Sangiran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Pratama26 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(84 revisi perantara oleh 46 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1:
{{coord|7|27|23|S|110|50|6|E|display=title}}
{{Infobox World Heritage Site
{{Infobox cagar budaya
| WHS = Situs Manusia Pertama Sangiran
| ImageName = Sangiran
| Image =[[Berkas:Sangiran 17-02.JPG|250px]]
|caption =
| Location =[[Kalijambe, Sragen|Kalijambe]], [[Sragen]]
| Type = Nasional
| Criteria =Kawasan
| ID = CB.33
|Extension = Menteri
| Year = 5 Febuari 2015
| Session = 019/M/2015
| ownership = {{INA}}
| WHSmanagement = Balai =Pelestarian Situs Manusia PertamaPurba Sangiran
| Link = http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya/detail/PO2015091000093/sangiran
| map_location = Kabupaten Sragen
| map_label = {{PAGENAME}}
| map_caption =Lokasi {{PAGENAME}} di [[Kalijambe, Sragen|Kecamatan Kalijambe]], [[Sragen]]
| coordinates = {{coord|-7.4577082|110.8386485}}
|embedded={{Infobox World Heritage Site|child=yes
| WHS =
| State Party = {{INA}}
| Type = Budaya
| Criteria = iii, vi
| ID = 593
| Region = [[Daftar Situs Warisan Dunia di Asia dan AustralasiaOseania|Asia- Pasifik]]
| Year = 1996
| Session = ke-20
| Link = http://whc.unesco.org/en/list/593
}}}}
}}'''Sangiran''' adalah sebuah [[situs arkeologi]] di [[Jawa]], [[Indonesia]]. Area ini memiliki luas 48 km² dan terletak di [[Jawa Tengah]], 15 kilometer sebelah utara [[Surakarta]] di lembah [[Sungai Bengawan Solo]] dan terletak di kaki [[gunung Lawu]]. Secara administratif Sangiran terletak di kabupaten [[Sragen]] dan kabupaten [[Karanganyar]] di Jawa Tengah. Pada tahun [[1977]] Sangiran ditetapkan oleh [[Menteri Pendidikan dan Kebudayaan]] Indonesia sebagai cagar budaya. Pada tahun [[1996]] situs ini terdaftar dalam [[Situs Warisan Dunia UNESCO]].
 
'''Sangiran''' adalah [[situs arkeologi]] di [[Jawa]], [[Indonesia]].<ref>{{cite journal|title=Shell tool use by early members of Homo erectus in Sangiran, central Java, Indonesia: cut mark evidence |doi=10.1016/j.jas.2006.03.013|year=2007|last1=Choi|first1=Kildo|last2=Driwantoro|first2=Dubel|journal=Journal of Archaeological Science|volume=34|page=48}}</ref> Menurut laporan [[UNESCO]] (1995) "Sangiran diakui oleh para ilmuwan untuk menjadi salah satu situs yang paling penting di dunia untuk mempelajari fosil manusia, disejajarkan bersama situs [[Zhoukoudian]] (Cina), [[Willandra Lakes]] (Australia), [[Olduvai Gorge]] (Tanzania), dan [[Sterkfontein]] (Afrika Selatan), dan lebih baik dalam penemuan daripada yang lain."<ref>[http://whc.unesco.org/archive/advisory_body_evaluation/593.pdf World Heritage List note, ''Sangiran''], No 593, September 1995.</ref>
Tahun [[1934]] [[antropolog]] [[Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald]] memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan [[fosil]] dari nenek moyang manusia pertama, ''[[Pithecanthropus erectus]]'' ("Manusia Jawa"). Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil [[Meganthropus palaeojavanicus]] telah ditemukan di situs tersebut.
 
Daerah terdiri dari sekitar 56&nbsp;km² (7&nbsp;km x 8&nbsp;km). Lokasi ini terletak di [[Jawa Tengah]], sekitar 15 kilometer sebelah utara [[Surakarta]] di lembah Sungai [[Bengawan Solo]]. Secara administratif, kawasan Sangiran terbagi antara 2 kabupaten: [[Kabupaten Sragen]] ([[Gemolong, Sragen|Kecamatan Gemolong]], [[Kalijambe, Sragen|Kecamatan Kalijambe]], dan [[Plupuh, Sragen|Plupuh]]) dan [[Kabupaten Karanganyar]] ([[Gondangrejo, Karanganyar|Kecamatan Gondangrejo]]). Fitur penting dari situs ini adalah geologi daerah. Awalnya kubah terbentuk jutaan tahun yang lalu melalui kenaikan tektonik. Kubah itu kemudian terkikis yang mengekspos isi dalam kubah yang kaya akan catatan arkeologi.<ref>Tantri Yuliandini, '[http://www.thejakartapost.com/news/2002/08/23/tracing-man039s-origins-sangiran-pacitan.html Tracing man's origins in Sangiran, Pacitan'] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130905095253/http://www.thejakartapost.com/news/2002/08/23/tracing-man039s-origins-sangiran-pacitan.html |date=2013-09-05 }}, ''The Jakarta Post'', 23 August 2002.</ref>
Di [[museum Sangiran]] yang terletak di wilayah ini juga dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di [[Asia]]. Selain itu juga dapat ditemukan [[fosil]] hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu.
 
== Sejarah eksplorasi ==
Pada awalnya penelitian Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakan ''Kubah Sangiran''. Puncak kubah ini kemudian terbuka melalui proses [[erosi]] sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan di masa lampau.
* '''1883''': Situs sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C schemulling. Ketika aktif melakukan eksplorasi pada akhir abad ke-19, [[Eugene Dubois]] pernah melakukan penelitian di sini, namun tidak terlalu intensif karena kemudian ia memusatkan aktivitas di kawasan [[Trinil]], [[Kabupaten Ngawi|Ngawi]].
[[Berkas:Molaire de stegodon.jpg|ka|jmpl|''Stegodon trigonocephalus'' - Molar]]
 
* '''1934''': Ahli [[antropologi]] [[Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald]] memulai penelitian di area tersebut, setelah mencermati laporan-laporan berbagai penemuan ''balung buta'' ("tulang buta/raksasa") oleh warga dan diperdagangkan. Saat itu perdagangan fosil mulai ramai akibat penemuan tengkorak dan tulang paha ''[[Homo erectus|Pithecanthropus erectus]]'' ("Manusia Jawa") oleh [[Eugene Dubois]] di [[Trinil]], [[Kabupaten Ngawi|Ngawi]], tahun 1891. Trinil sendiri juga terletak di lembah Bengawan Solo, kira-kira 40&nbsp;km timur Sangiran. Dengan dibantu tokoh setempat, setiap hari von Koenigswald meminta penduduk untuk mencari ''balung buta'', yang kemudian ia bayar. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan berbagai [[fosil]] ''[[Homo erectus]]'' lainnya. Ada sekitar 60 lebih fosil ''H. erectus'' atau [[Hominidae|hominid]] lainnya dengan variasi yang besar, termasuk seri ''[[Meganthropus palaeojavanicus]]'', telah ditemukan di situs tersebut dan kawasan sekitarnya. Selain manusia purba, ditemukan pula berbagai fosil tulang-belulang hewan-hewan bertulang belakang ([[Vertebrata]]), seperti [[buaya]] (kelompok [[gavial]] dan ''[[Crocodilus]]''), ''[[Hippopotamus]]'' (kuda nil), berbagai [[rusa]], [[harimau]] purba, dan [[gajah]] purba ([[stegodon]] dan [[gajah]] modern).
* '''1977''': Pemerintah Indonesia ditunjuk seluas 56 km2 di sekitar Sangiran sebagai Daerah Cagar Budaya.<ref>''Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan'' (Decision of the Minister of Education and culture) No. 070/O/1977 dated 15 March 1977.</ref>
* '''1988''': Sebuah situs museum dan konservasi laboratorium lokal sederhana didirikan di Sangiran.
* '''1996''': UNESCO mendaftarkan Sangiran sebagai Situs Warisan Dunia di Daftar Warisan Dunia sebagai [http://whc.unesco.org/en/list/593 Sangiran Early Man Site].<ref>UNESCO Document WHC-96/Conf. 2201/21.</ref>
* '''2011''': Museum saat ini dan pusat pengunjung dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 15 Desember.
* '''2012''': Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi museum pada bulan Februari didampingi 11 menteri kabinet.
 
Seiring waktu, setelah pekerjaan awal oleh Dubois dan von Koenigswald di Sangiran, sarjana lain termasuk arkeolog Indonesia melakukan pekerjaan di lokasi tersebut. Sarjana Indonesia termasuk [[Teuku Jacob]], Etty Indriati, Sartono, Fachroel Aziz, Harry Widianto, Yahdi Zaim, dan Johan Arif.<ref>Etty Indriati, ''Warisan budaya dan munusia purba Indonesia Sangiran'' [''Cultural heritage and ancient Indonesian man Sangiran''], PT Citra Aji Parama, Yogyakarta, 2009.</ref>
 
== Museum Purbakala Sangiran ==
{{main|Museum Manusia Purba Sangiran}}
Penggalian oleh tim von Koenigswald yang berakhir 1941 dan koleksi-koleksinya sebagian disimpan di bangunan yang didirikannya bersama Toto Marsono di Sangiran, yang kelak menjadi Museum Purbakala Sangiran, tetapi koleksi-koleksi pentingnya dikirim ke kawannya di Jerman, [[Franz Weidenreich]].
 
Sebuah museum yang sederhana ada di Sangiran selama beberapa dekade sebelum modern, yang berfungsi dengan baik sebagai museum dan pusat pengunjung dibuka pada Desember 2011. Gedung baru, sebuah museum modern, berisi tiga ruang utama dengan menampilkan luas dan diorama mengesankan daerah Sangiran yang diyakini seperti sekitar 1 juta tahun yang lalu. Beberapa pusat lainnya berada di bawah konstruksi serta (awal 2013), sehingga pada 2014 diharapkan akan ada empat pusat di tempat yang berbeda dalam keseluruhan situs Sangiran. Empat pusat direncanakan adalah:<ref>Kusumasari Ayuningtyas, '[http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/18/sangiran-museum-open-2014.html Sangiran Museum to open in 2014'], ''The Jakarta Post'', 18 February 2012.</ref>
 
* Krikilan: situs yang ada dengan pusat pengunjung utama dan museum.
* Ngebung: mengandung sejarah penemuan situs Sangiran.
* Bukuran: untuk memberikan informasi tentang penemuan fosil manusia prasejarah di Sangiran.
* Dayu: untuk menyajikan informasi tentang penelitian terbaru.
 
Museum saat ini dan pusat pengunjung memiliki tiga ruang utama. Ruang pertama berisi sejumlah diorama yang memberikan informasi tentang manusia purba dan hewan yang ada di situs Sangiran sekitar 1 juta tahun yang lalu. Ruang kedua, yang lebih luas, menyajikan banyak bahan rinci tentang berbagai fosil yang ditemukan di Sangiran dan tentang sejarah eksplorasi di situs. Ruang ketiga, dalam presentasi yang mengesankan terpisah, berisi diorama besar yang memberikan pandangan seluruh wilayah keseluruhan Sangiran, dengan gunung berapi seperti [[Gunung Lawu]] di latar belakang dan manusia dan hewan di latar depan, seperti yang dibayangkan sekitar 1 juta tahun yang lalu. Beberapa presentasi di aula ketiga ini menarik pada karya pematung paleontologis internasional [[Elisabeth Daynes]].
 
== Sosial dan isu-isu lain ==
Pengembangan Situs Sangiran secara keseluruhan bukan tanpa kontroversi. Penggalian yang tidak terkontrol dan perdagangan fosil ilegal telah terjadi di berbagai kesempatan sejak situs ini pertama kali ditemukan. Dalam beberapa periode, penduduk desa warga di daerah yang sering menggali dan menjual kepada pembeli fosil lokal. Setelah diberlakukannya UU Nasional Nomor 5 Tahun 1992 tentang benda cagar budaya, ada kontrol yang kuat pada kegiatan ini.<ref>Ganug Nugroho Adi, '[http://www.thejakartapost.com/news/2013/06/11/the-paradox-sangiran.html The paradox of Sangiran'], ''The Jakarta Post'', 11 June 2013.</ref> Namun, kegiatan ilegal kadang-kadang terus terjadi dalam beberapa tahun terakhir.<ref>Lusiana Indriasani, '[http://oase.kompas.com/read/2011/12/19/10534667/Kemiskinan.dan.Penjualan.Benda..Purbakala.Sangiran Kemiskinan dan Penjualan Benda Purbakala Sangiran'] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120118100505/http://oase.kompas.com/read/2011/12/19/10534667/Kemiskinan.dan.Penjualan.Benda..Purbakala.Sangiran |date=2012-01-18 }} (''Poverty and the sale of ancient artifacts at Sangiran''), ''Kompas'', 19 December 2011. There are similar problems at other archaeological sites in Indonesia where regulatory controls are weak, such as at [[Padang Lawas archaeological site]] in North Sumatra.</ref> Pada tahun 2010, misalnya, warga negara Amerika yang mengaku sebagai seorang ilmuwan ditangkap di dekat Sangiran saat bepergian dengan truk yang berisi 43 jenis fosil dalam kotak dan karung dengan nilai pasar sekitar $ 2 juta.<ref>Nurfika Osman, '[http://www.thejakartaglobe.com/home/american-held-over-rare-fossils-theft/403070 American Held Over Rare Fossils Theft'], ''The Jakarta Globe'', 24 October 2010.</ref>
 
Baru-baru ini, ada diskusi di media Indonesia tentang cara pengembangan situs Sangiran yang telah gagal untuk membawa manfaat yang nyata yang signifikan terhadap masyarakat pedesaan di daerah setempat.<ref>Sri Rejeksi, 'Sangiran, Bumi manusia Jawa yang tandus' [''Sangiran, Java's barren homelands''], ''Kompas'', 16 March 2013. Also Sri Rejeksi, 'Tanah Air: Wajah Kontradiktif Sangiran' [Homeland: The Contradictory Face of Sangiran], ''Kompas'', 16 March 2013.</ref>
 
== Lihat pula ==
* Situs [[antropologi]] & [[arkeologi]] [[Trinil]]
 
== Pranala luarReferensi ==
{{Reflist|colwidth=40em}}
* [http://www.world-heritage-tour.org/asia/id/sangiran/museum.html Museum Sangiran]
* {{en}} [http://whc.unesco.org/pg.cfm?cid=31&id_site=593 Gambaran singkat dari UNESCO]
 
* An international conference about ''[http://muse.jhu.edu/journals/asi/summary/v043/43.2morwood.html Sangiran: Man, Culture and Environment in Pleistocene Times]'' was held in Surakarta (Solo) in September 1998
{{indo-geo-stub}}
* A booklet prepared by Dr Etty Indriati from [[Gadjah Mada University]] in [[Yogyakarta]] provides a useful guide to the site in Indonesian. See Etty Indriati, ''Warisan budaya dan munusia purba Indonesia Sangiran'' [''Cultural heritage and ancient Indonesian man Sangiran''], PT Citra Aji Parama, Yogyakarta, 2009. This booklet, along with other notes, may be purchased at the entry to the museum.
* Sulistyanto, B. 2011. Warisan Dunia Situs Sangiran, Persepsi Menurut Penduduk Sangiran. Sari dari Disertasi.
 
==Pranala luar==
* [http://oase.kompas.com/read/2013/03/16/22441175/Sangiran.Bumi.Manusia.Jawa.yang.Tandus Sangiran, Bumi Manusia Jawa yang Tandus] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20130319073822/http://oase.kompas.com/read/2013/03/16/22441175/Sangiran.Bumi.Manusia.Jawa.yang.Tandus |date=2013-03-19 }}. Yojanto E. (editor). 2013. Kompas daring. Edisi Sabtu, 16 Maret 2013.
* {{en}} [http://whc.unesco.org/pg.cfm?cid=31&id_site=593 GambaranSangiran singkatEarly dariMan UNESCOSite] - UNESCO World Heritage Centre.
* {{en}} [http://guides.besttravelpictures.com/2012/01/sangiran-prehistoric-site-early-man-site/ Best Travel Guides: Sangiran]
* {{en}} [http://www.world-heritage-tour.org/asia/southeast-asia/indonesia/sangiran/museum/sphere-quicktime.html 360° Panorama of Sangiran museum on World heritage tour] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080726173902/http://www.world-heritage-tour.org/asia/southeast-asia/indonesia/sangiran/museum/sphere-quicktime.html |date=2008-07-26 }}
* {{en}} [http://solo.travelbuck.net/your-destinations/museum/sangiran-museum Accommodation information about Sangiran Museum] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110724112500/http://solo.travelbuck.net/your-destinations/museum/sangiran-museum |date=2011-07-24 }}
* {{en}} [https://www.youtube.com/watch?v=zxAUtskbIxU&ab_channel=UNESCO Sangiran Early Man Site] - UNESCO: World Heritage List
 
{{Cagar budaya peringkat nasional di Indonesia}}
{{Situs Warisan Dunia di Indonesia}}
{{Authority control}}
 
[[Kategori:Situs arkeologi di Indonesia]]
[[Kategori:Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia]]
[[Kategori:Prasejarah Indonesia]]
 
[[Kategori:Cagar budaya peringkat nasional]]
[[cs:Sangiran]]
[[Kategori:Kawasan cagar budaya di Indonesia]]
[[de:Sangiran]]
[[Kategori:Cagar budaya di Jawa Tengah]]
[[en:Sangiran]]
[[Kategori:Cagar budaya di Kabupaten Sragen]]
[[fr:Site des premiers hommes de Sangiran]]
[[gl:Sangiran]]
[[he:סנגיראן]]
[[ja:サンギラン初期人類遺跡]]
[[nl:Sangiran]]
[[pl:Sangiran]]
[[sv:Sangiran]]