquote>Dalam gebu semangatmu menggempur Troya si seteru,<br />
jangan gesa keretamu menyerbu maju lebih dulu,<br />
yakin tegar tenagamu dan ilmu laga berkudamu.<br />
Jangan pelan keretamu, akan celaka pasukanmu.<br />
Jika telak keretamu bertemu rata si seteru,<br />
hujam lembing ke lawanmu segera dari keretamu.<br />
Itulah kiat berperang, kiat muslihat paling jitu,<br />
untuk serbu gempur lebur kota benteng kubu seteru —<br />
sudah sebati menetap di jiwa wirawan nan dulu.<ref>Homeros, ''Ilias'' 4.301–09 (berdasarkan terjemahan Ian Johnston).</ref></blockquote>
Meskipun penggambaran Homeros bersifat grafis, dapat dilihat pada bagian akhir bahwa kemenangan perang lebih merupakan suatu keadaan menyedihkan, manakala semua kerugian menjadi tampak nyata. Di lain pihak, kejuaraan-kejuaraan yang digelar dalam penyelenggaraan upacara duka justru meriah dan penuh semangat, karena diadakan untuk merayakan kehidupan si mati. Penggambaran perang yang menyeluruh ini bertolak belakang dengan banyak penggambaran perang Yunani Kuno lainnya, yang mencitrakan perang sebagai usaha yang gigih untuk meraih kemuliaan yang lebih besar.
=== Rekonstruksi perisai, senjata, dan gaya tempur ===
=== Dampak terhadap cara-cara berperang Yunani klasik ===
Meskipun belum tentu merupakan karya sastra yang diluhurkan bangsa Yunani Kuno, hampir dapat dipastikan bahwa syair-syair Homeros (khususnya ''Ilias'') dipandang sebagai tuntunan
Sebagian besar pertarungan yang diuraikan secara terperinci di dalam ''Ilias'' adalah pertarungan tertata satu-lawan-satu yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pahlawan. Malah, seperti di dalam ''Odiseus'', ada rangkaian ritual khusus yang harus dilakukan di dalam tiap-tiap pertarungan tersebut. Sebagai contoh, jika seorang pahlawan besar berhadap-hadapan dengan seorang pahlawan kroco, maka pahlawan kroco diperkanalkan terlebih dahulu, dilanjutkan dengan saling melontarkan ancaman, dan diakhiri dengan ditewaskannya pahlawan kroco. Sering kali pemenang melucuti baju zirah dan perlengkapan ketentaraan dari jenazah lawan.<ref name=":6" />{{Rp|22–3}} Berikut ini adalah salah satu contoh uraian ritual tersebut dan pertarungan satu-lawan-satu di ''Ilias'':<blockquote>
Baris 328 ⟶ 334:
tembiang Ayas si tinggi hati, di puting dada sebelah kanan<br />
lembing perunggu jitu menghujam, lolos menembus pundak yang kanan.<ref>Homer, ''Iliad'' 4.473–83 (Lattimore 2011).</ref>
</blockquote>
Hambatan terbesar dalam usaha memastikan adanya tautan antara pertempuran di dalam ''Ilias'' dengan tata cara berperang bangsa Yunani kemudian hari adalah falangs, atau hoplites, yakni tata cara berperang yang tampak di dalam sejarah bangsa Yunani lama sesudah Homeros menulis ''Ilias''. Meskipun ada pembahasan tentang pengaturan barisan prajurit yang menyerupai byuha falangs di sepanjang penceritaan ''Ilias'', pemusatan perhatian wiracarita ini kepada laga kepahlawanan sebagaimana disebutkan di atas tampaknya berkontradiksi dengan kiat-kiat tempur falangs. Meskipun demikian, falangs memang memiliki segi-segi kegagahberanian. Pertarungan secara jantan satu lawan satu di dalam ''Ilias'' terejawantahkan dalam pertempuran falangs dengan penekanan pada usaha untuk teguh bertahan di dalam byuha. Laga semacam ini menggantikan kompetisi kepahlawanan bersifat tunggal yang dikisahkan di dalam ''Ilias''.<ref name=":6" />{{Rp|51}}
Salah satu contohnya adalah kisah 300 wira pilihan [[Sparta]] yang bertempur melawan 300 wira pilihan [[Argos (kota)|Argos]]. Di dalam pertempuran para petarung unggulan ini, hanya dua orang yang tersisa di pihak Argos dan satu orang yang tersisa di pihak Sparta. Otriades, wira Sparta yang tersisa, undur kembali ke dalam barisan pasukan Sparta dengan sekujur tubuh terluka parah, sementara dua wira Argos yang tersisa langsung pulang ke Argos untuk mewartakan kemenangan mereka. Oleh sebab itu Sparta mendaku sebagai pemenang, karena wira terakhir mereka menunjukkan kegagahberanian yang paripurna dengan bertahan pada posisinya di dalam byuha falangs.<ref>{{Anabasis|6|5|17}}</ref>
Di ranah ideologi para panglima dalam sejarah Yunani kemudian hari, ''Ilias'' memiliki efek yang menarik. ''Ilias'' mengekspresikan ketidaksukaan mutlak terhadap pemakaian tipu muslihat dalam berperang, ketika Hektor berkata, sebelum menantang Ayas Agung:
<blockquote>
Meskipun ada contoh-contoh ketidaksukaan terhadap tipu muslihat tempur, ada alasan untuk meyakini bahwa ''Ilias'', maupun tata cara berperang Yunani kemudian hari, mengedepankan kepiawaian para panglima dalam menyusun taktik. Sebagai contoh, ada banyak bagian di dalam ''Ilias'' yang mengisahkan para panglima semisal Agamemnon atau Nestor mendiskusikan pengaturan pasukan supaya menguntungkan pihaknya. Perang Troya malah dimenangkan dengan tipu daya orang Akhaya yang termasyhur, yakni muslihat [[Kuda Troya]]. Fakta ini bahkan belakangan dirujuk Homeros di dalam ''Odiseya''. Dalam kasus ini, keterkaitan antara kiat tipu daya orang Akhaya dan orang Troya di dalam ''Ilias'' dengan kiat tipu muslihat bangsa Yunani kemudian hari tidaklah sukar untuk ditemukan. Para panglima Sparta, yang kerap dipandang sebagai puncak kedigdayaan militer bangsa Yunani, dikenal karena tipu dayanya, dan bagi mereka, kemampuan merancang tipu muslihat merupakan kemampuan yang diharapkan dimiliki oleh seorang panglima. Malah jenis kepemimpinan seperti inilah yang merupakan anjuran standar para sastrawan kiat perang Yunani.<ref name=":6" />{{Rp|240}}
Pada akhirnya, meskipun pertempuran ala sastra Homeros (atau pertempuran ala wiracarita) sudah pasti tidak sepenuhnya tereplikasi dalam tata cata perang bangsa Yunani yang terjadi kemudian hari, banyak di antara nilai-nilai luhur, kiat tempur, dan instruksi-instruksinya dapat dipastikan masih terus dipakai bangsa Yunani.<ref name=":6" />
Menurut Hans van Wees, kurun waktu yang berkaitan dengan riwayat peperangan tersebut dapat ditentukan secara spesifik, yaitu pada paro pertama abad ke-7 Pramasehi.<ref>Van Wees, Hans. ''Greek Warfare: Myth and Realities.'' hlm. 249.</ref>
Baris 346 ⟶ 352:
== Dampak terhadap seni rupa dan budaya populer ==
{{Main|Perang Troya dalam budaya populer}}
''Ilias'' sudah dihargai sebagai salah satu karya sastra standar yang sangat penting pada zaman [[Yunani Klasik]] dan masih terus dihargai pada zaman [[periode Hellenistik|Helenistis]] dan zaman [[Kekaisaran Romawi Timur]]. Para penulis naskah drama sangat gemar menggarap subjek-subjek dari Perang Troya.
Prior to this reintroduction, however, a shortened Latin version of the poem, known as the ''[[Ilias Latina]]'', was very widely studied and read as a basic school text. The West tended to view Homer as unreliable as they believed they possessed much more down to earth and realistic eyewitness accounts of the Trojan War written by [[Dares]] and [[Dictys Cretensis]], who were supposedly present at the events. These [[late antique]] forged accounts formed the basis of several eminently popular [[Middle Ages|medieval]] [[chivalric romance]]s, most notably those of [[Benoît de Sainte-Maure]] and [[Guido delle Colonne]].
Baris 352 ⟶ 358:
These in turn spawned many others in various European languages, such as the first printed English book, the 1473 ''[[Recuyell of the Historyes of Troye]]''. Other accounts read in the Middle Ages were antique Latin retellings such as the ''[[Excidium Troiae]]'' and works in the vernaculars such as the [[Trójumanna saga|Icelandic Troy Saga]]. Even without Homer, the Trojan War story had remained central to Western European [[medieval literature|medieval literary]] culture and its sense of identity. Most nations and several royal houses traced their origins to heroes at the [[Trojan War]]. Britain was supposedly settled by the Trojan [[Brutus of Troy|Brutus]], for instance.{{citation needed|date=July 2015}}
[[William Shakespeare]]
[[William Theed the elder]] made an impressive bronze statue of Thetis as she brought Achilles his new armor forged by Hephaesthus. It has been on display in the [[Metropolitan Museum of Art]] in New York City since 2013.
Baris 364 ⟶ 370:
* ''[[The Golden Apple (teater musikal)|The Golden Apple]]'', [[teater musikal|teater musikal Broadway]] tahun 1954, karya penulis naskah [[John Treville Latouche]] dan komponis [[Jerome Moross]], adalah hasil adaptasi bebas wiracarita ''Ilias'' dan ''Odiseia'', dengan mengganti latar peristiwanya dengan negara bagian [[Washington]] di [[Amerika Serikat]] pada masa [[Perang Spanyol-Amerika]]. Babak pertama menampilkan adegan-adegan yang terinspirasi wiracarita ''Ilias'', sementara adegan-adegan yang terinspirasi wiracarita ''Odiseia'' ditampilkan pada babak ke-2.
* ''[[King Priam]]'', opera karya Sir [[Michael Tippett]] yang pertama kali dipentaskan pada tahun 1962 didasarkan atas wiracarita ''Ilias''.
* ''[[War Music (puisi)|War Music]]'', puisi karangan [[Christopher Logue]], merupakan "penjelasan", bukan terjemahan, dari ''Ilias'', mulai digubah atas pesanan pada tahun 1959 untuk sebuah acara radio. Puisi ini terus ia kembangkan sampai akhir hayatnya pada tahun 2011. Puisi yang disebut [[Tom Holland (penulis)|Tom Holland]] sebagai "karya luar biasa dari khazanah sastra pascaperang" ini turut mempengaruhi [[Kae Tempest]] dan [[Alice Oswald]], yang mengatakan bahwa puisi tersebut "memancarkan sejenis energi teatrikal nan terlupakan ke dalam dunia."<ref>{{Cite book|last=Logue|first=Christopher|title=War Music, an account of Homer's Iliad|publisher=Faber and Faber|year=2015|isbn=978-0-571-31449-2|chapter=Introduction by Christopher Reid}}</ref>
* ''[[Cassandra (novel)|Cassandra]]'' (terbit tahun 1983), novel karangan [[Christa Wolf]],
*
*
=== Di ranah budaya populer dewasa ini ===
|