Pangeran Arya Jepara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
→Kelahiran dan Kehidupan: Penambahan pranala Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android App section source |
||
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 35:
'''Pangeran Arya Jepara''' adalah raja pengganti [[Ratu Kalinyamat]] yang menguasai [[Jepara]], [[Kudus]], [[Pati]], [[Hutan Mentaok]] ([[Kerajaan Mataram|Mataram]]). Pangeran Arya Jepara adalah adik ipar dari Sultan [[Maulana Yusuf]] dari Banten dengan nama asli Raden Abdullah Malaka bin [[Pati Unus]], Sultan Demak yang gugur dalam penyerangan ke Malaka tahun 1521 M.
== Kelahiran dan Kehidupan ==
[[Berkas:Raden_Abdullah(Pangeran_Arya_Jepara).png|jmpl|Raden Abdullah Malaka]]
Raden Abdullah Malaka, dikenal juga sebagai [[Pangeran Arya Jepara]] lahir pada tahun 1519M, dan ayah bundanya wafat saat beliau masih berumur 3 tahun, ibundanya yaitu Syarifah Jubaedah wafat di usia 22 tahun, dan ayahandanya yaitu [[Pati Unus]] wafat di usia 44 tahun dalam serangan ke Malaka pada tahun 1521 M.
Baris 45 ⟶ 46:
Raden Abdullah diminta oleh [[Ratu Kalinyamat]] bibinya sendiri untuk menjadi anak angkat beliau sekaligus menjadi pangeran di Kesultanan Kalinyamat, Raden Abdullah diberikan oleh Sayyid Fatahillah dikarenankan beliau akan berkosentrasi untuk persiapan penyerangan ke Sunda Kelapa karena saat itu Portugis sudah menduduki pelabuhan Sunda Kelapa, sebelum diberikan Sayyid Fatahillah memberikan beberapa amanat kepada calon ibu asuhnya yaitu Nyi Ratu Kalinyamat/Retno Kencono dan sejak itu Raden Abdullah bergelar [[Pangeran Arya Jepara]].
Sekitar tahun 1540M Raden Abdullah menikah dengan Ratu Terpenter atau sebagian riwayat menyebutkan menikah dengan Ratu Fatimah binti Sultan Banten [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Maulana Hasanuddin]]
Pada tahun 1546 M paman tercintanya wafat karena dibunuh oleh [[Arya Penangsang]] dalam perebutan kekuasaan di Demak, beliau tetap setia mendampingi ibu angkatnya yang mengasuhnya dari sejak kecil yaitu [[Ratu Kalinyamat]] dalam menjalankan pemerintahan maupun dalam perjuangan melawan Portugis.
Baris 52 ⟶ 53:
Tahun 1570M mertua beliau wafat yaitu Sultan [[Maulana Hasanuddin dari Banten|Maulana Hasanuddin]] dan sejak itu beliau merangkap menjadi penasihat kesultanan Banten dan kerapkali ikut membantu dalam setiap perjuangan kesultanan Banten dalam penyebaran agama islam ke pelosok Nusantara. Tahun 1579M Raden Abdullah Malaka/Pangeran Arya Jepara membawa pasukan besar ke Banten dan juga mengirim pasukan ke Galuh Ciamis dipimpin putra beliau yaitu Raden Usman Suryawangsa dalam rangka membantu kerjasama dakwah anatara kesultanan Cirebon,Demak dan Banten untuk penyebaran agama Islam di Priangan Timur/sisa kerajaan Galuh. Pasukan yang dibawa ke Banten untuk membantu putra sulung beliau yang menjadi panglima Sultan [[Maulana Yusuf]] yaitu Raden Aryawangsa dalam penaklukan kerajaan Pakuan Pajajaran. Bertepatan dengan itu ibu angkat tercintanya yatu Ratu Kalinyamat wafat di Jepara sehingga beliau harus kembali ke Jepara.
Pada Tahun 1579M Raden Abdullah/ [[Pangeran Arya Jepara]] diangkat menjadi Sultan Kalinyamat Jepara menggantikan ibu angkatnya [[Ratu Kalinyamat]]
Setelah beliau menjadi Sultan Kalinyamat Jepara beliau tidak begitu aktif dalam expansi wilayah, akan tetapi beliau lebih menekankan pada penyebaran agama Islam, beliau hanya melakukan expansi ke Bawean
Pada tahun 1589M Panembahan Senapati memproklamirkan berdirinya Kesultanan Mataram dan beliau giat dalam expansi kekuasaan, dan Kesultanan Jepara adalah wilayah yang sangat sulit untuk ditaklukan, bahkan selama kepemimpinan Pangeran Arya Jepara melihat kharisma dari Pangeran Arya Jepara sepertinya Panembahan Senapati enggan untuk membuka konflik dengan Jepara, dan begitupun Pangeran Arya Jepara yang saat itu sudah tua, bahkan beliau mengadakan hubungan yang baik dengan Panembahan Senapati Mataram terbukti putra beliau yaitu Raden Suryawangsa diangkat menjadi penasihat kesultanan Mataram untuk expansi kekuasaan di wilayah Priangan Timur yang dikemudian hari bernama Keadipatian [[Sukapura]].
Raden Suryawangsa kemudian mendapat gelar Adipati Suryadiningrat, di sebahgian riwayat Rd Suryawangsa dinikahkan dengan adik perempuan [[Panembahan Senopati]] Ingalaga Mataram, dan dari pernikahan ini lahir lah Raden Abdullah Wangsa atau Ngabehi Wirawangsa yang dikemudian hari mendapat gelar TUMENGGUNG WIRADADAHA I SUKAPURA setelah resmi diangkat oleh Sultan Agung menjadi Bupati/Adipati Sukapura. Pada tahun 1599M, Raden Abdullah Malaka/Pangeran Arya Jepara/ Pangeran Yunus dipanggil oleh Yang Maha Kuasa ke rahmatulloh, beliau adalah seorang ulama, mujahid, Sultan yang arif dan bijaksana yang telah mengisi khasanah catatan tinta emas perjuangan penyebaran Islam di negeri tercinta ini, beliau wafat dalam usia genap 80 tahun, sejak wafat Rd Abdullah Malaka [[Pangeran Arya Jepara]] diiringi oleh runtuhnya Kesultanan Jepara juga.
Di sekitar tahun 1620 salah seorang putra Raden Suryadiningrat/Rd Suryawangsa cucu Raden Abdullah Malaka/ [[Pangeran Arya Jepara]] bin [[Pati Unus]] menjadi kepala daerah [[Sukapura]]
Raden Wirawangsa kelak
Raden Wirawangsa diberi gelar Tumenggung Wiradadaha I yang menjadi cikal bakal dinasti Wiradadaha di Sukapura. Gelar Wiradadaha mencapai yang ke VIII dan dimasa ini dipindahkanlah
Baru pada tahun 1616 Jepara dipimpin oleh Kyai Demang Laksamana yang kemudian digantikan berturut turut oleh Kyai Wirasetia, Kyai Patra Manggala, Ngabehi Martanata, Ngabehi Wangsadipa, Kyai Reksa Manggala, Kyai Wiradika, Ngabehi Wangsadipa (jabatan kedua), Ngabehi Wiradikara, Wira Atmaka, Kyai Ngabehi Wangsadipa, Tumenggung Martapura, Tumengung Sujanapura, Adipati Citro Sumo I, Citro Sumo II dan Adipati Citro Sumo III. Penguasa yang terakhir ini adalah penguasa Mataram yang terakhir sebab setelah itu Jepara menjadi wilayah Belanda. Namun pada masa transisi, Belanda masih tetap memakai Adipati Citro Sumo III. Ia kemudian digantikan oleh Citro Sumo IV, Citro Sumo V, dan Adipati Citro Sumo VI
Baris 86 ⟶ 87:
* Sejarah kota-kota lama Jawa Barat
* ''Negarakerthabumi Parwa I Sargha II''
* Berita-berita sumber Eropa abad ke-15 dan k"-16
* van Naerssen, Frits Herman, R. C. de Iongh, ''The economic and administrative history of early Indonesia'', Brill, 1977
* [[Tomé Pires|Pires, Tomé]], ''Suma Oriental''
|